2. twin sisters

39 14 0
                                    

"kalian lama ih"

"Gara-gara Gara" ucap Lyra sebal sambil duduk di hadapan Renaya.

"ngomong apa si, tadi itu ada nenek-nenek minta tolong terus kita tolongin katanya minta dianterin terus kita anterin, orang tamannya udah sepi tiggal kita berdua" jelas Gara

"terus pas udah nganter nenek, Gara ninggalin gw sama nenek itu" timbal Lyra menatap Gara sinis

"kok bisa?" Renaya terheran

"nenek itu nge-prank njer" ucap Gara sewot

"nenek itu minta dianter ke jalan besar yg sebelahnya ada kuburan itu lho Nay terus kan kita tanya rumahnya dimana terus nenek itu nunjuk kuburan sambil ketawa, nah lo tau kan Gara CEMEN banget terus Gara langsung gas motor deh ninggalin gw. padahal rumah nenek itu di belakang kuburan. Gara aja yg salah tangkep" ucap Lyra panjang lebar, Gara menyengir.

"tapi kan gw balik raa"

kini mereka berada di warung dekat sekolah,Renaya meminta agar Lyra dan Gara datang kesini untuk penyelesaikan tugas kelompok mereka dan Renaya jadi tidak perlu pulang dulu untuk mengganti bajunya,katanya sih sekalian kotor.

"lo tadi disuruh ngapain?" tanya Lyra pada Renaya yg tengah menulis laporan, tangan Renaya berhenti menulis dan mendongak menatap Lyra.

"di suruh nyiapin buat besok ada rapat guru-guru disekolah" jawab Renaya, Gara pun langsung menoleh.

"JAMKOS DONG?" seru Gara dan Renaya mengangguk sedangkan Lyra memutar bola matanya, sudah Lyra tebak Gara pasti akan selalu mengganggu Lyra besok.

"nih Ra lo tinggal nulis bagian ini terus tugas lo-"

"cetak foto" Gara melanjutkan ucapan Renaya barusan, Gadis itu hanya mendengus.

cekrek

"Gara! ga usah gituu" Lyra mendelik tajam kepada Gara sementara sang pelaku hanya menyengir kuda. Lyra kembali menulis bagiannya dengan jengkel, Renaya yg melihatnya hanya terkekeh pelan. baginya sahabatnya itu hiburan waktu dirinya merasa lelah ataupun sedih, mereka melakukan caranya sendiri agar Renaya kembali tersenyum.

"woi ngapain senyum-senyum" Lyra menangkap basah Renaya yg tengah tersenyum menatapnya lalu kemudian Renaya pun tersadar dan menggeleng kecil sambil menyengir.

"paling lagi bayangin si ketos" ejek Gara yg tengah melihat-lihat hasil jepretannya.

"enggak lah" elak Renaya membuat Lyra tertawa lalu kemudian terdiam memikirkan sesuatu.

"eh udah mau maghrib nih pulang aja yuk, Lyra lo selesein di rumah ya awas lo" Lyra membalas Renaya dengan deheman yg sengaja di panjang-panjang kan. mereka membereskan barang mereka lalu keluar dari warung itu.

"Lyra-"

"gw bisa pulang sendiri Gar, lo anterin Renaya. awas lo kalo Renaya kenapa-napa" pesan Lyra pada Gara, diam-diam Renaya menatap Lyra kemudian ia naik ke motor Gara. "duluan" pamit Gara lalu mereka meninggalkan Lyra.

sampai kapan ra?
Renaya melihat Lyra di kaca spion, perlahan Lyra yg mulai mengecil dan terhalang motor dibelakangnya.

Maaf... Gw mana mampu jelasin ke kalian.
Lyra tersenyum , pandangannya masih menatap motor Gara yg mulai mengecil. Lyra ponselnya lalu memesan ojek online, tak lama kemudian ojek online datang. di sepanjang jalan Lyra termenung memikirkan sahabatnya itu, Lyra merasa ia bukan sahabat yg baik, bukankah sabahat itu saling terbuka dan bercerita suka duka mereka bersama? tapi Lyra rasa ia tidak seperti itu dan Lyra juga yakin masih ada yg mereka sembunyikan darinya juga, ia tau jika tidak semua harus diketahui oleh orang lain. tapi kenapa rasanya ia dan dua sahabatnya itu seperti orang lain? maksudnya entah apa yg berada di pikiran Lyra maupun Renaya dan Gara, mereka saling tertutup. bahkan sejujurnya Lyra tidak tau dimana keluarga Gara begitupun dengan Gara dan Renaya, mereka belum tau dimana rumah dan keluarga Lyra. mereka tau jika suatu saat nanti Lyra pasti akan terbuka dengannya.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang