BAB 2

2.8K 89 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



"Hp-nya nggak aktif," kata Fatih.

"Mungkin hp-nya abis baterai. Kan, Zian suka teledor," respon istrinya berpikir positif.

Zahra jadi curiga. Dia senyum-senyum sendiri.

Fatih dan istrinya memiliki tiga orang anak. Anak pertamanya adalah laki-laki, namanya Muhammad Azka. Dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak yang masih kecil-kecil. Kini kesibukan Azka membantu mengurusi urusan pondok pesantren miliknya.

Anak keduanya adalah Zian Muharram. Anak tengahnya ini memang paling berbeda dari segala sisi, mulai dari sifat dan fisik. Sifatnya sangat buruk bahkan sejak kecil sudah sangat nakal. Sedangkan fisiknya sangat sempurna. Bertubuh tinggi, berbadan atletis, berkulit bersih, berbibir seksi, dan hidupnya sudah sukses jauh sebelum lulus Aliyah/SMA.

Anak ketiganya adalah Fatimah Azzahra. Anak bungsunya ini seorang yang periang dan sangat manja. Sifat periangnya menutupi segala kekurangannya. Kini, dia memasuki tahun kedua sebagai mahasiswi. Dia juga membantu sibuk di pondok pesantren jika ada waktu luang dari kegiatannya di kampus.

Dari ketiga anak Fatih, hanya Zian yang tidak mau ikut campur dalam pengurusan pondok pesantren. Zian selalu sibuk dengan perusahaannya sendiri yang sudah dibangunnya sejak berumur 13 tahun. Kecerdasan Zian memang luar biasa tetapi itu yang membuat Zian tumbuh menjadi lebih buruk lagi.

"Tetap nggak bisa?" tanya istri Fatih.

"Iya," jawab Fatih yang akhirnya meletakkan ponselnya di meja.

"Ya sudah, nggak pa-pa. Biar besok aku yang ke rumahnya."

"Aku ikut!" sambar Zahra secepat kilat.

"Bukannya besok sudah tanggalnya kamu cek dapur pesantren, Ra?" uminya mengingatkan.

Zahra menepuk keningnya.

"Ah, aku lupa." Zahra baru mengingatnya.

"Biarkan Umi ditemani Mas Azka aja."

Zahra jadi tidak semangat.


^ ^ ^


Zian masih berusaha menahan gejolak panas di seluruh tubuhnya. Anak buah Derro ikut pergi setelah melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya. Dia meluruh ke bawah sambil mengapit kedua kakinya untuk menahan ketegangan milik-nya yang menyiksanya. Ketika itu, suara lirih rontaan Geera mengembalikan kesadarannya ke bumi.

Mata Zian melihat Geera dalam keadaan yang masih diikat meronta dengan pipi yang basah oleh air mata. Dia berusaha berdiri lalu menuju tempat Geera. Dipandanginya mata Geera dengan lekat. Tampak jelas Geera yang memohon untuk dilepaskan. Dibukanya penutup mulut Geera lebih dulu.

"Aaah...hhh." Geera berusaha menahan rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Desahan itu semakin menyiksa Zian.

"Lepasss," pinta Geera.

Tangan Zian langsung membuka semua ikatan pada Geera. Geera langsung jatuh ke bawah sambil mengapitkan kedua kakinya. Zian semakin terbakar gairah. Geera juga merasakan hal yang sama tetapi belum menyadarinya karena dia memang belum pernah mengalaminya sebelumnya.

"Kita harus meninggalkan tempat ini," seru Zian.

Geera berusaha berdiri lalu mengikuti langkah kaki Zian dengan susah payah menuju mobil milik Zian. Mata Geera sempat terpana melihat mobil milik Zian yang berpintu dua tampak mewah berwarna hitam.

Saat Zian membuka pintu mobil, gairahnya memuncak.

"Obat sialan!!!" Zian menyumpahi kasar obat yang disuntikkan Derro padanya dan juga Geera.

"Itu obat apaa? Kenapaahh...hhh?" pertanyaan Geera tidak selesai karena gairahnya semakin menyiksanya.

"Masuk," perintah Zian cepat.

Zian tidak menjawab dan langsung masuk mobil.

Geera ikut masuk mobil.

Mobil langsung melaju cepat meninggalkan daerah kumuh dan sepi itu di kegelapan malam. Geera yang merasa tidak nyaman dengan semua bagian tubuhnya yang sensitif, mengeluarkan desahan lagi. Dia berusaha menutupi mulutnya karena desahannya semakin mengerikan. Zian yang mendengar desahan itu semakin tidak fokus menyetir.

Tiba-tiba Zian menghentikan laju mobil.

Tangan Zian melepas sabuk pengamannya lalu melepas juga yang dipakai Geera. Dia menarik tubuh Geera dengan mudah ke pangkuannya.

"Kamu ngapain?!" tanya Geera disela gairahnya.

Zian dengan mata merah dan dipenuhi gairah akhirnya menyerah.

"Maaf," kata Zian yang langsung mendaratkan bibirnya ke bibir Geera.


^^^


Pintu garasi di rumah Zian tertutup otomatis.

Dia berhasil sampai di rumahnya dengan selamat meskipun dalam keadaan gairah yang memabukkan. Geera yang sedari tadi mencengkeram sabuk pengamannya menahan gairahnya sendiri tercekat kaget saat Zian sudah menurunkan jok penumpang yang didudukinya dengan cepat.

Zian yang sebelumnya hanya menyalurkan hasratnya dengan ciuman panas, kini tidak bisa membendung hasratnya lebih lama lagi. Terlebih lagi melihat Geera yang juga tersiksa. Dia pun melakukannya, adegan panas yang seharusnya tidak dilakukannya.

Bangsat, gua harus berhenti.

Zian mengeluh dalam hati. Dia sudah tidak tahu lagi kenikmatan itu datang karena obat yang mengalir di setiap aliran darahnya atau memang dia yang sudah ketagihan akan tubuh Geera. Sedangkan Geera hanya pasrah dengan kenikmatan yang baru pertama kali dirasakannya hingga tubuhnya melemas. Zian pun memeluk tubuh Geera sambil mengatur napasnya yang terengah kelelahan.

Baru beberapa menit berlalu, panas gairah muncul kembali.

"Ah, sial!" Zian melirih kesal dengan suara pelan.

Ini masih nggak cukup.

Zian membatin dalam hati.


^ ^ ^


Geera memalingkan wajahnya yang merah merona ke samping. Dia yang sudah berada di kasur merasa canggung saat Zian memandangi tubuhnya yang terbuka.

Mata Zian menyapu setiap inci keindahan tubuh Geera. Namun, bekas luka yang ada di kedua pergelangan Geera dan tiga bekas luka di perut Geera sempat menarik seluruh perhatian Zian. Menyadari mata Geera memandangi tubuhnya dengan lekat, dia langsung naik ke kasur.

Setelah berkali-kali melakukannya, akhirnya gairah yang disebabkan obat yang disuntikkan oleh Derro lenyap. Geera lemas dan tidak mampu membuka mata lagi. Zian yang juga lemas ikut roboh. Setelah beberapa menit berlalu, dia menarik tubuh Geera perlahan ke dalam pelukannya lalu menyelimuti tubuhnya serta Geera.

Zian pun ikut terlelap.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

2021.

TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang