BAB 8

1.6K 100 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***


Derro sedang menikmati waktunya berenang. Ketika itu, datang salah satu anak buah kepercayaannya, si laki-laki paruh baya yang pernah menemuinya di restoran melaporkan sesuatu tempo hari.

"Gimana?" tanya Derro langsung.

"Keluarga Al-Fatih belum memberikan pernyataan. Belum ada kabar tentang pembatalan pernikahan Zian dan Annisa."

Mendengar berita yang tidak memuaskan itu membuat Derro keluar dari dalam air. Dia menuju kursi di tepian kolam renang. Diminumnya jus yang telah tersedia di sana. Anak buah kepercayaan Derro mengikutinya menuju tepian kolam renang.

"Terus, lagi sibuk apa keluarga Al-Fatih?"

"Kiyai Fatih dan Zahra tetap sibuk dengan urusan pesantren. Umi Laksmi masih menyelesaikan kebutuhan untuk pernikahan. Sedangkan Azka sibuk mengurusi hal lain."

"Hal lain?"

"Sepertinya ada sesuatu di balik pernikahan Zian dan Annisa."

"Apa maksudmu?!!" Derro tampak tidak terima.

"Masih dugaan."

"Nggak mungkin Abi melakukan sesuatu..." kalimat Derro terhenti.

Anak buah kepercayaan Derro hanya diam menunggu.

Derro dengan wajah tegang melihat ke arah anak buahnya mengisyaratkan sesuatu.

"Saya akan menyuruh yang lain untuk memastikannya. Anda tidak boleh ke pesantren dulu."

Derro membuang pandangan dengan kesal.

"Ya, aku tahu." Respon Derro.

"Anda jangan khawatir. Rencana B sudah siap."

Derro menghela napas berat.

"Zian?" lanjut Derro.

"Masih sibuk dengan pekerjaannya, tapi dia menemui perempuan itu lagi. Berciuman, berpelukan, bahkan makan malam bersama. Sayangnya, Annisa menyaksikannya."

Derro langsung naik darah.

"ZIAN BRENGSEK!!!" Derro memekik keras.

"Anda ingin memberinya kejutan?"

"Tentu saja, lakukan." Jawab Derro menyeringai bengis.


^ ^ ^


Zian menghentikan olahraganya saat melihat Andra menemuinya.

"Ini yang lo minta," Andra menyerahkan sebuah map.

Tangan Zian cepat menerimanya lalu dilihatnya isinya.

"Rumah itu milik Ibu Wirhani. Suaminya udah meninggal. Dia punya dua anak. Perempuan semua dan udah pada nikah. Anak pertama punya dua anak dan anak keduanya punya satu anak. Suami anak pertama kerja di pabrik tekstil dan suami anak kedua kerja jadi montir bengkel."

Andra memberikan ringkasan cepat.

"...dan mereka semua tinggal nggak jauh dari alamat Ibu Wirhani." Zian menambahinya sambil menutup map yang ada di tangannya.

TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang