BAB 7

1.7K 101 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Pagi-pagi sekali Andra sudah tiba di garasi rumah milik bosnya. Tidak menunggu lama, bosnya yang tidak lain adalah Zian datang dengan pakaian kasual. Jelas itu membuatnya mendesah kesal.

"Kenapa nggak pakai baju resmi?" tanya Andra.

"Malas," jawab Zian sekenanya.

"Heh??? Gimana bisa gitu? Bos, lo harus ganti baju. Kata Direktur Utama, pertemuan hari ini bukan cuman lihat lahan tapi juga sekalian tanda tangan kontrak."

Andra yang memang umurnya lebih tua beberapa tahun dari Zian membuat Zian menjadikannya teman, bukan karyawan, sejak perkenalan mereka saat Zian masih awal duduk di bangku Tsanawiyah/SMP. Mereka hanya memakai bahasa sopan jika di depan klien atau direktur perusahaan yang tidak lain adalah bapaknya Andra.

"Bilang ke Bapak lo, gue nggak mau ngurusin kontrak hari ini. Gue mau lihat lahan aja. Dia yang Direktur Utama, dia yang harus ngurusin itu. Ayo." Balas Zian yang menyelonong menuju mobil Andra.

Andra menghela napas.

"Ngapain masuk mobil gue?" sambar Andra cepat.

"Anterin gue ke halte. Gue mau naik bus."

"Bus???" Andra ternganga melihat tingkah Zian. "Punya mobil bagus kenapa malah naik bus?" lanjutnya.

"Ah! Buruan!" Zian merajuk sambil membuka pintu mobil Andra.

Andra hanya geleng-geleng kepala..

"Lagi kenapa, sih, itu bocah?" gumam Andra sendiri.


^ ^ ^


Ponselnya yang bergetar membuat Geera melihat layar ponselnya. Ada pesan dari Yedo yang menanyakan keberadaannya yang tidak kerja hari ini. Dia mengabaikannya lalu menyimpan kembali ponselnya ke dalam tasnya. Kepalanya menoleh melihat keluar jendela bus dalam diam. Jika dia ingin mengakhirinya, setidaknya dia harus berpamitan.

Selama di perjalanan, dia hanya memandang keluar jendela sambil memegangi lengan tangannya yang tertutupi lengan panjangnya. Sejak hari di mana dia kehilangan papanya, dia selalu memakai baju lengan panjang yang oversize dan juga celana panjang.

Setelah menempuh waktu tiga jam, dia tiba di terminal tujuan. Dia menaiki ojek untuk menuju suatu tempat.

"Mau bunga apa, Mbak?" tanya pedagang bunga.

"Mawar putihnya tujuh tangkai, Mas." Jawab Geera.

"Oh, baik. Mohon ditunggu."

"Iya."

Tidak menunggu lama, pesanan Geera siap. Setelah membayar, dia berjalan menuju pemakaman terdekat.


^ ^ ^


Zian tidak fokus saat berada di lapangan.

Andra merasa aneh melihat tingkah Zian yang lebih banyak diam dan melamun saat melihat lahan baru di Tangerang. Tadi pun bosnya itu terlambat setengah jam dari waktu yang dijanjikan. Dia yakin ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuannya.

"Bos?" tangan Andra menyenggol lengan Zian.

Akhirnya Zian tersadar dari lamunannya.

"Hm?"

"Gimana?"

"Apa?"

"Tempat ini."

Zian langsung mengedarkan pandangan ke tanah kosong yang luas dan dia sedang berdiri ditengah-tengahnya dengan cepat.

"Suruh Bapak lo tanda tangani kontraknya," Zian memberikan perintah lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

"Deal?" tanya Andra memastikan.

"Ya," jawab Zian yang terus berjalan pergi.

Andra segera menghadap dua orang laki-laki yang ada di depannya.

"Pak Presdir sudah menyetujuinya. Silahkan Anda datang ke kantor menemui Pak Direktur Utama untuk penyelesaian selanjutnya." Kata Andra.

"Tidak jadi langsung tanda tangan di sini?"

"Seperti yang Anda lihat, Pak Presdir buru-buru, ada urusan lain."

"Oh, baik."

"Terima kasih atas kerja samanya. Saya undur diri. Permisi."

"Iya, silahkan."

Andra langsung lari mengejar Zian.

Zian hampir tiba di mobil Andra.

Dia teringat Geera lagi. Tadi dia satu bus dengan wanita itu tetapi wanita itu tidak menyadari kehadirannya padahal dia duduk tepat di sampingnya. Dia melihat wanita itu mengunjungi makam seseorang dengan membawa bunga. Setelah itu, dia mengikuti Geera menuju rumah seseorang sambil memakai masker penutup wajah dan memakai topi jelas menyembunyikan dirinya.

Geera hanya berdiri di tepian jalan memandangi rumah itu. Di rumah itu terlihat ada seorang nenek-nenek yang sedang bermain dengan cucu laki-lakinya. Saat sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah itu, Geera bergerak meninggalkan tempatnya dengan cepat. Setelah Geera pergi, dia sempat melihat rumah itu lagi.

Ada sepasang suami-istri bersama kedua anaknya keluar dari dalam mobil. Kedua anak itu berlarian menghampiri nenek itu dengan riang. Tanpa berlama-lama, dia akhirnya bergerak pergi juga.

"Masuk, Bos." Seru Andra yang sudah ada di samping pintu mobil.

"Hm."

Zian segera masuk mobil.

"Tablet lo mana?" tanya Zian.

Andra segera memberikan tabletnya pada Zian.

Tangan Zian mengotak-atik tablet itu lalu memandangi layarnya saat sesuatu yang dicarinya timbul dengan cepat.

"Ada apa?" tanya Andra.

Zian tampak berpikir keras.

"Sebenarnya itu rumah siapa? Kalo rumah orang tuanya, kenapa di kartu keluarga alamat rumah itu nggak ada namanya?" ucap Zian bertanya-tanya berbicara pada dirinya sendiri.

"Rumah?" tanya Andra yang tidak memahami arah perkataan Zian.

Zian menoleh melihat Andra.

"Cari tahu tentang keluarga di alamat ini," perintah Zian memberikan kembali tablet Andra.

"Siap, Bos." Jawab Andra cepat.


***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

2021.

TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang