BAB 4

2K 93 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Geera yang sudah memakai pakaian lengkapnya seperti semalam menyambar tas kecilnya lalu keluar kamar sambil menahan rasa sakitnya kuat-kuat. Zian dan Uminya yang sedang beradu mulut berhenti seketika saat Geera muncul dari balik pintu.

"Tolong, Nak. Cepat tinggalkan tempat ini. Zian pasti sudah memberi uangnya padamu, kan? Atau masih kurang untuk membayar taksi?" sambar uminya cepat dengan emosi.

Zian menoleh memandangi uminya dengan kemarahan.

Geera berusaha menguatkan dirinya sendiri.

"Tidak. Sudah lebih dari cukup. Permisi." Kata Geera yang bergerak menuju pintu keluar.

Zian memperhatikan Geera yang berjalan normal. Dia tahu Geera sedang menahan rasa sakitnya. Setelah Geera menghilang di balik pintu, Zian kembali menghadap uminya.

"Dia bukan perempuan bayaranku, Umi." Kata Zian.

"Oh, begitu? Tapi bukan itu yang Umi lihat. Umi lihat wajahnya menunjukkan bahwa perempuan itu sangat menikmatinya." Balas uminya telak.

Zian membuang wajah sambil mendesah kesal.

Sedangkan Geera yang masih sempat mendengar itu menitikan air mata. Beruntung hari ini adalah hari minggu, jadi dia tidak harus minta izin dari restoran tempat kerjanya karena hari minggu memang hari libur untuknya. Sesampainya di kamar kos, dia segera merobohkan tubuhnya yang sudah keringat dingin menahan rasa sakit di kasurnya yang berada di lantai.

Air mata membasahi wajahnya lagi dengan keadaannya yang lemah. Matanya memandangi pisau dapur miliknya yang jauh dari jangkauannya dengan air mata yang terus berlinang tanpa diinginkannya.


^ ^ ^


"Kita harus membicarakan tentang ini dengan Abimu. Umi tunggu di rumah, Zian." Kata uminya telak yang langsung bergerak pergi.

Zian hanya membisu di tempatnya berdiri.

Azka menepuk bahu adiknya.

"Pulang, Yan. Pulang." Kata Azka pelan lalu ikut bergerak menyusul uminya yang sudah menuju mobil.

Selepas kepergian umi dan kakak laki-lakinya, Zian masuk ke dalam kamar mandi. Dia merasa sangat lelah. Dia membutuhkan air dingin. Aktifitasnya semalam sudah cukup untuk membuatnya lelah secara fisik ditambah kedatangan uminya yang tanpa memberinya kabar lebih dulu membuatnya lebih lelah secara batin.

Tanpa sengaja matanya melihat kemeja flannel-nya di tempat baju kotor. Ingatannya akan kegiatannya semalam kembali. Kemejanya itu terdapat noda merah.

Perawan.

Batinnya dalam hati.

Tangannya memegangi tengkuk kepalanya merasa sangat lelah. Dia ingat saat mengambilkan pakaian dan tas milik Geera di dalam mobilnya, dia sempat melihat isi dompet wanita itu. Dia melihat KTP wanita itu yang ternyata usianya seumuran dengannya.

"30 tahun tapi masih perawan?" ucapnya.

Kepalanya terasa pusing terlalu banyak pikiran.

TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang