SELAMAT MEMBACA...
***
Pagi-pagi sekali Azka sudah tiba di rumah kedua orang tuanya yang berada di dalam komplek pesantren milik abinya. Dia menunggu uminya yang sedang bersiap. Setelah uminya siap, mobil pun melaju menuju Jakarta.
"Umi bawa apa aja? Kenapa bawa banyak bawaan? Emang Umi mau menginap di rumah Zian?" tanya Azka yang tadi membantu membawa barang bawaan uminya masuk ke dalam bagasi mobil.
"Itu makanan untuk adikmu. Kan, Zian sering lupa makan. Biar nanti bangun tidur bisa langsung makan."
"Oh, aku kira Umi mau menginap di sana."
"Nggak. Kalau Umi menginap di rumah Zian, siapa yang mengurusi Abimu? Zahra juga bisa ngamuk kalau sampai tahu Umi menginap tapi nggak ngajak dia."
Azka tersenyum mendengar jawaban uminya.
"Umi udah coba telpon Zian lagi?"
"Udah tadi habis subuh, tapi tetap nggak aktif hp-nya."
Azka terdiam sesaat sedang berpikir.
"Kenapa kita nggak tunggu dulu sampai hp-nya aktif baru datang ke rumahnya, Umi?" Azka berusaha membujuk uminya. Dia mulai cemas jika adiknya itu sedang melakukan hal buruk lagi.
"Nggak pa-pa. Lagian Umi udah masakin makanan buat dia."
"Kalo dia nggak ada di rumah, gimana?" lanjut Azka terus berusaha.
"Ke kantornya saja, atau telpon sekretarisnya."
Azka kehilangan alasan lain karena uminya tetap kekeh.
^ ^ ^
Perlahan Zian membuka mata.
Zian membeku sejenak saat melihat sosok Geera ada dipelukannya masih tertidur pulas. Pelan-pelan dia melepas pelukannya dan turun dari kasur. Dia menuju lemarinya mengambil baju lengan panjang yang tebal dan lembut. Kemudian, dia kembali ke kasur untuk memakaikan bajunya itu pada tubuh Geera, tetapi gerakannya terhenti.
Terlihat ada tiga garis bekas luka di tangan kanan Geera. Diperhatikannya bekas luka itu dalam diam lalu matanya beralih melihat pergelangan tangan kiri Geera, di sana ada empat garis bekas luka. Dia juga menangkap tiga bekas luka di perut Geera. Dia memicingkan mata berpikir sesaat.
Ini kayak bekas kena...
Batin Zian tidak menyelesaikan kalimatnya saat menyadari gerakan di tubuh Geera.
Geera baru saja membuka mata.
Zian segera menurunkan ujung baju yang dipakaikannya menutupi perut Geera lalu memasang wajah datar. Geera yang baru sadar langsung bergerak ingin menjauh dari Zian dengan wajah ketakutan, tetapi rasa sakit di intim-nya membuatnya tidak melanjutkan gerakannya dan merintih kesakitan.
"Maaf," seru Zian.
Tidak ada respon dari Geera. Dia berusaha menahan rasa sakit yang sangat menyiksanya itu kuat-kuat.
"Itu akan sakit untuk beberapa hari ke depan," tambah Zian.
Perlahan Geera mengangkat wajahnya melihat Zian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]
RomanceWARNING!!! 21+ SILAHKAN DI FOLLOW DULU BARU BACA, YA. JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT-NYA. TERIMA KASIH. *** Zian Muharram. Anak kedua dari seorang Kiyai ini terkenal sangat buruk. Demen-nya melakukan seks alias berzina. Niatnya mau tobat malah ketem...