SELAMAT MEMBACA...
***
Hari-hari berlalu dengan cepat. Seminggu telah berlalu setelah kejadian panas malam itu. Kini, Geera kembali masuk kerja. Yedo menyambutnya saat dia masuk ke dalam dapur restoran.
"Tumben cuti seminggu padahal bukan lebaran," kata Yedo.
"Mmm..."
Yedo memperhatikan Geera yang tampak berubah. Meskipun Geera memang biasa tidak banyak bicara, tetapi kali ini Yedo merasakan sesuatu lain yang lebih gelap di sarat mata Geera.
"Pulang ke Tangerang?" tanya Yedo.
"Nggak," Geera bersuara.
"Terus... ngapain aja seminggu cuti?" lanjut Yedo.
"Tidur," jawab Geera sekenanya.
Geera yang sudah sibuk menyiapkan peralatan memotong bergerak menuju tempatnya bekerja. Dia harus segera memulai pekerjaannya untuk memotong-motong bahan makanan yang dibutuhkan para koki. Yedo mengekorinya.
"Terjadi sesuatu?" tanya Yedo lagi.
Geera tidak menjawab. Ingatannya tentang kejadian panas malam itu menyeruak ke permukaan. Setiap kali mengingat kejadian itu, dia membenci dirinya sendiri. Dia merasa kotor. Dia tidak percaya dia juga sangat menikmati adegan panas itu.
Ketika itu, ada yang memanggil Yedo.
"Ya, Bu Bos?" Yedo menyahut cepat.
"Bahan makanan sudah datang. Cepat pindahkan ke gudang." Perintah seorang wanita yang berdandan mencolok ada di balik pintu. Dia adalah pemilik restoran.
"Siap!" Yedo segera pergi meninggalkan Geera.
Selepas kepergian Yedo, wanita pemilik restoran itu bertabrakan pandangan dengan Geera.
"Udah cukup istirahatnya?" tanya wanita pemilik restoran.
"Ya," jawab Geera pendek.
Wanita pemilik restoran itu memperhatikan Geera yang memegang sebuah pisau siap memotong sayur-sayuran.
"Hati-hati. Pisaunya tajam. Jangan sampai masuk RS lagi. Gue sibuk, jadi jangan coba-coba...!" pesan wanita pemilik restoran.
Geera hanya menganggukan kepala lalu tertunduk, mulai fokus bekerja.
Wanita pemilik restoran itu menghela napas melihat Geera.
^ ^ ^
Annisa yang ditemani kakak perempuannya sedang menunggu Zian di sebuah taman dekat tempat tinggalnya di Bandung.
"Tumben Zian telat. Udah lewat setengah jam." Kata kakak Annisa.
"Mungkin di jalan macet," jawab Annisa.
"Udah kamu coba kasih pesan? Tanya, dia udah di mana."
"Udah aku wa tadi, tapi belum ada balasan."
"Tapi ke kirim, kan?"
"Iya, ceklis dua kok."
"Ya udah, tunggu bentar." Kata kakaknya yang beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri anak laki-lakinya yang berumur empat tahun sedang kesulitan turun dari ayunan tdak jauh dari tempat duduk Annisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]
RomanceWARNING!!! 21+ SILAHKAN DI FOLLOW DULU BARU BACA, YA. JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT-NYA. TERIMA KASIH. *** Zian Muharram. Anak kedua dari seorang Kiyai ini terkenal sangat buruk. Demen-nya melakukan seks alias berzina. Niatnya mau tobat malah ketem...