BAB 9

1.6K 92 2
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***


Tangan Geera melepas sweater-nya lalu membalutkannya di luka Zian.

"Aww!!!" Zian merintih kesakitan.

"Pendarahannya harus dihentikan," ujar Geera yang lebih berhati-hati agar tidak terlalu menyiksa Zian.

Tanpa diketahui Geera, mata Zian memandangi wajah Geera dengan lekat. Air mata yang membasahi pipi Geera membuatnya tersentuh. Tiba-tiba saja desiran panas menjalari tubuhnya.

Geera selesai membalutkan sweater-nya di luka Zian. Tiba-tiba saja tubuhnya menegang saat bibir Zian menyentuh bibirnya lembut. Kecupan itu membuatnya terhipnotis. Dia hanya diam membiarkan Zian memberikan kecupan demi kecupan hingga menjadi ciuman panas.

Tangan Zian memegang pinggang Geera lalu menarik tubuh Geera berada di pangkuannya dengan posisi kaki Geera melingkari pinggangnya. Ciumannya semakin panas dan menuntut. Tidak ada penolakan dari Geera. Menyadari milik-nya di bawah sana menegang, dilepaskannya ciumannya.

Zian dan Geera saling pandang sambil mengatur napas masing- masing yang memburu karena ciuman panas mereka.

"Kenapa kamu melakukannya?" tanya Zian.

Geera yang tidak nyaman dengan sesuatu yang mengeras di bawah sana berusaha menunjukkan wajah polos.

"Aku takut," jawab Geera jujur.

"Takut karena memang kamu takut melihat kekerasan atau takut karena mengkhawatirkanku?"

Geera membutuhkan waktu untuk menjawabnya. "Yang pertama."

Jawaban itu membuat Zian menyunggingkan senyum.

"Aku jujur," tambah Geera melakukan pembelaan.

"Iya..." balas Zian yang masih tersenyum.

Geera berusaha membuang pandangan.

"Bisa tolong aku buat berdiri?" lanjut Zian mengalihkan.

Geera segera tersadar dan beranjak dari pangkuan Zian. Dia segera membantu Zian berdiri. Mereka harus meninggalkan tempat itu. Dikarenakan Zian tidak ingin ke Rumah Sakit maka Geera membawa Zian pulang ke rumah Zian. Sesampainya di sana, Geera membantu Zian menuju bathtub karena Zian mau berendam di air dingin untuk mengatasi rasa sakit pada seluruh tubuhnya yang dipenuhi memar.

Saat Zian berendam sambil memejamkan mata, Geera menangani luka di lengan tangan Zian. Dia mengobatinya lalu memperbannya sebisanya. Meskipun dia bukan tenaga medis, dia tahu cara mengatasi pendarahan karena sudah terbiasa mengurusi dirinya sendiri selama enam tahun terakhir.

Setelah satu jam berendam, Zian merasa baikkan.

"Bisa tolong ambilkan celana di lemari?"

Geera menganggukkan kepala lalu keluar kamar mandi.

Zian membilas tubuhnya dengan shower. Menunggu Geera yang tidak timbul juga, akhirnya dia memakai handuknya lalu menuju lemari. Dia melihat Geera yang kebingungan mencari celananya.

"Nggak ketemu?" tanya Zian yang menyentuh pinggang Geera.

Geera sontak mengejang kaget dengan sentuhan dingin Zian yang lama berendam di air dingin.

TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang