BAB 6

1.8K 100 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***


Pandangan Zian tidak terlepas dari sosok Geera yang melanjutkan memandangi air mancur di depannya sambil menghabiskan es krimnya. Dia mulai berjalan mendekati tempat Geera dengan tenang setelah laki-laki yang tadi bersama Geera sudah pergi. Sebenarnya tadi dia tidak sengaja melihat Geera saat akan membeli rokok lalu diikutinya.

Dia tidak jadi menemui Annisa di Bandung. Perasaannya yang sedang kacau membuatnya hanya mengirimkan pesan mengatakan tidak bisa bertemu karena tiba-tiba ada urusan pekerjaan. Entah kenapa, saat dia melihat sosok Geera yang melamun tengah memegangi pergelangan tangannya membuatnya ingin menemuinya.

Ketika hampir tiba di tempat Geera duduk, dilihatnya Geera beranjak dari tempatnya setelah menghabiskan es krimnya. Geera tampak akan meninggalkan taman tersebut. Dia mempercepat langkahnya lalu menarik tubuh Geera dengan cepat.

Dia...???

Batin Geera yang terperanjat terkejut.

Zian menatap lekat bibir Geera lalu dengan gerakan tiba-tiba bibirnya mencium bibir Geera. Merasakan penolakan yang dilakukan Geera, dia jadi semakin erat memegangi tubuh Geera sambil terus melumat bibir Geera.

Geera yang panik dan ketakutan tidak bisa melepaskan diri dari laki-laki yang sudah mengambil keperawanannya itu mencoba menggigit lidah Zian saat lidah Zian menjelajahi mulutnya dengan panas. Itu cukup berhasil membuat Zian melepas ciumannya. Geera segera melarikan diri.

Zian yang bisa merasakan perih pada lidahnya menggerakkan jari tangannya menyentuh lidahnya yang ternyata berdarah. Dia meringis lucu. Kemudian, dia mengejar Geera yang menuju jalan utama. Ketika menyadari Geera yang berlari akan menyeberang jalan tanpa melihat kanan-kiri lebih dulu membuatnya membulatkan mata.

"Sial!" desah Zian pelan sambil menggerakkan kakinya lebih cepat berlari berusaha menggapai Geera.

Terlihat ada satu mobil sedan dan dua motor melaju kencang tampak sedang saling balap mendekati tempat Geera yang akan menyeberang.

Tangan Zian berhasil menggapai tubuh Geera yang ditariknya keras hingga tubuh wanita itu menghantam ke pelukannya dengan kuat pula. Dia memeluk erat tubuh wanita itu sambil mengatur napasnya yang memburu. Jantungnya berdetak cepat. Geera yang juga mengatur napasnya tanpa sadar memeluk tubuh Zian dengan erat.

"Bunuh diri di jalan raya itu nggak akan langsung bikin kamu mati. Paling cuman luka-luka dan patah tulang." Ucap Zian.

Geera melonggarkan pelukannya lalu mendongak melihat Zian.

"Tenang aja, aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuman mau minta temenin makan." Lanjut Zian mengalihkan.

"Mm?" Geera merasa keheranan.

Saat itu perut Zian bersuara. Dia memang lapar karena sejak pagi belum makan.

"Sebentar doang. Ayo." Ajak Zian yang memeluk bahu Geera.

Geera menolak bahunya dipegang Zian.

Zian mendesah kesal lalu menggamit tangan Geera dan menariknya menuju penjual pecel ayam yang tidak jauh dari sana. Selama menunggu makanan disiapkan, Zian memakan kerupuk yang tersedia di meja.

"Nama?" tanya Zian.

Geera tidak menjawab.

"Nama di KTP Geera Isthika. Harus aku panggil Geera, Isthi, atau Thika?" lanjut Zian yang mengingat pernah melihat KTP milik Geera.

TAKDIR YANG MENYAKITKAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang