[33] Diskusi

1.1K 206 37
                                    

Jauh di pelosok kota, pada salah satu sekolah tua tak berpenghuni, di dekat kuil yang masih berdiri kokoh, menembus belantara hutan yang dialiri sungai jernih. Para petinggi Toman melakukan pertemuan dengan salah satu kelompok paling ditakuti pada era Showa.

Chetrye Shadows.

Kelompok misterius beranggotakan empat orang. Tak ada yang tahu nama asli mereka, sekalipun tahu. Maka orang lain tak akan percaya begitu saja, terlalu mustahil untuk dipercayai.

Lantaran sosok mereka yang terlalu bersahabat, namun menyimpan keganasan dibalik senyum penuh makna.

Suasana hening. Tak ada yang membuka suara, hanya desir angin yang membuat ranting bergesekan, menciptakan melodi alam khas. Kicauan burung dapat didengar jelas, seirama dengan musik alam. Sekon demi sekon terlewati begitu saja, hampir satu jam. Hingga Ryuma mulai angkat bicara.

"Jadi... Kenapa kami dipanggil kemari?" Menatap Sano manjirou. Tangan Ryuma tertangkup, dengan kedua lengan tertumpu lutut. Duduk pada salah satu kursi disana, sedikit membungkuk namun aura intimidasi dapat dirasakan.

"Aku ingin kalian bergabung dengan Toman." Ujar Mikey tatapan nya tak lepas dari keempat orang yang mengeluarkan aura sama.

Misterius namun mengintimidasi. Aura tersebut dirasakan dari keempat orang tersebut.

"Kenapa harus?" Raka melayangkan pertanyaan. Hanya melirik dari ekor matanya, kedua tangan tersilang didepan dada. Bersandar pada dinding sekolah lama. "Kenapa kami harus bergabung dengan kalian?"

"Apakah harus memiliki alasan khusus? Bukankah kalian dulu seperti kami?" Ujar Hakkai Shiba membuat Ryuma melirik nya tajam. Tubuh seketika membatu ditempat.

"Jangan samakan kami dengan kalian," ujar Ryuma. Menyandarkan punggung pada kursi. "Kalian dan kami berbeda."

"Jauh berbeda." Sambung Vans. Pemuda berperawakan manis semi imut itu kini mengeluarkan aura misterius namun membuat buku kuduk berdiri. "Pertempuran kami tidak seperti kalian. Kami lebih bersih terbiasa menyelesaikan dengan elegan."

"Coba kalian cari insiden peralihan era Heisei awal menuju pertengahan" Giandra duduk pada salah satu meja, kaki nya menumpu satu sama lain sementara tangan diluruskan. Menumpuk berat badan yang sengaja di tumpuk pada belakang. "Mungkin diantaranya..."

Tersenyum manis namun terkesan menyeramkan, Giandra menyipitkan mata menatap para anggota Toman. "Adalah ulah kami?"

Tersentak, semua yang ada disana terkecuali anggota Chetrye Shadows terdiam ditempat. Beberapa meneguk air liur kasar, napas tercekat, bagaikan dicekik kuat. Keringat dingin keluar begitu saja.

Mikey tahu, sangat tahu. Bahwa saat ini ia berhadapan dengan sekelompok orang gila yang bisa melakukan apapun.

Garis bawahi apapun.

"Jadi kalian menolak?" Mikey membuka suara memecah kesunyian.

"Kami tak bilang akan menolak." Ujar Giandra. Atmosfer seketika berubah. Membuat Raka menatapnya lekat. "Hah?"

"Chetrye Shadows bergabung dengan Toman." Ujar Giandra tegas, membuat Raka refleks menggebrak meja keras. "WOI! APA-APAAN!?"

"Aku setuju!" Seru Vans. Berdiri menjulurkan tangan pada langit. Tersenyum ceria. "HOI!?"

Sekarang hanya satu orang yang belum memilih.

Raka mengalihkan pandangan. Menatap Ryuma yang sepertinya sedang menimang, menentukan pilihan. Menyembunyikan manik hitam legam dibalik kelopak mata.  "Ryu! Lo bagaimana!?"

Membuka mata, Ryuma menyeruakan keputusan nya. "Aku ikut."

"RYUMA!"

"Dua dari kita sudah joint. Dan kau tau seberapa keras kepala dua orang tersebut." Raka menghembuskan napas gusar, menyandarkan tubuh pada dinding, menyapu rambutnya kebelakang kemudian menggaruk kasar. "Kau juga tau benar aku hanya mengikuti."

"Kalian ini. Kalau kita ikut! 'mereka' otomatis ikut juga!" Seru Raka. Para petinggi Toman kebingungan sementara Ketiga teman nya yang lain menatap ia lekat.

"Iya, aku tau 'mereka' akan ikut juga." Raka menatap pemudi pemilik Surai perak geram. "Lalu kenapa ka–"

"Karena–" Giandra memotong ucapan Raka. "Sudah saatnya kita keluar dari kepura-puraan. Sudah waktunya kita kembali, kembali seperti dulu, anggap ini yang terakhir."

Sebelum Raka mengeluarkan suara, Draken sudah lebih dulu menyela. "Siapa mereka?"

"Mereka–" Ryuma berjalan menuju jendela usang, membiarkan cahaya matahari memasuki ruang kelas tak terpakai tempat mereka berada. "Orang-orang dengan kegilaan luar biasa."

"Siapa?" Kali ini Baji yang bersuara.

"Kau tau geng kecil dari beberapa distrik?" Tanya Vans. Baji mengangguk. "Hanya beberapa."

"Kau tahu Durst, Phartas, Eagle, Shigami, Black street?" Vans mengajukan pertanyaan kembali.

"Mereka bukan geng kecil," Mitsuya membuka suara setelah dari tadi diam. "Terlalu banyak anggota pada geng tersebut untuk dikatakan kecil."

"Tapi terlalu sedikit untuk dikatakan besar." Sambung Giandra. "Dan mereka–"

"Akan selalu mengikuti kami se-la-lu." Raka melanjutkan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tunggu!" Seru Chifuyu. Ekspresi wajahnya terkejut. "Mereka geng yang cukup kuat! Dan–"

"Dan mereka pasti akan ikut dengan kami, serta bergabung dengan Toman." Ujar Giandra ia sekarang berada di depan pintu masuk. "Mereka juga sudah berada disini."

Pintu terbuka, menampakkan 340 orang dengan seragam geng yang berbeda. Dengan ekspresi bermacam-macam. "Salah satu alasan kami sulit bergabung dengan geng lain."

"Lantaran mereka, 340 orang yang harus ikut bergabung." Raka menunjuk orang-orang tersebut. Kemudian tersenyum sinis.

"Atau perang kembali pecah."

- - - - - - - - - -

Ryuma menatap para anggota Toman, meliriknya takut-takut sekaligus kagum. Mungkin penasaran apa yang dilakukan salah satu anggota Chetrye Shadows tersebut pada pertemuan kali ini. Tak ada yang berani mengusir sekalipun mengusik.

Julukan Silent killer melekat, menghancurkan lawan tanpa suara sedikitpun. Adalah ciri khas nya, terbukti ia berhasil menghancurkan 100 anggota Valhalla sendirian tanpa suara.

"Kau siapa?" Ryuma menoleh. Seorang gadis dengan seragam sailor hitam berhias garis merah mendekat. Rambut panjang orange semi pink bergoyang.

"Silent." Ryuma menjawab dengan panggilan yang Mikey berikan. Gadis tersebut mengerutkan kening, mengangkat satu alis. "Silent?"

Ia ingat benar tak ada yang bernama Silent di geng Toman, satupun tak ada. Kecuali ia anggota baru. "Kau anggota baru?"

"Iya baru bergabung beberapa hari yang lalu." Jawab Ryuma mendekat, hingga mencapai limit. Satu meter jaraknya dari sang gadis."kau Yuzuha Shiba bukan?"

"Dari mana kau tau?" Gadis tersebut bersiaga. Ryuma menjawab dalam hati 'koneksi Raka yang tak terbatas'.

"Aku tak akan berbuat macam-macam, aku akan langsung habis di tempat bila berani melakukan sesuatu padamu." Ryuma mendekat. Membuat Yuzuha refleks mundur, tak sengaja tersandung batu. Ia kehilangan keseimbangan.

Memejamkan mata, siap menerima rasa sakit. Namun tak kunjung ia dapatkan, sebaliknya. Pelukan pada pinggang yang menahan beban tubuh, tangan kekar serta lembut mencegah ia terjatuh menyentuh permukaan bumi keras. Menatap pemilik tangan kekar, yang kini menatap nya datar.

"Lain kali berhati-hatilah, beruntung kau hampir jatuh menghantam tanah." Mendekatkan wajah, Ryuma berbisik tepat di telinga Yuzuha. Dengan nada dalam semi serak. "Berdoalah semoga kau tak jatuh padaku."

Ryuma menarik pinggang Yuzuha hingga gadis tersebut berdiri tegak, sementara si gadis membatu dengan wajah merona yang ketara. Ryuma berjalan menjauh, kontras dengan Yuzuha. Ia tersenyum puas.

• ÷ • ÷ • ÷ • ÷ • ÷ • ÷ • ÷

Silahkan vote dan coment, maaf jika ada kesalahan mohon dikoreksi.

Thanks Reader

See you next chapter

Cʜᴀɴɢᴇ Tʜᴇ Fᴜᴛᴜʀᴇ { ᵗᵒᵏʸᵒ ʳᵉᵛᵉⁿᵍᵉʳˢ }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang