[36] Meet You

1.2K 169 33
                                    

"Seseorang disini mengkhianati kita." Ucapan Hanma membuat semua top admin Tokyo Manji yang hadir terdiam. Suasana yang ramai lantaran perdebatan kini sunyi diliputi ketegangan.

"Seseorang melaporkan nya?" Pertanyaan Pehyan memecah keheningan.

"Mana mungkin diantara kami melakukan hal itu! Bahkan meskipun sebagian dari kalian itu brengsek, aku tidak akan pernah melaporkan gengku sendiri!!" Ujar Pachin dengan nada yang sedikit di tinggikan pad kalimat akhir.

"Dasar bodoh jika tidak ada yang melapor... lalu kenapa ada banyak tempat dicari di hari yang sama!?" Pertanyaan dari Kokonoi seakan-akan mematahkan ujaran Pachin. Atau memang itu tujuan nya.

Pachin yang terbakar emosi berseru lantang dengan jemari yang menunjuk Kokonoi geram, sementara yang ditunjuk tetap santai menduduki singgasana nya. "HEI KAU PIKIR SIAPA YANG KAU PANGGIL BODOH!?"

"Kalau kau ingin bertarung, aku yang akan menghabisi mu bocah gendut." Balas Inui refleks berdiri dari duduk nya, siap berkelahi dengan Pachin membuat kegaduhan sekali lagi terjadi.

"KAU MAU DIPUKUL BAJINGAN?"

"MAJU SINI BRENGSEK!"

Sementara itu suara langkah kaki mendekat, memberikan bunyi khas sepatu yang bertemu dengan permukaan lantai. Serta sensasi tersendiri bagi yang mendengar.

"Tidakkah kita sedang bersenang-senang?" Si pemilik langkah kaki bersuara diiringi suara langkah yang semakin jelas memasuki pendengaran.

"Hm?" Takemichi menoleh pada sumber suara familiar yang menyapa, penasaran dengan si pemilik suara tersebut. Namun saat ia melihat wajah pemilik suara itu jantungnya seakan berdetak lebih keras dari biasanya lantaran lonjakan adrenalin yang mendera diri.

"SELAMAT MALAM PAK!!!" Semua orang yang ada disana refleks berdiri, memberikan salam hormat pada Kisaki sang pemilik suara yang kini menampakkan diri secara totalitas. Terkecuali Takemichi yang masih diselimuti keterkejutan serta kebencian yang mengakar.

'Kisaki!!'

Dilain tempat pada sebuah pemakan, seorang pria merapatkan kedua telapak tangan dengan mata tertutup sementara harum dupa terbakar membelai penciuman memberikan rasa sesak di dada.

"Kau berkata kita akan berbicara setelah aku bebas" pria itu membuka mata, menatap sendu makam bertuliskan Shikama. Membiarkan memori menguasai pikiran sejenak sebelum kembali pada kenyataan pahit. "Namun kenapa kau tak menepati nya Raka?"

Ryuma yang melihat pemandangan itu terdiam, bersembunyi di balik bayangan pepohonan yang tumbuh disana. Menatap langit tanpa bintang hanya bulan sebagai penghias ia menghembuskan napas, bersamaan dengan asap mengandung nikotin yang ikut keluar.

"Siapa yang mengira lelucon kita dulu menjadi nyata."

- - - - - - - - - -

Giandra membuka pintu apartemen nya dengan perasaan campur aduk senang sekaligus penasaran. Senang karena mendapatkan teman baru ya itu Yukarin, serta penasaran dengan hubungan teman barunya dan Mitsuya. Tapi kenapa juga dia harus pikirin?. Dan kenapa berapa kali pun ia berusaha menghilangkan kemungkinan tak mengenakan maka berkali-kali juga pikiran-pikiran itu kembali? Biasanya temen cowok nya deket sama cewek dia gak begini biasa aja. Kenapa kalau Mitsuya dia jadi kepikiran.

Giandra jadi lelah dengan pikiran nya.

"Tadaima~" Suara mendayu memasuki pendengaran, disertai bau amis darah yang menyapa. Menatap sofa ruang tamu tempat suara berasal, seorang pria berambut perak dengan senyum manis namun wajah ternoda darah kini merentangkan kedua tangan. "Sini peluk~"

Cʜᴀɴɢᴇ Tʜᴇ Fᴜᴛᴜʀᴇ { ᵗᵒᵏʸᵒ ʳᵉᵛᵉⁿᵍᵉʳˢ }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang