[35] Back and meet

1.3K 205 20
                                    

Dibawah temaram lampu. Ditemani angin yang membelai kulit lembut, dimana sang rembulan sudah mulai menampakkan diri walau tipis. Dua orang berbeda gender yang kini tengah menatap cakrawala. Menikmati keheningan yang diiringi kedamaian sementara.

"Jadi kau akan kembali Takemichi?" Tanya Giandra. Ia meneguk ocha pada kaleng ditangan singkat. Sementara si pemuda mengangguk mantap. "Ya, besok aku akan kembali ke masa depan."

"Apapun hasilnya nanti... Ingatlah itu hasil kerja keras mu, tak peduli seberapa buruk masa depan yang menanti. Kau hanya perlu kembali, serta menghapus faktor kejadian buruk dimasa mendatang." Giandra menatap Takemichi. "Kau boleh saja berputus asa. Namun jangan pernah menyerah. Karena kau hebat menjadi dirimu sendiri. "

Takemichi menatap Giandra, segelintir rasa haru menyapa. Sekali lagi mengangguk. Tekad yang berkobar bagai api abadi terpantul pada manik biru sang pemuda. "Terima kasih Dra-san."

"Aku akan mengawasi Toman di lini masa ini. Kau bisa kembali pada masa depan dengan tenang." Giandra meneguk tetes terakhir Ocha nya. Melempar kaleng yang sudah kosong tersebut, mendarat tepat pada tempat sampah disana.

"Ya!" Seru Takemichi. Ia ingin berpamitan, namun sekelebat pertanyaan muncul pada benak. "Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu Dra-san."

"Hm? Apa itu?" Balas Giandra pipinya tertumpu lengan yang menekuk. Menatap Takemichi.

"Kau... Salah satu anggota Toman?"

- - - - - - - - - -

Ryuma berjalan melawan arus para manusia pada trotoar jalan. Berjalan cepat semi berlari, sesekali melihat jam tangan yang melingkar pas pada lengan. Berdecak, kala tahu bahwa sekarang sudah lewat 5 menit dari jadwal.

Diam-diam meruntuki kebodohan nya. Bisa-bisanya ia melupakan hari pertemuan setelah sekian lama tak berkumpul dengan ketiga orang bar-bar semi Sengklek tersebut. Ya, dia mengakui kalau dirinya pun sama. Namun setidaknya ia tak segila pemuda berambut hijau.

Memasuki salah satu gang kecil, terapit gedung pencakar langit kelas atas. Ia terus melangkahkan kaki. Tak memperdulikan bau sampah yang menyerangat, atau hewan-hewan penghuni yang menjadi salah satu sumber penyakit tersebut. Berdiri pada salah satu gambar pintu ganjil di dinding, ia menendang tembok tersebut.

2 kali di kanan, 1 kali di kiri, menendang 2 kali pada bagian atas secara beruntun, memutar tubuh 180° kemudian ia menendang bagian tengah gambar pintu pada dinding. Sedetik setelah itu, pintu terbuka namun bukan pada gambar. Melainkan permukaan aspal.

Menampakkan sebuah lubang gelap, tak terlihat akhir dari kegelapan disana. Melompat kedalam lubang terkait, seketika itu juga sosoknya menghilang bersama lubang tersebut.

"Kau terlambat Ryuma!" Raka berseru menatap jengkel Ryuma yang baru datang. Pemuda tersebut telat 8 menit.

"Maaf, aku lupa hari ini ada pertemuan." Ryuma mendudukan diri pada salah satu sofa disana. Sedikit kasar hingga agak memantul.

"Kukira kau lupa tempat nya dimana." Ujar Vans polos. Meletakkan setoples Cookies coklat pada meja yang berada tepat didepan sofa.

"Tidak, aku masih mengingat nya dengan jelas." Ryuma mengambil teko, menuangkan isinya hingga memenuhi gelas. "Lebih baik bersihkan jalan menuju markas."

"Iya dibersihin kok," Giandra datang, membawa nampan berisi semangkuk keripik kentang. "Tapi berkedok kerja bakti."

"Kenapa gak ketemuan di markas pinggir sungai aja?" Tanya Raka menyantap kue kering disana. Giandra menggeleng sebagai jawaban. "Di sana lagi banyak orang, bisa gawat kalau sampai ketahuan."

Cʜᴀɴɢᴇ Tʜᴇ Fᴜᴛᴜʀᴇ { ᵗᵒᵏʸᵒ ʳᵉᵛᵉⁿᵍᵉʳˢ }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang