─┈┈┄┄╌╌╌╌┄┄┈┈─
love is closing doors
to find our way back to opening───┈┈┄┄╌╌╌╌┄┄┈┈───
Four years later ....
"Hah ... pegal sekali. Pergelangan kakiku rasanya seperti akan putus!" keluh seorang perempuan yang akhirnya dapat bersentuhan dengan empuknya ranjang kamar, setelah berjam-jam berdiri menggunakan heels tinggi sepanjang proses pemotretan.
Perempuan yang juga duduk di ranjangnya menyahut, "Ayolah, kau sudah melakukan hal tersebut selama bertahun-tahun," ujarnya tanpa mengalihkan tatapan dari layar ponsel.
"Ino, asal kau tahu saja, berdiri menggunakan heels selama berjam-jam tetap saja terasa sakit meskipun kau sudah melakukannya bertahun-tahun! Coba saja kau alami sendiri."
"Sakura sayang, dengar. Aku sudah mengalami hal tersebut jauuuh sebelum kau melakukannya. Jadi sudah jelas, aku tahu bagaimana rasanya kaki pegal akibat terlalu lama memakai heels."
"Nah, itu kau tahu."
"Tapi tetap saja, reaksiku tidak berlebihan sepertimu."
"Ah, ya, terserah!" Sakura berdecak kencang dan berdiri meninggalkan Ino. Dia tidak pernah menang jika sedang berdebat dengan sahabatnya itu. Jadi, ia memutuskan untuk pergi saja dari kamar, mencari sekaleng soda dari lemari pendingin guna menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering.
Sakura menutup kembali pintu lemari pendingin setelah mendapatkan kaleng soda yang ia mau. Kaleng berbunyi nyaring ketika Sakura membukanya. Berjalan ke arah ruang keluarga, kemudian mendudukkan dirinya pada salah satu sofa panjang berwarna cream. Salah satu tangannya yang kosong mengambil remote televisi, menyalakan benda persegi panjang besar yang berada di seberangnya.
Terdengar suara langkah kaki cepat dari arah kamar Sakura. Ino berjalan ke tempat Sakura dengan buru-buru, turut mendudukkan diri di samping wanita itu dengan kasar. Membuat isi dari kaleng soda yang dipegang oleh Sakura tanpa sengaja tumpah ke sofa.
"Ino?! Santai sedikit bisa?" sentak Sakura. Tentu saja dia ikut terkejut dengan gerakan mendadak yang dilakukan oleh sahabatnya.
Ino hanya menyengir sebagai balasan, "Maaf, maaf."
Sakura menghela napas lelah. Semakin bertambah umur, kelakuan sahabatnya ini justru semakin menjadi. Semakin banyak tingkah-laku aneh yang dibuatnya. Namun, Sakura tidak dapat menampik bahwa Ino merupakan sahabat terbaiknya. Wanita inilah yang membantunya dalam menggapai karir modeling-nya.
Sakura tidak akan bisa sejauh ini apabila tidak ada Ino di belakangnya. Namanya mulai melambung setelah Ino menjadikannya sebagai salah satu model di butik miliknya. Mereka semua tertarik pada rambut merah mudanya yang unik. Tentu saja. Tidak banyak orang yang memiliki rambut nyentrik seperti dirinya, apalagi yang sudah berwarna alami dari lahir.
Selama beberapa menit, tidak ada percakapan di antara keduanya. Mereka fokus menonton acara televisi yang sedang berlangsung. Hingga akhirnya, Ino membuka suara, "Sakura ... apakah kau tidak ingin kembali ke Jepang?"
"Entahlah, aku mas—"
Ting tong!
Perkataan Sakura terpotong oleh bel apartment yang berbunyi. Ia kemudian bangkit untuk melihat siapa orang yang bertamu malam-malam seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI-FAN! [COMPLETED]
FanfictionDirinya tidak menyukai pria itu, sungguh! Lihat saja pantat ayamnya itu. Lebih terlihat seperti bokong ayam milik pamannya. Lain kali ia akan mengambil gambar bokong ayam bohay milik pamannya, lalu meng-uploadnya ke sosial media dengan caption: "INI...