Akhirnya, seminggu sudah Sakura tinggal di apartment Sasuke. Melakukan berbagai permintaan tidak masuk akal pria itu selama sakit. Dia jadi merasa seperti babysitter-nya.
Masih ada waktu tiga minggu lagi sebelum kesabarannya habis total. Tapi, sepertinya persentase kesabaran Sakura itu akan habis sebelum waktunya karena kelakuan menyebalkan Sasuke kemarin. Dari sembilan puluh persen, menurun drastis ke lima puluh persen. Tuhan, tolong kuatkan Sakura.
Saat ini, Sakura sedang bersiap-siap—berdiri di depan meja rias. Memoles wajahnya dengan makeup tipis. Sasuke bilang bahwa ia akan bermain ke rumah Sai, dan menawari Sakura apabila dia ingin ikut. Perempuan yang ditanya seperti itupun langsung mengangguk mengiakan, Sakura sudah saaaangat bosan berada di dalam ruangan terus. Dia merindukan belaian sinar matahari.
Dan juga, sudah beberapa waktu ini dia tidak bertemu Ino. Mereka berdua hanya dapat berbincang lewat via telpon saja, yang rasanya kurang pas apabila tidak bertemu secara langsung.
Suara ketukan terdengar dari arah luar pintu kamar Sakura, disusul oleh sebuah suara Sasuke. "Sakura, sudah selesai?"
"Iya, tunggu sebentar!" seru Sakura. Dengan cepat, dirinya menyemprotkan parfum kebeberapa bagian tubuh, mengambil tasnya, lalu pergi menghampiri Sasuke.
Dia mendapatkan Sasuke sedang duduk di sofa sembari memainkan ponselnya. "Ayo, Sasuke. Aku sudah selesai."
Sasuke mengalihkan perhatiannya dari ponsel pada sosok Sakura. Mata sehitam malamnya itu menatap Sakura dari ujung kepala hingga ujung kaki. Membuat Sakura yang ditatap sedemikian intens-nya merasa kurang nyamana.
"Sasuke?"
Seakan tersadar dengan apa yang dirinya lakukan, Sasuke langsung berdehem dan berdiri. Berjalan ke arah pintu tanpa menghiraukan Sakura yang kebingungan dengan perilakunya. Tidak lupa ia memakai topi dan masker untuk menyembunyikan diri, dari sergapan mengerikan para fans-nya. Apabila ketahuan, bukan hanya dirinya yang terusik, tapi Sakura juga akan mendapatkan komentar negatif seperti waktu itu karena berada dekat dengan Sasuke. Beginilah kehidupan seorang public figure, tidak akan jauh dari mata-mata yang mengawasi.
"Hn, ayo," ajak Sasuke.
***
Ino berjalan di lorong supermarket sendirian. Biasanya ketika akan belanja, dia selalu ditemani oleh sahabat merah mudanya. Namun, sekarang tidak lagi. Untuk sementara waktu ini, Sakura sedang di-monopoli oleh Uchiha Sasuke. Sahabatnya yang malang ... Ino benar-benar merindukan Sakura.
Dia melangkah ke tempat minuman ber-alkohol berada. Mengambil dua botol sake, dan memasukannya ke dalam keranjang yang dia bawa.
Saat perjalanan pulang nanti, Ino ingin membeli sashimi, lalu mabuk sendirian sepanjang malam. Menyedihkan sekali nasibnya.
Ketika berbalik, Ino dikejutkan dengan sosok Sai juga Naruto yang sedang memegang beberapa botol anggur. Sepertinya mereka akan melakukan kegiatan mabuk bersama seperti biasanya.
"Sai?"
"Oh, Ino? Hai," Sai yang sama terkejutnya menaikkan kedua alisnya.
"Kalian sedang apa?" tanya Ino, dia melirik Naruto yang berada di samping Sai. Ino tahu siapa pria itu—pesepak bola terkenal yang membawa harum nama negara Jepang ke kancah internasional, dalam bidang olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTI-FAN! [COMPLETED]
FanficDirinya tidak menyukai pria itu, sungguh! Lihat saja pantat ayamnya itu. Lebih terlihat seperti bokong ayam milik pamannya. Lain kali ia akan mengambil gambar bokong ayam bohay milik pamannya, lalu meng-uploadnya ke sosial media dengan caption: "INI...