16. Truth or Dare?

1.7K 287 17
                                    

          Yang Sakura ingin lakukan saat ini adalah menggali lubang dalam-dalam, lalu masuk ke sana dan tidak akan keluar lagi sampai lima puluh tahun kemudian. Setidaknya sampai dia dan yang lainnya melupakan kejadian memalukan hari ini.

Sakura menjauh, lebih tepatnya mengasingkan diri sendiri dari teman-temannya. Dia duduk sendirian di kursi dekat pantry. Meratapi nasibnya yang entah bagaimana selalu sial belakangan ini. Sementara, si pelaku sesungguhnya sedang tertawa bahagia bersama para pria.

Mereka sedang melakukan tantangan melukis Naruto menggunakan anggota tubuh lain selain tangan. Ino menggunakan kaki, sedangkan Sai menggunakan mulutnya. Sasuke dan Sasori sendiri tidak ikut permainan itu. Mereka justru fokus mengobrol—tidak tahu membahas apa—di sofa. Sepertinya mereka membahas masalah yang penting, terlihat dari ekspresi keduanya.

Sakura menghela napas, kenapa dia merasa berbeda dari yang lain? Kenapa hanya dirinya saja yang tidak bersenang-senang?

"Aku menyerah! Rasanya jari kakiku akan keram," Ino mengeluh. Dia mengambil kuas yang terselip di antara telunjuk dan ibu jari kakinya.

 Dia mengambil kuas yang terselip di antara telunjuk dan ibu jari kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(source: pinterest)

"Apa? Sudah selesai?" Naruto yang sedang bergaya kembali menormalkan posisi tubuhnya. Ia berjalan ke tempat Sai dan Ino, melihat hasil lukisan keduanya.

Seketika Naruto terbahak, menertawakan lukisan dirinya yang dibuat oleh mereka berdua. Tidak, ada hasil lukisan yang bagus dari Sai dan Ino. Keduanya terlihat aneh—setidaknya punya Sai masih terlihat berwujud manusia. Milik Ino bahkan terlihat seperti jaring laba-laba berwarna kuning dan hitam.

"Apa-apaan itu? Kau membuat sarang laba-laba?" Naruto menunjuk hasil lukisan Ino, masih dengan sisa tawa.

"Hei, kau tidak mengerti seni!"

Pria berambut seperti buah durian itu semakin keras tertawa, ia sampai terjatuh ke lantai sambil memegangi perut. "Pfft, yang seperti itu kau sebut seni? Ayolah, Ino. Gambar anak TK bahkan lebih baik dari itu."

Ino menggeram. Dengan cepat dia melumuri kuas dengan cat berwarna kuning. Mendekatkannya pada Naruto. Karena sudah terlatih untuk cekatan, ia segera bangkit dan berlari menjauhi Ino yang mengacungkan kuas.

"Tidaakk!"

"Kemari kau, Durian Busuk!"

"Tidak mauu!"

Satu ruangan ramai oleh teriakan Naruto, dan seruan amarah Ino. Mereka berlari—saling kejar-kejaran mengelilingi ruang bersantai itu. Sai menghela napas menatap mereka, ia harus segera menghentikan keduanya atau jika tidak ... mereka berdua akan merusak benda-benda yang ada di sini.

ANTI-FAN! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang