Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ugh.."
Suara ringisan kecil itu membuat kepala Fajar menoleh dengan cepat. Ia membantu pemuda yang tengah terbaring di atas ranjang UKS tersebut untuk mengubah posisi menjadi duduk.
"Senja udah gapapa? Masih pusing ga?"
Senja mengerjap pelan, berusaha mencerna peristiwa yang ia alami beberapa waktu yang lalu.
"P-pusing.."
"Pusing banget ya?" Tanya Fajar khawatir.
"Hng, dikit aja." Jawab si mungil. "Ini jam berapa?"
"Udah jam tiga, yang lain baru aja pulang. Temen temen lo juga tadinya mau diem, tapi gue suruh pulang aja." Balas Fajar seadanya.
"G-gue mau pulang," Dengan rusuh Senja berusaha turun dari brankar yang ia tempati.
"Hey, hey. Pelan pelan, biar gue bantu."
Lengan ringkihnya dipegang erat, namun tidak sampai menyakiti Senja. Ia berdiri dan berusaha menyesuaikan keseimbangannya.
"Ini tas lo biar gue yang bawa, yuk."
Mau tak mau Senja membiarkan pemuda itu merangkulnya untuk keluar dari UKS dan berjalan menuju parkiran.
Fajar menaiki vespa kesayangannya lalu memasang helm dengan gesit. "Sorry gue ga bawa helmnya Jingga."
"Gapapa, gue ga usah pake. Masih pusing." Jawab Senja pelan sambil menaiki bagian jok penumpang motor tersebut. Tangan mungilnya terulur untuk memegang kedua ujung seragam Fajar dengan canggung.
"Ekhm," Fajar berdehem gugup. "Peluk aja, biar ga jatoh."
Bukannya mendapat jawaban, Fajar justru dibuat tersentak saat Senja menurut dan melingkarkan tangannya erat di sekitar perut berototnya.
Pemuda tinggi itu dengan segera menghidupkan mesin motornya agar kelakuan salting-nya tidak berlanjut lama.