Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Senja Alqasha Martin."
Semua mata siswa-siswi langsung tertuju pada seonggok manusia yang duduk di barisan paling depan nomor urut dua.
Sedangkan yang merasa dipanggil menoleh malas. "Hadir, Bu."
"Sini kamu." perintah wanita paruhbaya yang masih setia berada di depan pintu kelas 11 Multimedia tersebut.
Senja hanya menurut dan membawa langkahnya untuk menghampiri sang wali kelas.
"Ibu dapet laporan lagi kalo kamu makan waktu jam pelajaran sedang berlangsung." jelas Bu Erna yang dapat di dengar hampir seluruh isi kelas itu.
Senja mendengus. "Duh apa salahnya sih Bu? Nanti kalo aku mati kelaperan gimana?" balasnya dengan nada yang dibuat semelas mungkin.
"Ibu tidak menerima pembelaan. Sekali lagi kamu ketauan, Ibu bawa kamu ke kantor BK." tegas Bu Erna. "Ini juga peringatan buat kalian semua."
Sedangkan para manusia penghuni kelas itu hanya mengerjap polos. Mengiyakan dengan patuh akan perintah wali kelas.
Dan setelahnya Bu Erna pergi dari sana, merasa sudah cukup mengomeli anak didiknya.
"Berarti kalo ga ketauan gapapa dong, hehe."
Oh, itu Senja lagi.
~~~
"Psstt, momogi dong."
Senja mendengus. Dengan gerakan halus ia menyodorkan sebungkus cemilan berbentuk panjang tersebut kepada Sherlyn, teman sebangkunya. Tentu saja tanpa sepengetahuan Pak Dimas yang tengah serius menjelaskan materi tepat di hadapan mereka.
Untuk masalah makan-dengan-cara-sembunyi-saat-jam-pelajaran-berlangsung, skill mereka perlu diacungi jempol. Tanpa suara, tanpa ekspresi, bahkan tanpa gerakan. Oh tentu saja tidak terlihat karena mereka bergerak di bawah meja, jadi guru tidak akan melihat sama sekali.
Senja terkekeh jenaka saat Pak Dimas sedang sibuk menulis rangkuman di papan dan ia tengah mengunyah cemilannya dengan santai.
Jangan tanyakan reaksi teman sekelasnya yang lain. Karena mereka sudah terbiasa. Wajar saja karena hal itu sudah dilakukan Senja sejak kelas sepuluh. Jadi mereka memilih untuk diam, malah kadang mengikuti kebiasaan pemuda mungil tersebut.