7

545 99 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Jingga menatap pemuda mungil di depannya dengan intens. Tidak memerdulikan sang pemilik kamar yang sedang menatapnya tajam. Otaknya bekerja keras memikirkan siapa cowok yang ada di kamar kakaknya itu. Merasa tidak asing.

"Siapa nih?" tanyanya bingung. "Pacar abang ya?!"

"Heh anak curut!" Fajar bangkit lalu menghampiri sang adik. "Keluar sana!."

Jingga cemberut. "Apaan sih!"

"Haii! Gue Jingga, majikannya Fajarwo!"

Senja berusaha tersenyum senatural mungkin. "Eum, gue Senja. Temen sekelasnya Fajar."

"Huh, bentar deh." Jingga mendekat lalu menangkup wajah pemuda mungil itu. "Kok kaya pernah liat.."

Sedangkan yang ditatap meremas celananya gugup.

"Heh! Ga sopan!" tegur Fajar sambil menyingkirkan kedua tangan adiknya dari wajah Senja.

"Ish! Dasar orang-orangan sawah!" pekik Jingga kesal, lalu keluar dari sana dengan langkah lebar.

"Sorry ya, dia emang nakal." kata Fajar sambil tersenyum canggung pada Senja.

Si mungil mengangguk kaku. "Gapapa kok,"

"Yaudah yuk makan dulu, baru gue anter pulang." ajak Fajar, ia kemudian keluar dari kamar dengan si mungil yang mengikutinya di belakang.

"Loh nak Senja ga ganti baju?" tanya Bunda saat melihat keduanya menuruni tangga.

Senja menggeleng. "Engga Bunda. Soalnya engga lama disini,"

Bunda menyodorkan piring yang sudah berisi nasi dan lauk pauk lengkap pada kedua pemuda itu. Sedangkan si bungsu, Jingga, sudah memulai makannya dalam diam.

"Loh kirain abang mau nginep." komentar gadis berambut pendek tersebut.

"Hehe engga dek. Lain kali aja." jawab Senja sambil tersenyum manis.

"Yaudah kalian makan dulu. Nanti dianter Fajar pulangnya. Bunda mau lanjut buat kue." interupsi Bunda Embun, lalu membawa langkahnya menuju dapur.

"Abang Senja punya adek ga?" Jingga memakan ayam gorengnya lahap sambil menatap Senja yang duduk berseberangan dengannya.

Senja menggeleng pelan. "Engga dek."

"Huh, tapi kok mirip——"

"Ga boleh ngomong kalo lagi makan."

Teguran Fajar membuat gadis itu semakin cemberut. Ia menatap cowok tinggi itu tidak bersahabat lalu mendengus. "Ikut campur aja." desisnya kesal.

Lalu kemudian acara makan siang itu hanya diiringi dentingan sendok yang beradu dengan piring.

Fajar dan Senja (CHANBAEK LOKAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang