5

560 105 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.























Wanita itu perlahan mengusap punggung pemuda di dekapannya dengan lembut. Ia kembali melirik, melihat remaja yang tengah ia dekap itu terlelap dengan wajah sembab.

Mayang menghela nafas.

Satu jam yang lalu tiba-tiba Senja menelfonnya dengan suara bergetar dan meminta tolong. Tanpa berfikir panjang ia sudah tahu apa yang di hadapi pemuda itu. Jadi ia segera keluar dari tempat kerjanya dan mengendarai mobilnya menuju kediaman Senja secepat yang ia bisa.

Sesampainya disana, ia melihat Anton yang tak lain adalah Ayah Senja tengah berusaha mendobrak kamar sang putra disertai umpatannya. Juga Sarah, yang hanya duduk di sofa dengan wajah datar.

Mayang langsung menghampiri pria itu dan menamparnya dengan keras.

"Bajingan." adalah kata pertama yang keluar.

Mayang kembali mendorong badan Anton dengan sekuat tenaga.

"Minggir kamu! Jangan ganggu anak saya!" jerit Mayang emosi. Bahkan wajahnya sudah memerah.

"Dia anak saya. Bukan darah daging kamu. Jadi kamu yang minggir." Anton menatapnya tajam.

"Kamu fikir Mba Clara bakal seneng kalo giniin Senja?!" Mayang menahan isakannya. "Anton, kamu udah kelewatan batas."

"Jadi saya mohon, pergi dan biarin saya yang urus Senja."

Setelah berkata demikian, Mayang melihat pria itu pergi dari sana dengan langkah lesu.

"Qasha, ini Tante."

~~~

"Senja seminggu ke depan nginep di rumah saya."

Mayang melirik kedua pasangan suami istri di depannya. Kini mereka berada di ruang tengah, lengkap dengan Senja di rengkuhan wanita itu.

"Terserah. Pulangin anak saya secepatnya." sahut Anton.

Mayang tak menjawab dan lebih memilih untuk membawa Senja keluar dari rumah itu. Tak lupa menatap tajam wanita yang duduk di dekat Anton.

"Masuk Nak."

Senja hanya diam dan memasuki mobil berwarna putih tersebut.

"Mau makan apa sayang?" tanya Mayang sambil membagi fokus dengan mobil yang ia kemudikan.

Senja menggeleng. "Engga laper."

"Mau sushi aja?"

Senja menghela nafas. "Tante.."

"Qasha ga boleh lemah, nanti Bunda kamu sedih."

Senja menggigit bibirnya. Ia berusaha menahan rasa sesak yang tiba-tiba muncul setelah mendengar kalimat Tante Mayang.

Fajar dan Senja (CHANBAEK LOKAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang