9

557 93 6
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















































Hujan.

Suasana di kelas lumayan ramai, karena memang tak ada guru yang masuk. Kebetulan sekarang jam pelajaran Penjas. Pak Dani bahkan tidak kelihatan batang hidungnya. Entah, mungkin guru itu malas mengajar akibat hawa dingin yang cukup mengganggu.

"Senja bagongg!"

Kenza berteriak heboh karena baru saja Senja mencubit lengannya dengan sadis. Entah apa tujuan pemuda mungil itu melakukannya.

Sedangkan yang diteriaki hanya nyengir.

"Kalian pada ga mau ke kantin gitu? Beli mie ayam hayuu!" ajak Senja semangat. Ia masih duduk di bangkunya bersama Sherlyn.

"Mager ah, ngantuk nih gue." tolak Windi sambil menyenderkan kepalanya di atas meja.

"Lagian lo ga kenyang apa? Kan udah sarapan." cibir Kenza. Masih kesal karena cubitan Senja terasa menggigit di lengannya.

"Ih itu kan tadi jam tujuh." Senja mendengus kesal.

"Gue lagi diet." celetuk Sherlyn membuat ketiganya tertawa keras.

"Sok iye lu diet dietan!" ejek Windi sambil berusaha menghentikan tawanya.

"Idih ganggu aja sih!" sinis Sherlyn sambil menatap gadis itu tajam.

"Uuww beruang ngamukk!"

"Ih anjir males! Mending gue ke kantin aja!"

Tebak siapa yang berkata demikian?

Tentu saja Senja. Pemuda itu segera membawa langkahnya untuk keluar dari kelas dan menuju kantin. Melangkah hati hati karena lorong sekolah cukup becek akibat rembesan hujan yang lumayan deras. Kali ini perutnya tidak bisa diajak kompromi. Apalagi ditambah cuaca yang mendukung untuk menikmati semangkuk penuh mie ayam plus ceker kesukaannya.

"Bii! Mie ayam ceker dong hehe." Senja nyengir pada Bibi Yati, salah satu penjual di kantin.

"Loh kirain ndak kesini den, karena hujan." balas wanita paruhbaya itu sambil menyiapkan pesanan Senja.

Fajar dan Senja (CHANBAEK LOKAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang