Peer Pressure (KunNa)

2.3K 186 25
                                    

Qian Kun, pemuda yang lahir 28 tahun yang lalu ini bukanlah seseorang yang mudah dipancing emosinya terlebih napsunya. Kun sangat amat pandai menutupi dan mengontrol pikirannya.

Kebanyakkan waktu, Kun hanya akan tersenyum dan mungkin jika beruntung ia akan tertawa.

Namun dalam kasus khusus, Qian Kun bukanlah dirinya yang tenang dan pandai mengendalikan diri. Tidak jika ia berhadapan dengan Na Jaemin. Pemuda yang 6 tahun lebih muda darinya.

Pemuda berparas manis tersebut tahu betul apa yang menjadi kelemahan Qian Kun— dirinya.

Pertemuan keduanya berawal dari Kun yang harus menggantikan dosen di kelas Jaemin. Kun yang memang merupakan asisten dosen tersebut melakukan tugasnya dengan baik dan profesional. Segala gurauan dan godaan dari mahasiswa dan mahasiswi ia hiraukan seperti angin lalu. Termasuk ajakan makan malam dari Na Jaemin. Pemuda yang tak pernah ia harapkan akan menggoda terlebih lagi mengajaknya makan malam.

Pemuda Na yang terkenal di seluruh penjuru kampus namun tidak terlalu aktif di kelas, ia hanya akan mencatat, mendengarkan, dan pulang begitu saja setelahnya.

Saat itu, sesudah mengisi materi di kelas Jaemin, Kun dihadang pemuda manis itu. Jaemin mengatakan, "Apakah senior mau pergi makan malam denganku?" Tak dapat ditutupi betapa kagetnya Kun mendengar ajakkan pemuda yang banyak orang inginkan itu.

Dengan cepat ia menyembunyikan keterkejutannya dan menjawab, "Na Jaemin? Benar?" Entah apa yang ada dalam benak Kun ketika ia memutuskan untuk tidak mengetahui objek pembicaraan dosen-dosen muda di kampus itu. Na Jaemin dengan wajah berbinar serta senyum cantik di wajahnya mengangguk mengiyakan.

"Maaf, aku tidak bisa makan malam dengan mahasiswaku sendiri," Jawab Kun dengan nada yang dibuat semenyesal mungkin. Mendengar jawaban Kun, Jaemin menekuk wajahnya kecewa.

Pemuda berpipi gembil itu menghela napasnya sebentar, "Kenapa tidak?"

Kun tertegun sebentar mendengar pertanyaan Jaemin, "Banyak hal, mau ku sebut satu per satu?" Dengan begitu ia pikir Jaemin akan menyerah dan meninggalkannya namun apa yang ia harapkan tak sesuai kenyataan karena pemuda Na tersebut malah menuntut penjabaran dari Kun.

"Satu, kau terlalu muda untukku. Kedua, aku tidak mau dipandang tidak profesional oleh rekan dan juga mahasiswaku. Tiga, aku ada janji akhir pekan ini. Jadi maaf, dengan berat hati aku harus menolak ajakkan makan malammu. Tapi aku harap kau bersenang-senang." Jawab Kun sambil berlalu. Namun tentu saja Jaemin tidak akan menyerah begitu saja. Pemuda yang kerap kali dipanggil Nana itu mencekal tangan asisten dosennya.

"Poin pertama dan kedua aku mengerti tapi poin ketiga? Aku bahkan tidak menyebutkan kapan." Argu Jaemin, masih dengan senyuman manis di wajahnya. Hal itu jelas membuat Kun kehabisan kata dan menjadi frustasi.

"Ya? Pergi makan malam denganku ya? Sekali saja. Setelah itu nanti kita pikirkan bersama." Pinta Jaemin dengan bola matanya yang besar nan cantik. Alis Kun menukik, bagaimana ia bisa menolak Jaemin dengan wajah secantik itu dan juga mata itu. Ah, Kun bisa gila! Dan apa yang mahasiswanya itu maksud dengan dipikirkan nanti?

Kun menghela napasnya dan bertanya, "Mengapa kau ingin pergi makan malam denganku, Na? Kau bisa mengajak siapa saja untuk makan malam dan aku yakin mereka tidak akan menolak."

Yang ditanyai malah membuang muka dengan wajah semerah tomat, "K-karna a-aku.."

"Ya? Kenapa?" Tanya Kun.

Akhirnya pemuda Na itu memberanikan diri untuk memandang seniornya meski dengan wajah merahnya, "Karna aku menyukaimu, Senior Qian!"

Kun tidak bisa berbohong, jantungnya berdetak sangat kencang saat ini mendengar penuturan Jaemin. Sialnya, wajah hingga leher Kun ikut memerah sekarang.

"Huh?"

"Ya, senior. Aku menyukaimu. Jadi, pergilah makan malam denganku." Kun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Bolehkan seperti ini? Tanyanya dalam hati.

Melihat wajah penuh harap dari Na Jaemin tanpa pikir panjang lagi Kun mengangguk mengiyakan.

"Tentu. Kirimkan aku alamatmu, akan ku jemput Jumat malam." Wajah penuh harap itu sirna dan diganti dengan binar cantik.

"Benarkah? Wah hebat!" Pekik Jaemin girang. Kun mengangguk dan bergegas pergi meninggalkan Jaemin. Tapi lagi-lagi tangannya ditahan oleh Jaemin. Kun menanyakan apa yang dibutuhkan pemuda yang lebih muda 6 tahun darinya itu, "Tapi bukankah senior sibuk akhir pekan ini?"

Mendengar pertanyaan Jaemin, Kun menjadi salah tingkah dan bergegas pergi meninggalkan Jaemin yang saat ini masih sebuk tertawa terbahak-bahak.

🌈

"Ahh, ge! Berhenti dulu!" Perintah Jaemin sambil menjauhkan diri dari kekasih 3 tahunnya— Qian Kun.

"Sayang, let's do quickie. Setelah ini aku akan meninggalkanmu untuk seminar di Inggris selama seminggu, loh." Ajak Kun. Kedua tangannya masih sibuk menjelajahi tubuh Jaemin yang saat ini masih sibuk membuat makan siang untuk keduanya.

"Tidak, ge. Aku sedang membuat makan siang. Kau tidak lihat? Apartemen kita bisa kebakaran nanti!" Gerutu Jaemin, sambil sesekali tangannya memukul pelan tangan Kun yang ada di mana-mana.

"Sayang, ayolah. Aku akan sangat merindukanmu ketika aku ada di Inggris." Rengek Kun sekali lagi.

"Kau siapa sih?! Kembalikan kekasihku yang innocent dan sopan!" Gerutu Jaemin yang dibalas kekehan dari Kun. Pemuda bermarga Qian itu memutar tubuh kekasihnya sehingga saat ini ia bisa melihat wajah lucu kekasihnya yang sedang kesal.

"Kau sendiri tau 'kan sayang. Pengendalian diriku itu sungguh luar biasa. Tapi itu semua hilang ketika kau ada di hadapanku." Kun tersenyum lalu mencium sayang kekasihnya itu.

🎈🎈🎈

Thank you!
Yes, I changed the ml.

Ada yang mau rekomendasiin kapal? Hehe.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang