"Ratusan ribu pengujuk rasa turun ke jalan meminta turunnya presiden kita saat ini."
Suara reporter berita itu sayup-sayup terdengar dalam apartemen Jaehyun dan Jaemin. Tempat tinggal mewah yang terletak di tengah kota dengan pemandangan lalu lalang penduduk kota beserta aktivitas dan problematikanya.
Apartemen yang berada di lantai 10 itu memiliki jendela besar yang akan langsung disapa dengan bangunan tinggi lainnya. Tanpa sekat, tanpa penghalang.Jika beruntung (re: tidak sibuk), pada sore hari Jaehyun dan Jaemin dapat menyaksikan proses pergantian warna langit menjadi oranye dan juga tenggelamnya pusat tata surya.
Pada hari Minggu ini, sepasang kekasih ini memutuskan untuk menetap di apartemen dan bermalas-malasan. Pasalnya sejak tiga hari yang lalu, warga sekitar telah diwanti-wanti untuk tidak meninggalkan apartemen di hari Minggu. Atau jika terpaksa mereka tidak dianjurkan untuk pulang— untuk keselamatan mereka sendiri. Hal ini terjadi karena adanya demo besar-besaran di negara ini, menuntut turunnya presiden dari jabatannya. Maka dari itu, demo ini disinyalir akan menjadi ricuh.
"Pukul berapa ini, love?" Tanya Jaehyun yang baru saja sadar dari tidurnya. Sedang Jaemin yang berada di sebelahnya, tengah duduk sambil menikmati semangkuk mi instan dan juga tengah sibuk mengganti-ganti saluran TV yang kiranya tidak membahas demo hari ini.
"Pukul 11 pagi, hyung. Cuci mukalah dulu, aku akan menyiapkan sarapan untukmu." Jaehyun mengangguk dan beranjak keluar dari nyamannya selimut dan kasur. Pemuda 23 tahun itu juga sempat mencuri cium di pipi pemuda yang lebih muda.
Jaemin berdecih dan mengelap bekas ciuman Jaehyun di pipinya, "Hyung, belum sikat gigi!" Yang hanya dibalas tawa keras oleh kekasihnya.
Tak lama, Jaemin datang dengan semangkuk mi instan dengan telur setengah matang kesukaan Jaehyun. Pria berlesung pipi itu sendiri baru saja selesai dari mandi kilatnya. Datang menggunakan celana tidur panjang dengan motif kotak-kotak dipadupadankan dengan kaos hitam polos yang mendominasi isi lemari pakaiannya.
Jaehyun menerima sarapannya dengan senang hati. Memakannya di atas kasur bersama Jaemin yang saat ini tengah memakan apel merah yang terlihat sangat manis dan segar.
"Apakah jalanan sudah penuh?" Tanya Jaehyun memecah keheningan apartemen bernomor 1413 ini.
"Entah, aku belum melihat secara langsung. Tapi yang aku tau dari berita, sudah lumayan banyak yang datang berdemo." Jelas Jaemin sambil mengganggu acara makan Jaehyun dengan menyendokkan separuh telur ke dalam mulutnya.
"Love, kau sudah makan tadi!" Keluh Jaehyun. Yang lebih muda tertawa lalu memberi ciuman sayang di pipi yang lebih tua.
Jaehyun bergeleng, "Harus lebih dari ciuman di pipi. Yang kau makan telur setengah matangku."
Jaemin memutar matanya, menirukan apa yang telah diucapkan Jaehyun, "Padahal aku yang memasak." Cibir Jaemin yang hanya dibalas tawa oleh Jaehyun.
Setelah selesai Jaehyun mencuci mangkoknya dan Jaemin merapikan tempat tidur yang sangat berantakkan. Seprai hitam itu ia tarik dari sudut ke sudut hingga rapi tanpa meninggalkan kusut sedikit pun. Bantal ia susun dari yang besar hingga yang kecil. Dan ketika hendak melipat selimut tebal itu Jaehyun datang dan membantunya untuk melipat. Sungguh terasa lebih mudah jika dilakukan berdua. Kedua pemuda tersebut tersenyum sayang memandang satu sama lain.
Ah, love birds.
Selesai dengan kegiatan membersihkan tempat tidur Jaehyun dan Jaemin mendudukkan diri di tepi kasur memandang televisi berukuran 55 inch yang menempel di dinding putih apartemen ini. "Aku bosan menonton tv terus." Keluh Jaemin sambil menyenderkan kepalanya di bahu Jaehyun. Seperti sudah menjadi kebiasaan, Jaehyun melingkarkan tangannya di pundak Jaemin dan mengelus lembut lengan pemuda itu.
"Mau melakukan apa hmm?" Tanya Jaehyun. "Kita terkunci di sini untuk hari ini dan mungkin beberapa hari kedepan." Tambah Jaehyun.
"Entah, tapi aku tidak mau menonton tv." Ucap Jaemin sebal. Jaemin bukanlah orang yang setiap harinya harus keluar rumah untuk menghirup udara luar tapi jika sedang ingin keluar maka Jaemin harus keluar. Seperti saat ini. Rasanya sangat menyesakkan berada di dalam rumah.
Jaehyun yang mendapatkan jawaban seperti itu hanya bisa mendesah bingung. Tiba-tiba saja otaknya terlintas ide yang sangat cemerlang untuknya, "Oh! Bagaimana kalau kita bercinta saja seharian?!" Usul Jaehyun dengan semangat. Wajah pria keturunan asli Korea tersebut terlihat bercahaya ketika mengusulkan hal itu.
"Hyung! Kau mau membuatku tidak bisa mengikuti promosi Make A Wish?!" Jaemin menatap kekasihnya tidak percaya. Pemuda bermarga Jeong itu malah tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Jaemin.
"Promosinya masih tiga hari lagi, love. Kau akan bisa berjalan." Jawab Jaehyun setelah berhenti tertawa.
"Big no." Jaehyun berdengus mendengar jawaban Jaemin.
Setelah itu Jaehyun berjalan menuju jendela besar yang bisa membuatnya dan Jaemin memantau lalu lalang penduduk kota ini. Dalam pandangan Jaehyun pendemo yang berada di jalanan terlihat rusuh, Jaehyun bahkan dapat melihat kebulan asap diantara kerumunan tersebut.
"Love, siapkan makanan ringan dan kopi, lalu ke sini. Cepat!" Perintah Jaehyun dan Jaemin melakukannya.
Sedangkan Jaehyun sendiri membuka pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon lebarnya. Di balkon milik Jaehyun dan Jaemin terdapat satu kursi gantung besar yang mampu diduduki dua orang. Jaehyun meletakkan selimut tebal yang tadi sudah ia dan Jaemin lipat sebagai alas duduknya. Lalu mengambil beberapa bantal kecil untuk menjadi sandarannya dan juga selimut tipis untuk menutupi ia dan Jaemin nanti.
Meski sekarang masih pukul 1 siang tapi udara di Korea Selatan terasa dingin ditambah lagi dengan langit yang mendung.
Dirasa sudah sempurna Jaehyun menyamankan diri di dalam kursi gantung sembari menunggu Jaemin. Ia memutar lagu milik Cigarettes After Sex yang berjudul Apocalypse melalui bluetooth speaker yang sudah ia letakkan di atas nakas. Tak lama Jaemin datang dengan semua pesanan Jaehyun tadi.
Jaemin menaikkan sebelah alisnya menunggu penjelasan Jaehyun. "Sini." Perintah lelaki yang lebih tua sambil menepuk-nepuk sisi yang kosong. Jaemin menurutinya. Menyamankan diri dalam dekapan Jaehyun di bawah selimut tipis.
"Kau bosan menonton tv maka dari itu kita menonton demo saja." Jelas Jaehyun. "Wah lihat! Polisi melempar bom molotov!" Pekik Jaehyun.
"Love, tolong keripik." Pinta Jaehyun. Jaemin sungguh tidak mengerti apa yang ada dipikiran Jaehyun. Bisa-bisanya kekasihnya itu mengajaknya untuk menonton kericuhan demo dengan mendengarkan Cigarettes After Sex.
"Wow, ini seru! Aku harap tidak ada yang terluka." Ucap Jaehyun sambil memakan kripiknya. Tak lama hujan turun membasahi Korea Selatan. Cukup deras namun sopan. Tidak disertai angin dan petir.
"Wah semakin seru saja. Seperti yang ada di film-film. Bertarung dibawah derasnya hujan." Ucap Jaehyun. Jaemin diam saja sambil memandangi pria gila di sampingnya.
"Kau gila." Ucap Jaemin.
Jaehyun mengalihkan pandangannya pada Jaemin dan tertawa, "Yes, dan aku kekasihmu."
"Unfortunately."
Saat ratusan ribu orang turun ke jalan, melawan ketidakadilan, berjuang untuk hidup mereka masing-masing, berusahan untuk tetap bernyawa untuk yang menunggu di rumah— Jaehyun dan Jaemin justru saling melumat bibir satu sama lain. Bibir tebal Jaehyun bergerak mengejar bibir tipis Jaemin. Ciuman mereka kali ini terasa berbeda.
Dalam hati Jaehyun dan Jaemin membenarkan nyanyian Greg Gonzalez, "Your lips, my lips, apocalypse."
🎈🎈🎈
Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
FanfictionOneshot love story for NCT with Jaemin centric. BxB only 🤗 Jaemin x all