Bagi Lee Taeyong hidup Johnny Suh sangatlah sempurna. Lahir dari keluarga kaya, berbakat, pandai, sabar, tampan, dan tinggi— itu hanya beberapa dari banyak hal yang membuat ia iri pada Johnny.
Namun pemuda berwajah bak karakter anime itu tidak akan sudi mengakui bahwa ia iri dengan hidup Johnny. Ia hanya menyebut bahwa Johnny hidup lebih mudah darinya. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Johnny memiliki kekasih yang tak kalah luar biasanya dari pemuda Suh tersebut.
Kekasih Johnny bernama Na Jaemin. Pemuda itu lima tahun lebih muda dari mereka berdua. Johnny berkata bahwa ia pertama kali bertemu Jaemin di perpustakaan kota. Pemuda Na itu tenggelam dalam tumpukkan buku-buku tebal sambil sesekali menuliskan sesuatu di buku tulisnya. Johnny berkata bahwa ia jatuh cinta padangan pertama.
Bagi Taeyong yang saat itu mendengar cerita pertemuan pertama Johnny dan Jaemin— semuanya terdengar aneh dan kekanak-kanakkan. Di dunia yang keras ini cinta sudah tidak bisa lagi ditemukan terlebih cinta pertama.
Tidak ada yang namanya cinta terlebih lagi pada pandangan pertama. Batin Taeyong saat itu.
Tapi naas, Taeyong menemukan dirinya tenggelam dalam pesona seorang Na Jaemin dipertemuan pertama mereka, lebih tepatnya pesta ulang tahun Johnny. Pemuda yang lebih muda tersebut datang dikehidupan keras seorang Lee Taeyong dengan senyum indah yang selalu terpasang di wajah manisnya. Mata bulat yang jernih milik Jaemin menatap polos kepada Taeyong saat pemuda Lee itu mengabaikan itikat baik Jaemin untuk berjabat tangan.
Meresa tertolak, Na Jaemin dengan segera menarik tangannya turun. Hal itu membuat Taeyong sadar dari lamunannya dan menjabat tangan Jaemin yang hampir saja turun.
"Na Jaemin."
"Lee Taeyong."
"Wah, hyung, kau sangat tampan!" Puji Jaemin dengan sungguh-sungguh yang berhasil membuat wajah hingga telinga dan leher Taeyong memerah.
"T-terimakasih." Gagap seorang Lee Taeyong. Pemuda yang terkenal kaku dan dingin itu sedang tergagap menanggapi pujian pemuda yang saat itu berusia 18 tahun.
🌈
Saat ini pukul 6 pagi diawal musim dingin. Entah bagaimana saat ini tubuh telanjang Jaemin tengah berada dalam pelukkan Taeyong di atas kasur besar milik pemuda kelahiran 95 itu. Entah sejak kapan pula kedua anak adam itu menghancurkan kepercayaan yang diberikan oleh Johnny Suh kepada mereka.
"Kau cantik sekali, Nana." Lirih Taeyong sembari membelai lembut wajah damai Jaemin yang masih terlelap. Disingkirkannya anak rambut yang berusaha menutupi wajah cantik itu. Hal yang selalu Taeyong lakukan ketika bersama Jaemin.
Terdapat penyesalan mendalam karena telah menghianati sahabat karibnya namun juga ia memilih baku hantam daripada menyerahkan Jaemin pada Johnny begitu saja. Taeyong sudah jatuh terlalu dalam pada pemuda kelahiran 2000 ini.
"Selamat pagi, hyung." Ucap Jaemin sembari mengucek kedua mata bulatnya. Taeyong menanggapi dengan mencium kening pemuda yang lebih muda. "Aku tidak menyangka hyung akan bangun sepagi ini."
Jaemin berdiri dengan tubuh telanjangnya mencari pakaiannya yang tercecer di tiap sudut kamar apartemen Taeyong. Taeyong terkekeh getir, "Kenapa? Agar aku tidak menyaksikan kepergianmu?"
Jaemin menghentikan kakinya menuju kamar mandi. Pemuda berambut hitam itu mengalihkan pandangannya pada Taeyong dengan berbagai macam perasaan di dadanya. Nana— begitu Taeyong memanggilnya— menarik napasnya dalam-dalam. Ini masih terlalu pagi untuk berdebat yang mana ia pahami akan diakhiri dengan sebuah pertengkaran.
"Hyung, kita sudah membicarakan ini." Ucap Jaemin akhirnya. Terdengar jelas keragu-raguan disetiap kata yang Jaemin ucapkan— Taeyong merasakan itu. Pemuda yang lebih tua hanya menghela napas yang dapat Jaemin artikan sebagai perasaan frustasi. Tak ingin terjebak dalam keadaan memusingkan, Jaemin akhirnya meninggalkan Taeyong untuk mandi.
Ia harap Taeyong tidak mempermasalahkan hal ini lagi.
Pada awalnya Taeyong yakin bahwa affair antara dia dan Jaemin hanya didasari oleh napsu. Terbukti dengan tidak adanya keberadaan Jaemin di sebelahnya waktu pagi menyingsing. Taeyong selalu terbagun sendirian dan awalnya ia tidak merasa keberatan sama sekali. Namun tentu saja perasaan itu lambat laun bertumbuh, bertumbuh, dan bertumbuh. Taeyong menginginkan Jaemin setiap saat di hidpunya. Taeyong menginginkan Jaemin di malamnya sebelum tidur dan paginya setelah ia terbagun.
Tapi Jaemin menamparnya beberapa kali dengan kenyataan bahwa hubungan keduanya tidak lebih hanya sebatas selingkuhan. Ia tidak pernah menemukan Jaemin dalam dekapannya dan hanya meninggalkan luka yang ia rasa semakin membesar di hatinya.
Sejak itu Taeyong selalu menjadi yang pertama untuk bangun— memandangi wajah pemuda yang tak bisa ia miliki seutuhnya. Pemuda yang mungkin berpikir bahwa Taeyong hanya menginginkan tubuhnya.
Fuck no! Not at all! Pikir Lee Taeyong.
Sempat beberapa kali Jaemin— tak jarang pula Taeyong berpikir untuk mengakhiri hubungan terlarang ini namun dipenghujung hari Taeyong dan Jaemin menemukan jalannya untuk kembali dalam pelukan satu sama lain. Hal ini yang membuat Taeyong yakin bahwa bukan hanya ia yang terlibat perasaan— Jaemin pun begitu.
🌈
Taeyong tengah menyibukkan dirinya dengan membuat sarapan sederhana untuk dirinya dan Jaemin. Hanya dengan itu ia bisa mengesampingkan masalahnya dengan Jaemin.
Semenjak mencintai kekasih sahabatnya sendiri, pagi menjadi hal yang paling Taeyong benci. Karena pada pagi itu Jaemin akan meninggalkannya untuk Johnny.
"Wah, baunya harum sekali! Aku jadi lapar." Pekik Jaemin di belakang Taeyong. "Hyung membuat apa?" Tanya Jaemin sambil mendudukkan diri meja makan kecil di sudut dapur Taeyong.
"Hyung hanya membuat nasi goreng kimchi." Ujar Taeyong. "Hyung harap kau tidak keberatan. Hanya ini yang ada di dalam kulkasku."
"What?! Kau harus pergi berbelanja hyung!" Titah Jaemin dengan wajah khawatir. Taeyong tidak bisa tidak dibuat terkekeh dengan reaksinya.
"Kalau begitu berbelanjalah denganku hari ini." Kata Taeyong. Ucapannya terdengar santai namun juga penuh tuntutan di telinga Jaemin. Hal itu membuat nyali yang lebih muda menciut. Dan saat inilah Taeyong paham bahwa ada batas yang tidak bisa ia tembus.
"Hyung.." Lirih Jaemin. Pemuda berwajah lembut itu berjalan menuju Taeyong dengan perlahan-lahan. "Kita sudah pernah membicarakan ini." Ujarnya lagi. Dari nadanya, Jaemin terdengar begitu sedih dan menyesal. Entah untuk apa.
"Aku tau. But I just can't help it! Aku ingin sekali saja kau mementingkan aku." Keluh Taeyong akhirnya. "Aku ingin sekali saja kau hanya memikirkan aku ketika kita bersama tanpa harus memikirkan Johnny."
Taeyong menarik napasnya dalam, "Tanpa harus memikirkan bahwa Johnny lah tempatmu kembali! Aku di hadapanmu, sayang. Ada aku di depanmu. Lihatlah aku sekali saja, maka aku akan berhenti bertingkah kekanakkan seperti ini." Mata bulat besar milik Taeyong terlihat berair. Yang mana berhasil membuat hati kecil Jaemin menyesal.
"Hyung..." Jaemin merengkuh tubuh yang lebih tua dalam dekapannya. "Hyung, maafkan aku."
"Stay here with me Nana. I won't tell a soul." Pinta Taeyong dalam pelukkan Jaemin. Yang dipintai hanya mengangguk pasrah dan semakin mengeratkan pelukkannya. "Ya, hyung. I'll stay with you today." Gumam Jaemin.
Ada satu hal yang membuat Taeyong akhirnya mengakui rasa irinya terhadap Johnny. Bahwa lelaki bertubuh tinggi itu bisa memiliki Jaemin kapan saja tanpa harus memohon dan menangis. Taeyong iri.
Tapi tak apa— biarlah sedihnya ia kesampingkan asalkan Jaemin bersamanya saat ini. Asalkan tidak ada satu jiwa pun yang tahu. Taeyong dan Jaemin akan baik-baik saja.
🎈🎈🎈
Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
FanfictionOneshot love story for NCT with Jaemin centric. BxB only 🤗 Jaemin x all