I'm In Love With My Bestfriend (Nomin)

1.9K 117 7
                                    

Seperti sudah takdirnya bagi Jeno dan Jaemin; dipertemukan di sekolah dasar hingga menjalin pertemanan indah hingga mereka menginjak semester 5 di sebuah universitas bergengsi di Korea Selatan.

Jeno adalah seorang murid kelas 5 SD. Tak seperti anak kebanyakkan, Ia tidak memiliki teman dekat yang akan ia ajak pergi ke mana saja meski pun tidak sedikit yang mencoba mendekatinya untuk diajak berteman. Jeno tidak bisa, dia pemalu. Baginya bersosialisasi sungguhlah hal yang sulit untuk dilakukan.

Suatu saat di pagi yang sejuk dan menyenangkan, ketika ia sedang mengecek PR matematikanya di bawah cahaya matahari yang bias sedikit di wajahnya, Jeno menemukan anak laki-laki dengan senyum yang ia deskripsikan dengan "cantik" sedang berdiri di lapangan dan memandang ke arah gedung sekolahnya. Meski hanya ia lihat dari kejauhan tapi Jeno tetaplah yakin bahwa anak laki-laki itu sungguh memiliki senyum yang cantik.

Samar-samar, dapat Jeno dengar bisikan-bisikan teman sekelasnya yang juga ikut memandang ke mana ia memandang. "Aku rasa dia anak baru itu." Ucap Hana, si ketua kelas.

"Wah, benerkah? Masuk ke kelas mana ia nanti?" Tanya Dami, si sekretaris kelas.

"Entahlah, mungkin di kelas ini. Atau di kelas B, kalau dia parah sekali ya di kelas C." Jelas Hana, Dami mengangguk menanggapi.

"Dia lucu sekali," Timpal Dami, dan Jeno menggelengkan kepalanya mencoba untuk menyadarkan dirinya bahwa tidak seharusnya dia setuju dengan ucapan Dami.

"Aku harusnya mengurusi diriku sendiri," Ucap Jeno pada dirinya sendiri lalu kembali memandangi buku dengan rangkaian rumus dan angka sederhananya.

Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi. Sedikit dari hati Jeno merasa sangat bersemangat hari ini. Dan Jeno dengan segala kepolosannya sedang bertanya-tanya, apa yang hari ini bawakan untuk dirinya.

Dan benar, anak laki-laki dengan senyum cantik itu tengah memperkenalkan dirinya dengan nama Na Jaemin.

Nama yang cantik, batin Jeno.

Mungkin karena berdiri terlalu lama di luar di bulan Januari yang dingin ini membuat pipi, kedua telinga, hidung, serta telapak tangan Jaemin menjadi merah. Meski begitu Jeno bersumpah, senyum anak laki-laki itu tak pernah luntur dari wajahnya yang mungil.

Dan lagi, ketika ibu guru menyuruh Jaemin untuk duduk di bangku sebelah Jeno, ia diam-diam merasa excited. Tak lupa juga ketika anak laki-laki itu menyodorkan telapak tangannya untuk berkenalan dengan Jeno. Jeno pikir tak apa memiliki seorang sahabat.

🌈🌈🌈

"Jenow!" Seru Jaemin tepat di telinga pemuda yang lebih tua beberapa bulan darinya itu.

"Ada apa, Jaeminie?" Jeno dan Jaemin tumbuh menjadi dua orang dengan kepribadian yang jauh berbeda namun dengan ketertarikkan yang sama.

Jika Jeno dikenal dengan ketenangannya maka Jaemin sebaliknya. Jika Jeno belajar dengan giat maka Jaemin hanya akan melihat dan mendengarkan Jeno, karena sialannya Jaemin terlahir cerdas. Jika Jeno terkenal dan digandrungi wanita-wanita di universitasnya, maka Jaemin digilai oleh pria-pria di sana. Dan jika Jeno memilih untuk berolah raga, Jaemin akan ada di barisan penonton untuk melihat dan mendukung sahabatnya sejak kecil itu.

"Aku ingin berbicara denganmu," Ucap Jaemin tepat di telinga Jeno. Kali ini bukan teriakan yang didengar Jeno namun bisikan dari Na Jaemin. Jika boleh jujur bisikkan itu sedikit membuatnya berdesir.

Ada apa denganku ini, pikir Jeno heran.

"Kau sudah melakukannya Jaeminie," Balas Jeno tanpa memandang Jaemin yang ia yakini jaraknya hanya beberapa centi dari wajahnya. Dapat ia rasakan napas Jaemin di lehernya.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang