1.

7.2K 818 97
                                    

     “Nee nee Izana, ayo main bersama”

     “Haa?! Aku ti- woii”, gadis itu menarik tangan Izana dan membawanya kelapangan penuh salju.

     “Izana baka, jangan sedih terus ada aku disini”, (Name) melepas genggaman nya dan menatap Izana sambil tersenyum, jantung Izana berdetak kencang.

     “Hahh, baiklah”, Izana pasrah dan mengikuti perkataan si gadis.

     “Izana lihaat!!”, gadis itu menunjuk kearah langit.

     “Haa? Tidak ada apa ap-“

     “AHAHAHHA, wajah mu penuh salju”, gadis itu tertawa kencang, Izana menyeringai dan melemparkan bola salju tepat diwajah (Name).

     “Haha, lihat sekarang siapa yang menjadi orang salju”, Izana menjulurkan lidah nya, sedangkan si gadis mempout kan bibirnya sambil membentuk bola salju.

     “Izana bakaa”, gadis itu melempar dua buah bola salju, namun Izana berhasil menghindar.

     “Anak perempuan tidak akan bisa mengalahkan orang dewasa seperti ku”, bangganya.

     “Banyak omong, dikejar anjing saja kau sudah lari terbirit birit”, gadis itu tertawa, tawa itu menghangatkan hati Izana di hari yang dingin ini.

     “Te-terserah”, ucap Izana yang sudah salting.

     “Izana – kun itu lucu”, gadis itu tiduran diatas tumpukan salju.

     “Haha, tentu”, Izana ikut tidur disebelah si gadis.

     “Izana, saat besar nanti aku ingin menjadi guru”, gadis itu melambai lambai keatas.

     “Benarkah? Kalau aku akan menjadi raja”, ucap Izana penuh semangat.

     “Menjadi raja itu susah lhoo”

     “Tidak, dan kau akan ku jadikan ratu...”

     “(Name)”

---------------------------

     “Hoaamnn”, gadis bernama (Fullname) terbangun dari tidurnya, ia bangkit lalu menggosok giginya dan mandi. Setelah mandi, (Name) memakai segaram sekolahnya, tidak lupa dengan rambut yang ia jalin.

     “Yosh, aku pergii”, (Name) mengunci pintu dan berlari ke sekolah, entah kenapa (Name) lebih bersemnagat padahal tidak makan.

     “(Name) – chan ohayou”, sapa teman sekelasnya, Mika.

     “Mika ohayou, kenapa memakai syal?”, tanya (Name).

     “Ibu yang menyuruhnya, aku tidak bisa menolak, sekarang juga musim dingin”, Mika.

     “Hahh?! Sudah mau musim dingin?!”, kaget (Name).

     “Kebanyakan nonton anime, jadinya nolep kan”, Mika tertawa.

     “Benar juga, baiklah besok aku akan pakai syal juga”, (Name).

     “(Name) – chan sangat bersemangat yaa”, Mika terkekeh.

     “Hihii, aku senang hari ini”, ucap (Name).

     “Senang? kenapa?”, tanya Mika.

     “Ini kan musim dingin, aku akan ke taman!!”, (Name).

     “Jika boleh ku tanya (Name), kenapa kau sangat menyukai musim dingin? Setiap aku lewat, (Name) – chan hanya bermain sendiri”, Mika.

     “Itu, karena aku sukaa”, (Name) mencoba tersenyum selebar mungkin.

     “Itulah (Name) – chan”, Mika ikut tertawa.

   Setelah memasuki kelas, (Name) duduk dan merbicara dengan teman sekelasnya. (Name) heran melihat kelas sebrang yang sangat ramai, itu sudah dari tadi pagi bahkan sebelum (Name) datang.

     “Naa Sanemi, disana ada apa?”, tanya (Name).

     “Anak baru”, jawabnya dingin.

     “Humm, laki perempuan?”, tanya (Name).

     “Lihat sendiri, katanya laki”, Sanemi beranjak pergi dari kelas.

     “Sanemi – kun dingin seperti biasanya yaa”, Mika.

     “Huhh menyebalkan”, (Name).

    
TING TONG

     “Ohayou Minna

     “Ohayou, Sensei

     “Baiklah, sekarang karena kalian sudah kelas 3 kita akan langsung membahas soal I-P-A”, ucap guru dengan menekan kata kata IPA.

     “Kira kira anak baru itu bisa tidak yaa?”, gumam (Name).

     “(Name)- chan?”, Mika.

     “Tidak, hehee”, (Name) mulai mendengarkan penjelasan guru didepan.

   Kelas telah selesai, udara semakin dingin. (Name) pulang terlambat karena disuruh piket namun (Name) menolak, ketika ditawar dengan dorayaki barulah (Name) mau.

     “Selesaaiii”, (Name) meregangkan badannya.

   Gadis itu menggendong tasnya dan menutup pintu kelas, benar benar sunyi. (Name) sembari bersenandung melewati lorong, ia menatap langit yang sebentar lagi sepertinya akan turun salju. Bergegas (Name) keluar dari sekolah dan langsung menuju taman, (Name) langsung duduk dikursi taman dan melihat orang berlalu lalang.

     “Hee, aku merindukannya”, (Name).

   Bagi (Name), pergi ke taman setiap salju akan turun sudah seperti kewajiban baginya. (Name) masih mengingat jelas memorinya dengan Izana waktu itu.

     “Saljunya turun, Izana”, ucap (Name) lirih sambil menatap benda putih turun dari langit.

   (Name) berjalan ketengah tengah taman dan berputar, banyak orang yang melihat itu bahkan membicarakan (Name). Namun (Name) tidak peduli, ia terus berputar dan menatap langit.

     “Izana, aku lelah menunggu mu”, (Name) tersenyum sendiri.

     “Benarkah?”

     “Ehh??”, (Name).

ɪᴢᴀɴᴀ ᴋᴜʀᴏᴋᴀᴡᴀ ' ᴍɪss ʜᴇʀ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang