2.

4.6K 682 110
                                    

     “Eeeh?”

     “Merindukan ku, (Name) – chan?”

     “Bo-bohong kan”, tanpa sadar air mata (Name) mengalir.

     “Haha, apa apaan itu, wajah mu jelek lho”, ucapnya sambil menghapus air mata (Name).

     “Ka-kau benar benar..”

     “Ini aku, Izana”, ucapnta dengan nada yang lembut.

     “I-izana hiks, Izanaaa”, (Name) memeluk Izana erat, Izana terkekeh dan mengusap rambut (Name).

     “Haha, masih cengeng seperti dulu”, Izana menangkup kedua pipi (Name) dan menghapus air mata (Name) menggunakan ibu jarinya.

     “Mohh baka”, (Name) menunjukan senyumannya.

     “Jaa, mau duduk dulu?”, tanya Izana.

   Mereka duduk dicaffe terdekat, (Name) masih sedikit terisak dan Izana agak kesusahan menenangkan (Name). Setelah (Name) benar benar tenang barulah Izana memberikan air dan kue kesukaan (Name).

     “Izana arigato”, (Name) tersenyum.

     “Umm, kau selalu ke taman yaa saat musim dingin datang”, ucap Izana sambil merapikan rambut (Name).

     “Selalu, aku selalu ke taman, karena aku...”

     “Merindukan  mu, Izana”, (Name).

     “Hee, ternyata bukan hanya aku yang merasakan itu yaa”, ucapnya.

     “Hahah, dan kenapa kau menghilang tiba tiba tanpa kabar, Izana”, tanya (Name).

     “Aaah soal itu aku minta maaf, aku dipindahkan ke Dubai sebagai pertukaran pelajar, namun sekarang aku berhenti dan bersekolah di Zola School”, jelas Izana sambil mengelus rambut (Name).

      “Se-sekolah Zola?! Jadi kau anak baru yang mereka bicarakan?!”, kaget (Name).

      “I-iyaa”, Izana.

     “Kau pergi tanpa mengatakan apa pun, aku khawatir”, (Name).

     “Yaa, aku tau itu makanya aku kembali secepatnya dan ya aku disini sekarang”, Izana mengecup lembut pipi (Name).

     “Izana”, (Name) tersenyum, senyuman itulah yang Izana rindukan.

     “Boleh aku berkunjung kerumah mu?”, tanya Izana.

     “Tentu”, (Name).

   Setelah dari caffe, mereka saling bergandengan tangan. (Name) menceritakan bagaimana kehidupannya saat Izana pergi, semuanya.  Namun perjalanan mereka terhambat, lebih tepatnya dikepung sekitar 35 orang.

     “I-izana”, (Name) meremas baju Izana kuat.

     “Tenang lah, ada aku” Izana.

     “Izana?”, (Name) menatap Izana.

     “Serahkan gadis itu, chibi”, ucap laki laki A.

     “Jika tidak?”, Izana.

     “Kau akan menyesal tidak mendegarkan perintah tuan mu ini hahaha”, laki laki B.

DUAGHH

   Pria A tumbang dalam sekejap saat kaki Izana mendarat dipelipisnya, kulit dipelipisnya robek dan mengeluarkan darah, (Name) sedikit terkejut. Izana yang dulu selalu melindungi (Name) apa pun yang terjadi, bahkan sampai kaki nya patah. Dan Izana yang sekarang akan melindungi (Name), bahkan jika itu mengancam nyawa.

     “Nee (Name), merindukan masa masa seperti ini?”, Izana, (Name) tersenyum dan mengingat waktu ia dikepung anak SMP lalu (Name) berkata,

     “Tolong aku, Izanaa”, (Name) merengek seperti waktu kecil dulu.

     “Aku disini”, Izana kemudian membantai selurung orang itu dengan lama waktu 10 menit, ujung bibir Izana berdarah karena salah satu tinju dari orang orang itu berhasil mengenai Izana.

     “Aku obati dirumah ya?”, (Name).

     “Yaa, tolong yaa”, Izana.

     “Ayo”, (Name) menarik tangan Izana dan meninggalkan kumpulan orang orang jahat itu.

   Saat sampai dirumah (Name), Izana masuk duluan. Rumah (Name) sudah seperti rumah sendiri baginya, (Name) bergegas melepaskan sepatunya dan mengambil air panas untuk mengobati luka Izana, tidak lupa sapu tangan yang bersih.

     “Tidak pernah berubah yaa”, Izana.

     “Aku tinggal sendiri, jadinya yaa begitu”, (Name) membasahi sapu tanganya dan menekan kain itu pelas ke luka Izana.

      “Shhht”, Izana merinngis.

     “Sa-sakit?”, tanya (Name).

     “Lumayan, itu perih”, Izana.

     “Tahan yaa”, (Name) masih membersihkan luka Izana, Izana terus memperhatikan wajah fokus (Name), terkesan menggemaskan.

     “Sudah”, (Name) membawa sapu tangan dan air hangat tersebut ke dapur, (Name) melanjutkan aktifitasnya yakni memasak.

     “Izana, mau makan apa?”, tanya (Name).

     “Kalau bisa omellet buatan mu”, Izana menyalakan tv.

      “Siap”, (Name) mengambil telur dan bahan lainnya, (Name) memasak omellet itu dengan penuh rasa bahagia. Omellet buatan (Name) adalah makanan kesukaan Izana, meski dulu rasanya masih asin, sekarang pastinya sudah berubah.

     “Jeng jeng, omellet buatan chef (Name)”, bangga (Name).

     “Aku harap tidak asin”, Izana mengambil sendok dan menyuapkan omellet itu ke mulutnya.

     “Enak, (Name)”, Izana berbinar dan tersenyum lebar, ia memakan omellet itu dengan lahap.

     “Benar kan, tentunya sangat enak”, (Name).

     “Sebagai hadiahnya, tutup mata mu”, ucap Izana.

     “Ngapain tutup mata?”, tanya (Name).

     “Tutup aja”, Izana.

     “Baiklah”, (Name) menuruti kata Izana lalu menutup kedua matanya menggunakan tangan.

   Izana menyeringai, (Name) masih saja bertingkah menggemaskan sama persis seperti dulu. Izana mendekatkan wajahnya dan menarik tangan (Name) yang menutupi matanya tadi, lantas (Name) membuka matanya, Izana tersenyum saa (Name) menatap dirinya dan kemudian Izana mencium bibir pink (Name) dengan lembut.

    ‘i-izana?!’

ɪᴢᴀɴᴀ ᴋᴜʀᴏᴋᴀᴡᴀ ' ᴍɪss ʜᴇʀ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang