4.

3.2K 483 20
                                    

     “Hiks, hiks”, (Name) kini berada di rooftop, hatinya sungguh sakit.

   Izana diam diam membuka pintu rooftop, ia melihat (Name) menangis tanpa henti. Izana mendekati (Name), melihat (Name) menangis seperti ini rasanya sungguh menyakitkan.

     “Hiks, nande”, Izana menghentikan langkahnya.

     “Rasanya menyakitkan, aku pergi ke sekolah dengan Izana saja dibicarakan, apa mereka tak punya topik lagi? Kenapa aku menangis, padahal Izana melindungi ku, aho”, (Name) menghapus air matanya dan mencoba menenangkan dirinya.

     “Baru pertama kalinya Izana membentak ku”, ucap (Name).

     “Yaa”, Izana langsung memeluk (Name) dari belakang, (Name) merasakan nafas Izana di lehernya. Izana merasakan tubuh (Name) kaget saat ia memeluknya, Izana semakin lama semakin mempererat pelukannya.

     “Izana, kau mendegar semuanya?”, tanya (Name).

     “Tidak terlewatkan  sedetik pun”, Izana mendusel dusel dileher (Name).

     “Begitu”

      “Maafkan aku (Name), harusnya aku tidak membentak mu, aku sudah tidak tahan dengan ocehan tidak berguna mereka. Kenapa kau tak membela diri hm?”, tanya nya dengan memberatkan suaranya.

      “Aku, tidak bisa”, (Name).

     “Kenapa?”, Izana mengelus lembut pipi (Name).

     “Terakhir kali aku membela diri, orang itu berakhir dirumah sakit dengan kondisi sekarat, Mika bilang itu perbuatan ku, aku tidak bersalah karena orang itu yang memulai itu semua”, jelas (Name).

     “Tapi itu demi kebaikan mu”, Izana.

     “Aku tau”, (Name).

     “Nee, cobalah bela diri mu sendiri dari sekarang oke? Itu akan menyusahkan sata aku tidak disamping mu”, Izana melepaskan pelukannya dan membalikan badan (Name).

     “Kalau itu terjadi lagi bagaimana?”, (Name) menatap mata Izana, Izana tersenyum hangat.

     “Tidak akan, jika kau bisa mengontrol emosi mu”, Izana menepuk hidung (Name) dengan telunjuknya.

     “Baiklah akan kucoba”, (Name).

     “Begitulah (Name) ku, senyum dulu”, pinta Izana dan (Name) mengabulkannya, Izana mendekatkan wajahnya,,

   BRAKK

     “(Name) – chan!!”, Mika.

     “Mika?!”

     “(Name) kau tak apa? Maafkan aku membiarkan mu jalan sendirian, aku sungguh menyesal hey mata mu memerah!!”, Mika mengambil tissu dan membersihkan area mata (Name).

     “Arigato, Mika. Aku tak apa sekarang, aku juga akan mencoba membela diri ku!!”, ucap (Name).

     “Ke-kenapa tiba tiba”, tanya Mika.

     “Begitulah”, Izana menarik tangan (Name) dan membawanya keluar, Mika kesal karena (Name) direbut darinya. Jadinya Mika hanya mengikuti mereka dari belakang, saat menuruni tangga, para adik kelas menunggu mereka di bawah.

     “A-anoo (Name) senpai, kami sungguh mohon maaf”, para adik kelas menunduk, (Name) hanya menatap mereka dengan wajah datar. (Name) hanya melewati mereka tanpa berbicara sedikit pun, Izana menyeringai.

     “Ga-gawat, (Name) senpai benar benar marah”

     “Kalian..”, panggil (Name).

     “Ha-haik?!”

      “Aku maafkan kok, hanya saja tolong dilihat dulu semua kebenarannya baru berbicara”, ucap (Name) sambil tersenyum, bisa bisanya senpai tersenyum.

Arigato senpai, aku janji tidak akan mengulang lagi”, ucap mereka

     “Yaa”, (Name) meninggalkan mereka diikuti Izana dan Mika.

    
   (Name) masuk ke kelasnya, ia diawasi Izana dari jauh. Sedangkan Mika mencoba untuk menghibur (Name) agar (Name) tidak memikirkan masalah itu lagi. Izana terus memperhatikan wajah (Name), gadis itu sebenarnya lemah, namun gais itu terus mencoba agar kelemahannya tidak lagi.

    Bel pulang berbunyi, (Name) pulang bersama Izana. Mika masih disekolah karena ekskulnya, Izana terus memperhatikan wajah (Name) yang selalu tersenyum.

     “(Name), barang barang ku sudah dipindahkan ke rumah mu”, ucap Izana.

     “Yaa, aku tidak bisa menghentikan keras kepala mu itu”, (Name) tersenyum.

     “Begitulah”, Izana mengusap rambut (Name)

      “Dikamar mana?”, tanya (Name).

      “Kamar kosong”, Izana mengeluarkan hape nya dan mengetik sesuatu.

      “Ooh”, (Name) mencoba melihat apa yang Izana lakukan, namun karena badannya pendek (Name) bisa apa.

     “Sudah dipesan, ayo makan”, ajak Izana.

     “Makan apa?”, tanya (Name).

     “Cerewet, ikuti saja”, Izana menarik tangan (Name) dan menaiki taxi.

     “O-oi, uang ku ga banyak”, (Name).

     “Aku ada uang kok”, Izana.

     “Baiklah”, (Name) menyenderkan badannya dikursi mobil.

     “Perjalanannya agak jauh, lebih baik kau tidur”, Izana mengusap rambut (Name).

     “Baiklah”, (Name) menutup matanya dan perlahan tertidur.

     “Paman, tolong secepatnya”, pinta Izana.

     “Baik tuan”, si supir menancap gas.

   ‘sebentar lagi’

ɪᴢᴀɴᴀ ᴋᴜʀᴏᴋᴀᴡᴀ ' ᴍɪss ʜᴇʀ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang