8.

2.4K 373 41
                                    

     “Mau”, (Name) tersenyum.

     “Baiklah, kita harus fokus ujian akhir lalu bekerja, setelah itu menikah”, ucap Izana.

     “Tapi bagaimana jika ada wanita jahat menganggu ku lalu kita terpisah”, (Name).

     “Aku setia (Name), tidak seperti yang lain”, Izana mengambil salju lalu melemparnya ke atas.

     “Aku akan tagih janji mu”, (Name) berdiri lalu melemparkan salju ke Izana.

     “Oi (Name)!! kau curang”, Izana bangkit lalu melemparkan bola salju ke arah (Name).

     “Oiya Izana, tahun baru kita lihat kembang api yuk”, ajak (Name) sambil membersihkan salju dari mantel nya.

     “Tahun baru?”

     “Tentu, ayolah”, (Name) memasang wajah memohon, Izana mencubit gemas pipi (Name) lalu mengangguk setuju.

     “Semakin dingin, ayo kita pulang”, ajak Izana, (Name) melompat kearah Izana, Izana berhasil menangkap (Name) namun hilang keseimbangan. Alhasil Izana jatuh tertindih (Name), (Name) tertawa lalu memeluk Izana erat.

     “Kau itu berat tau”, ucap Izana lalu mengusap surai (Name).

   Sesudah sampai dirumah, (Name) memasak cream soup. Simple namun sangat lezat, itu adalah menu andalan (Name) saat musim dingin. Mudah kok, masukan tepung dan air kedalam wajan, dalam membuat cream sop air harus lebih banyak dari tepung, setelah itu masukan saja penyedap rasa dan jadi.

      “Izana, sudah jadi”, (Name) memanggil Izana namun Izana tak kunjung datang, (Name) makan duluan.

     “Maaf menunggu”, Izana turun tanpa menggunakan baju, itu memperlihatkan abs nya yang uugh.

      “Pakai ba-baju mu”, (Name) merona.

     “Hee, baju ku dikamar”, Izana duduk lalu memakan sop buatan (Name).

     “Hahh, hari dingin lho”, (Name).

     “Tenang saja, aku tahan dingin”, Izana.

     “Terserah, ngomong ngomong sebentar lagi ujian, aku tidak paham ipa”, (Name) mempoutkan bibirnya.

     “Aku bisa mengajarkan mu”, Izana tersenyum.

     “Tentunya, baiklah besok kita mulai belajar yaa”, (Name).

     “Baiklah”

      “Aku akan mendapatkan nilai yang bagus”, bangga (Name).



  BESOKNYA




     “(Name) ayo belajar”, ajak Izana.

     “Malas”, (Name) mempoutkan bibirnya.

     “Tekad mu itu hanya bertahan satu hari ya”, Izana.

     “Kapan kapan saja”,ucap (Name) yang masih berbaring dibawah selimutnya.

     “Oiya apa kau punya teman yang namanya Bika?”, tanya Izana sambil menimpa tubuh (Name).

     “Hah? Bika? Makanan?”, tanya (Name).

     “Namanya Bika dan dia bilang dia teman mu, aku mengusirnya”, Izana.

    “Itu Mika baka!!”, teriak (Name).

    “Dia bilang Bika”, Izana menatap wajah (Name) sambil berkerut.

    “Mika, Mika bukan Bika”, (Name) menyentil kening Izana.

     “Ooh”, Izana.

     “Aku ingin makan bistik”, (Name).

     “Ayo makan diluar”, ajak Izana.

     “Izana yang bayar?”

     “Iyaa”, Izana berdiri lalu mengecup lembut pipi (Name) meninggalkan (Name), (Name) segera bersiap siap dan tidak lupa syal milik Izana.

     “Aku sudah siap”, (Name).

     “Cantik seperti biasa ya”, Izana tersenyum lalu memasukan tangan (Name) dalam mantelnya.

     “Tentunya”, (Name) tersenyum.

   Mereka berjalan melewati jalan raya, jalanan dipenuhi salju. (Name) sangat senang bisa menghabiskan waktu musim dinginnya dengan Izana lagi, (Name) dengan setia menunggu bertahun tahun  semenjak Izana menghilang.

     “Izana, aku ingin terus seperti ini”, (Name), Izana hanya tersenyum.

     “Bukan hanya diri mu (Name), aku juga ingin”, Izana mengusap lembut pipi (Name), terlihat rona merah di kedua pipi Izana.

     “Kau merona”, (Name) menyeringai.

     “Tidak”, Izana menatap (Name) dengan wajah kesal.

     “Izana merona, Izana merona”, ucap (Name) dengan nada mengejek.

     “Sudahlah”, Izana mengalah lalu memasuki sebuah restoran bistik ternama.

   (Name) disambut kehangatan saat masuk ke dalam restoran itu, (Name) duduk di kursi paling ujung dan memesan bistik porsi jumbo. Tak menunggu lama, bistik itu datang dengan cepat, (Name) dengan lahap memakan bistik itu.

     “Hey, (Name)”, panggil Izana.

     “Hmm?”

     “Begini, aku harus pergi”, Izana.

     “......”

     “Ke-kemana?”, tanya (Name) dengan nada bergetar.

     “Maaf aku tidak bisa bilang, tapi aku janji akan kembali”, Izana.

     “Kau sudah berjanji Izana”, (Name) mulai menangis.

     “Aku tau (Name), tapi ini harus aku lakukan”, jelas Izana.

     “Izana, katakan ini bohong”

     “Maaf, aku tidak berbohong”

     “Hiks, apa kau akan kembali”, (Name) menatap Izana dengan mata yang berair.

     “Pasti, aku akan kembali, aku janji”, Izana mengangkat jari kelingkingnya dan (Name) menautkan jarinya dengan jari Izana.

     “Akan aku tunggu, Izana”










tbc

ɪᴢᴀɴᴀ ᴋᴜʀᴏᴋᴀᴡᴀ ' ᴍɪss ʜᴇʀ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang