3.

3.6K 534 270
                                    

     “Mmnh”, (Name) mulai kehabisan nafasnya, namun Izana masih belum berhenti. Saat (Name) menarik rambut Izana, barulah ia berhenti.

     “Ba-baka itu, itu ciuman pertama ku!!”, (Name) mengalihkan pangangannya dan menutup wajahnya yang semerah tomat.

     “Tapi aku juga kok”, Izana malah tersenyum.

     “Jika memang yang pertama kali lakukan dengan lembut dong”, (Name).

     “Baiklah, ayo kita ulang”, ajak Izana.

     “Tidak, aku masih sayang dengan jantung ku”, (Name) mencoba menatap wajah Izana.

     “Haha, terus ga sayang ke aku?”, tanya nya iseng sambil mencubit pipi (Name).

     “Kapan kau dewasa, Izana?”, (Name) mempoutkan bibirnya.

     “Saat kita menikah nanti”, jawabnya dengan wajah polos.

     “Tuhaan!!, tolong jaga jantung ku!! Aku masih ingin hidup”, (Name) mendorong Izana dan memegang area dada nya.

     “Pfft, haha baperan blee”, Izana menjulurkan lidahnya.

     “Hahh, pulang sana”, (Name).

     “Aku tak punya rumah, aku masih menginap di hotel sekarang”, jelasnya sambil memakan kue lebaran (Name) kemaren.

     “Apartement?”, (Name).

     “Aku malas memasak, mencuci dan lainya, merepotkan”, Izana.

     “Sewa babu”, (Name).

     “(Name) saja babu nya”, ucap Izana dengan semangat.

     “Hahh?! Sudahlah lebih baik kembalilah sekarang”, (Name) menarik tangan Izana dan menariknya sampai keluar.

     “Hee, baiklah sudah kuputuskan, mulai besok aku akan tinggal disini”, ucapnya.

     “H-hahh?! Ti—“

      “Tidak ada penolakan”, Izana menatap (Name) dengan sorot mata mneyeramkan miliknya.

     “Ba-baiklah”, (Name) menunduk.

     “Jaa, aku pulang”, Izana melambaikan tangannya.

     “Hati hati”, (Name) masuk kedalam rumah dan langsung berlari kekamar, (Name) membanting badanya dikasur.

     “IZANA THEME!! DIA TIDAK TAU JANTUNG KU AKAN COPOT, RASANYA AKU MAU MATI!!”, (Name) berguling guling dikasur.

     “Tapi, dia memang sudah tidak punya siapa siapa lagi”, (Name).


   apa yang harus aku lakukan?’



   BESOKNYA
 

     “Nee lihat, (Name) – chan bersama si anak baru lho”, gadis A

     “Iih langsung di embat dong haha”, gadis C

     “Iih beach”, gadis B

   Bisikan bisikan itu terus terdengar ditelinga (Name), itu semua bermula sejak Izana menjemputnya pagi itu dan mengajak (Name) jalan bersama ke sekolah. Saat sampai disekolah, mereka berdua menarik perhatian para adik kelas dan teman temannya, saat Izana tiba tiba mencium jidat (Name), (Name) dikata katai beach dan cewe murahan, memang agak susah menahan rasa marah.

     “(Name) – chan”, Mika.

     “Mika”, (Name) menatap Mika dengan yang lesu.

     “(Name), kau tak apa?”, Mika mengusap rambut (Name) lembut.

     “Iya”, (Name).

     “Kau tidak seperti (Name) yang biasanya?”, Mika.

     “Mereka tidak tau hubungan ku dengan Izana dan langsung mengambil kesimpulan, mereka membicarakan ku dengan apa yang mereka lihat, aku benci itu”, (Name).

      “Tinggal dihajar saja, kau kan ikut kara-“

     “Shht, gawat jika Izana bisa dengar nanti”, (Name) langsung menutup mulut Mika.

     “Gomen”, Mika tertawa.

     “Mika – chan, jangan bermain dengan (Name), nanti beach nya ketular haha”, gadis A.

     “Haha benar juga..”, Mika.

     “Nee gadis A, perempuan murahan seperti mu sebaiknya diam. kalau tidak salah, kau pergi ke hotel dengan 2 laki laki bukan? Waah apa kau puas?”, ucap Mika dengan nada tinggi agar seisi kelas mendengarnya dengan jelas.

     “Dasar”, bisik anak laki laki dikelas itu.

     “Memang aku tidak segaul anak anak cewe pada umumnya, tapi kalau adu mulut, boleh sini”, ucap Mika menyeringai.

     “Cih, akan kubalas kau”, gadis A meninggalkan kelas dan kabarnya bolos.

     “Mika”, (Name) merengek.

     “Tenang (Name), aku akan terus melindungi mu sama seperti kau melindungi ku dulu”, Mika tersenyum.

     “Mika – chan”, (Name) menangis.

     “Be-berhenti menangis!!”

   (Name) sedikit merasa tenang, Mika memang kalah fisik, tapi kalau adu mulut boleh bos di adu. Mika dan (Name) pergi ke kantin, mereka berpisah untuk membeli makanan.

     “Hora lihat, (Name) senpai”

      “Katanya dia cewe muraha?”

     “Iyaa lho haha”

     “Menjijikan”

    DUGH

     “Hee, kau mengatakan bahwa gadis ku, menjijikan?”, Izana menyudutkan adik kelasnya dengan tatapan mengerikan, itu menarik perhatian se isi kantin.

     “Izana?!”, (Name) terkejut dan langsung menghentikan Izana.

     “Be-berhenti Izana”, ucap (Name) sambil melindungi gadis itu.

     “Nande?”, tanya nya sedikit memiringkan kepalanya dengan wajah tersenyum.

     “Ka-karena..”

     “Kau mau dikatain beach lebih lama yaa?”, Izana.

     “. . . .”

     “Jawab”, bentak Izana.

    “Ini semua salah mu, Izana”, (Name) berteriak sambil menangis, hati Izana retak dibuatnya. (Name) lari entah kemana sedangkan semua yang ada di kantin itu hanya menatap ketakutan pada Izana.

     “Aku pikir, kembali kepadanya akan membuat kerinduan ku terobati. Dan kalian manusia bajingan merusaknya, apa mulut kalian minta di robek?? Aku sudah kenal (Name) sejak kecil ya, jadi wajar kan? Dan juga, ini kedua kalinya ia menangis dihadapan ku”

     “(Name) – chan kau dimana? Eeh Izana?”, Mika.

     “Nee, jika kalian tidak ingin terbunuh lebih baik minta maaf pada (Name) atau menjauhinya. Jika aku mendengar kata kata itu lagi, akan kubunuh kalian sampai kerabat tejauh kalian”, Izana menyeringai lalu berjalan keluar, ia ingin mencari (Name).

    “Sanemi, dimana (Name)?”

     “Dia kabur sambil menangis, itu menyakitkan”

   Mika langsung berlari mencari (Name), selama ia berteman dengan (Name), gadis itu tak pernah menangis, ia selalu tersenyum dan selalu menyemangati (Name).

    ‘(Name)’

ɪᴢᴀɴᴀ ᴋᴜʀᴏᴋᴀᴡᴀ ' ᴍɪss ʜᴇʀ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang