[tandai typo yang bertebaran]
Happy Reading
06.plan
"Rencana pertama, gue akan pulang kerumah Papa dan memperbaiki hubungan ayah dan anak"
Disini lah Leona berada saat ini. Dikediaman Ardika Mahadirga. Sesuai rencana, Leona akan tinggal disini dan kembali memperbaiki hubungan antara seorang ayah dan putrinya.
Ceklek
"Eh, Non Leona?! Aduhh udah lama Non nggak pulang, apa kabar Non?" tanya Bi Ina, ART terpercaya dirumah mewah itu.
"Baik Bi" jawab Leona tersenyum ramah.
"Ayo Non, Bibi antar ke kamar" ajak Bi Ina.
"Nggak, nggak usah Bi! Aku mau ketemu Papa dulu, udah kangen soalnya" ujar Leona sambil tersenyum.
"Oh iya, Tuan ada diruang kerja nya Non. Tas nya aja kalo gitu Non, biar bibi bawa keatas" Leona mengangguk dan berjalan menuju ruangan yang dimaksud, bermodalkan ingatan dari Queen setelah memberikan kopernya pada Bi Ina.
"Kenapa kamu kesini?" pertanyaan sarkas itu membuat Leona menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap pelaku.
"Waw! ternyata sekarang parasit udah bisa mempertanyakan kedatangan tuan rumah ya" balas Leona menyeringai.
"Kamu! Jaga ucapan kamu ya!" bentak Monika, Mama Nia.
"Loh, kenapa saya harus menjaga ucapan saya didepan orang yang nggak punya malu seperti anda?" tanya Leona balik dengan pembawaan tenang.
Monika dibuat geram karnanya. Anak yang biasanya cuma bisa marah, mengamuk, dan melakukan sesuatu tanpa perhitungan sekarang memang telah berubah. Leona menjadi gadis yang lebih tenang tapi ucapan nya menusuk.
"Awas kamu!" setelah mengatakan itu dengan nada marah, Monika langsung pergi dari sana.
"Hahahah... Ingat umur tante, jangan marah-marah! Nanti keriputnya tambah banyak loh!" teriak Leona sambil tertawa.
Bi Ina yang menyaksikan hal itu pun tersenyum. Harapannya untuk membuat Monika dan Nia yang munafik pergi dari keluarga ini sepertinya memberi sedikit penerangan. Jika dulu Leona gegabah, tapi sekarang gadis itu bisa mengontrol segala nya. Bi Ina tersenyum dan pergi dari sana.
Ceklek
"Kenapa tidak mengetuk?!" pertanyaan dengan nada tegas itu langsung menyambut Leona diruangan Dika. Pria paruh baya itu tak mengalihkan pandangan nya dari dokumen.
Pria paruh baya itu terlihat lelah dengan dokumen bertumpuk didekatnya. Melihat itu, Leona merasa kasihan. Karna Papa Leona meninggal saat gadis itu masih kecil, jadi saat melihat Dika, Leona merasa dirinya bisa mendapat kasih sayang orangtua lagi.
"Masa aku harus ketuk pintu dulu pas mau ketemu Papa" Dika yang mendengar suara putri kesayangan nya langsung mendongakkan Kepala.
"Papa, aku kangennn..." Leona langsung memeluk Dika dengan ekspresi ingin menangis. Sungguh, Leona rindu pelukan seorang ayah.
Dika yang awalnya terkejut langsung memeluk Leona balik saat tersadar. Leona rasanya sangat senang saat kembali mendapat hangatnya pelukan itu. Tiba-tiba, Leona malah menangis. Terlalu terharu dengan apa yang terjadi.
"Loh, kamu nangis? Putri Papa kok nangis?"
"A-aku kangen hiks... Papa maaf, maafin Ona ya... Hiks hiks... O-Ona janji nggak nakal lagi, Ona akan jadi anak baiknya Papa lagi" ujar Leona sambil sesegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Not ANTAGONIS! End
Teen Fiction"Ini takdir kami, jadi harus kami jalani. Memang ada pilihan lain? Kami tetap harus maju kan" Harus masuk ke dunia novel dan menjadi antagonis dalam cerita itu yang pastinya akan mati secara tragis. Dan itulah yang di alami Leona, Keysa, Lea dan Ses...