5 - Gadis Gila

581 50 1
                                    

Sebagai rasa bela sungkawa masyarakat UAE terutama Dubai, Emir Mohammed bin Rashid Al Maktoum, perdana menteri UAE memutuskan untuk memajang semua foto-foto korban jatuhnya pesawat Emirates Airlines dan ditata di bingkai raksasa untuk dipajang di pusat kota beberapa hari.

Masyarakat bebas untuk memberi mawar atau lilin sebagai bentuk rasa duka mereka terhadap keluarga korban.

Dan sebelum itu semua dimulai, Emir Mohammed dan para keluarga mengawali terlebih dahulu. Emir bersama Putera Mahkota, Sheikh Hamdan, memberikan tangkai bunga mawar merah di depan bingkai besar berisi 300 korban tersebut. Kemudian dilanjutkan oleh Mohammed dan para keluarga lainnya.

Kegiatan tersebut diliput oleh awak media, flash-flash kamera bersahutan menyorot keluarga kerajaan.

Mohammed menatap bingkai raksasa itu dengan iba, dari dalam hati dia bersedih tentunya. Meski dia tak tahu bagaimana terpuruknya keluarga korban saat mengetahui kabar itu, tentu sangat menyakitkan.

"Malang sekali nasib keluarga mereka," lirih Mohammed memandang salah satu foto dari ke-300 korban di sana, Mohammed memperhatikan foto dua orang suami-istri dengan nama 'Haroon dan istrinya Rubina' berasal dari Delhi-India.

Di foto yang Mohammed ketahui dua orang bernama Haroon dan Rubina itu, ia melihat anak kecil yang digendong oleh Rubina.

"Sepertinya itu anak mereka," ia bergumam terus memperhatikan. Entah kenapa tapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk terus mengamati anak yang digendong Rubina.

"Mohammed?"

Sekilas dia menoleh, Mohammed melihat Pamannya, Hamdan melangkah mendekati.

"Ya, Paman?" Sahut Mohammed menjawab panggilan Hamdan.

"Siapa yang kau perhatikan?" Hamdan merangkul Mohammed dan ikut mencari dimana fokus Mohammed.

"Mereka," Mohammed menunjukkan foto Haroon dan Rubina kepada Hamdan.

Kemudian Hamdan mengamati foto itu dari bingkai dengan mata elangnya yang tajam.

"Wajah mereka terlihat tulus. Ah, apakah si anak ini juga menjadi korban?" Tanya Hamdan menunjuk pada foto tersebut.

Mohammed menggeleng,

"Aku pikir tidak, Paman. Disini tertulis Haroon dan Rubina-lah sebagai korban dan nama anak itu tidak dicantumkan," Hamdan menganggukkan kepala mengerti penjelasan Mohammed, tapi perhatiannya tak lepas.

"Dan mungkin sekarang anak ini seumuran mu, lihat tanggal pengambilan fotonya. Itu diambil sudah sangat lama dan pada tahun itu kau juga seumuran dengannya." Opini Hamdan.

Mohammed mengangguk setuju. Lalu melanjutkan,

"Pasti sekarang dia hancur, mengetahui orang tuanya tiba-tiba meninggalkannya dan tak akan pernah kembali lagi."

~•●•~

Seminggu ini, Rukshar lupa bagaimana caranya makan dengan baik. Tidak ada yang masuk kedalam tubuhnya selain air putih dan beberapa potong roti kering.

Bagaimana bisa perpisahan mereka di bandara adalah pertemuan terakhir dengan orang tuanya?!

Hidup benar-benar telah meluluh lantahkan segala pertahanan Rukshar. Dia hancur dan mungkin luka ini tidak akan sembuh sampai kapanpun.

Bahkan untuk mendengar kabar terkini dari penemuan beberapa bangkai pesawat dan beberapa barang yang ditinggalkan korban, Rukshar tak sanggup.

Kenyataan pahit ini, seperti racun yang harus ditelan Rukshar, dan sanggup ataupun tidak dia harus melewatinya meskipun begitu berat.

Story of Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang