34 - Nasihat Mama

295 37 24
                                    

Sejak kemarin berada di rumah Mama rasanya seperti menemukan surga yang telah lama hilang, itulah yang dirasakan Mohammed sekarang. Melihat atap rumah atau sekedar duduk di kursi lamanya membuatnya ingat kenangan indah bersama mereka di sini.

Dia tidak banyak bicara, hanya mendengar celotehan Roza yang bercerita tentang teman-teman dan liburan akhir tahunnya di Maroko. Sesekali tersenyum menampakkan gigi melihat Roza tergelak tawa. Anak itu selalu bersemangat untuk apapun.

"Pulang dari Moroko aku jadi punya banyak kenalan." Roza mengakhiri ceritanya.

Mohammed yang dari tadi hanya memperhatikan sambil menyandarkan kepala di tangan kemudian mengangguk, "oh ya? Lalu bagaimana dengan mereka?"

"Yaa, hanya kenalan. Mereka meminta Snapchat dan kita berteman di sana."

Mohammed terkekeh. "Lalu?"

"Sudah cukup," gantian Roza menghempaskan punggung di sofa. "Sekarang ayo cerita tentang liburanmu, Mohammed. Aku belum pernah ke Swiss. Apakah rasanya sungguh dingin sampai kau mengalami hipotermia?"

"Siapa yang mengatakannya padamu?" Mohammed terkejut Roza mengetahuinya, dia kira keluarga kerajaan menyembunyikan hal ini.

"Kata Paman Majid," jawab Roza tanpa berdosa, tahu-tahu Roza mengerutkan kening seperti teringat sesuatu. "Oh iya, Mohammed. Aku jadi ingat Rukshar. Gadis India yang pernah kau beri kejutan ulang tahun kemari." Katanya kemudian.

"Dia tidak banyak bicara tetapi sangat baik dan terampil. Aku rindu dia, tangannya cekatan sekali waktu mengepang rambutku," Roza terus berbicara dengan antusias. "Di mana dia? Apa masih berada di Dubai?"

Roza melihat Mohammed hanya memalingkan wajah dan diam, ekspresinya sudah mengatakan bahwa dia tidak mau menjawab.

"Roza, bukannya ini waktumu belajar?" Mama Latifa datang. "Sebentar lagi kau harus ujian, tidak mau mendapat nilai bagus?" Dia duduk di samping Roza dan mengelus rambutnya.

Roza mencebikkan bibir, "Mama .. biarkan aku bermain dengan Mohammed. Aku masih merindukannya." Suaranya manja.

"Masih ada malam ini, cepat masuk ke kamarmu." Mama Latifa tersenyum.

Roza menoleh ke arah Mohammed, "nanti malam kita pergi ke Dubai Mall, ya. Traktir aku makanan yang banyak."

"Baiklah, belajar sungguh-sungguh." Kata Mohammed mengacak-acak rambut Roza sebelum membiarkannya berlari menuju kamar.

Mama Latifa memperhatikan bagaimana Mohammed terkekeh dengan tingkah Roza, bibirnya memang menyungging tawa yang menawan namun matanya tidak.

"Sekarang, tidurlah di sini, kemari,"

Mohammed segera meletakkan kepalanya di pangkuan Mama seperti yang diminta, dia merasakan tangan halus itu mengelus rambutnya. Sejenak dia memejamkan mata karena kehangatan inilah yang dia cari. Kehangatan masa kecil sebelum dia tinggal di istana besar itu. Kenyamanan yang istana Zabeel tidak miliki.

"Apa yang membuat Mohammedku bersedih seperti ini?"

Masih tidak ada yang keluar dari mulut Mohammed untuk beberapa saat, sampai Mohammed menengadah menatap Mama.

"Ketika kalah, apa yang akan Mama lakukan?"

"Apa yang kau lakukan saat kalah lomba berkuda?"

"Sejujurnya aku tidak pernah kalah dalam lomba apapun." Jawaban naif Mohammed membuat Mama tertawa ringan.

"Itu bagus. Aku bangga padamu," ujarnya. "Berarti saat ini Dia sedang memberikanmu kekalahan yang belum pernah kau rasakan sebelumnya, maka kau harus menerimanya."

Story of Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang