25 - Pilihan

351 39 9
                                    

'Perubahan butuh keberanian, keberanian untuk meninggalkan sesuatu bahkan yang kita cintai sekalipun.'

Rukshar menutup buku yang selesai dia baca seharian ini, buku yang dibaca Rukshar bercerita tentang perjuangan seorang anak laki-laki yang berusaha menggapai impiannya di negara lain.

Yah, Rukshar membeli buku ini karena saat dia membaca sinopsisnya dia merasa mirip dengan cerita si anak lelaki tersebut.

''ah, gara-gara buku ini aku jadi ingin membeli buku lain.''

Setelah menaruh buku tersebut di atas meja, dia beranjak pergi menuju dapur untuk mengambil air putih, dan Bibi Sachi terlihat bersiap-siap di sana, ''Rukshar, aku akan pergi bekerja.''

''hati-hati, Bibi. jangan lupa makan nanti,''

Bibi Sachi mengulum senyum dan mengangguk, kemudian keluar rumah membawa tas kecil berisi bekal. Melihat itu Rukshar mendegus pelan, Paman Vikram bekerja dan hanya pulang seminggu sekali sedangkan Bibi Sachi akan pergi bekerja pagi-pagi sekali.

Ting

Ting

''Apakah Bibi kembali untuk mengambil sesuatu?'' Rukshar beringsut membukakan pintu yang sudah dia tutup sejak Bibi Sachi keluar tadi, dan mata Rukshar tidak bisa berkedip ketika mengetahui bahwa Mohammed lah yang memencet bell dari tadi.

''Bibi siapa? Dimana?'' Dengan konyol Mohammed celingak-celinguk mencari siapa yang di maksud Rukshar. Sedangkan Rukshar mengembuskan napas berat karena lagi-lagi Mohammed datang tiba-tiba.

''Untuk apa kau kemari?'' Rukshar mengulumkan kepala ke luar mencari-cari seseorang yang menemani Mohammed tapi tidak ada, laki-laki itu sendirian datang dengan membawa mobil hitamnya.

''Aku akan memberikanmu kabar baik,'' kata Mohammed, ''tapi setidaknya biarkan aku duduk.''

''Kurasa orang arab sepertimu tahu bagaimana hukum dua orang asing yang berada dalam satu ruangan,'' tegas Rukshar, ''bagaimana kalau ada yang melihat nanti? Sudah cepat katakan apa yang membuatmu kemari?''

Mohammed tertawa kecil, ''aku bilang duduk, bukan masuk. Kita sudah sering berdua tanpa ada muhrim yang menemani, kau lupa?'' Balasnya justru dengan ringan. lalu tanpa aba-aba Mohammed duduk di kursi teras rumah diikuti Rukshar yang berjalan panik.

''Jangan sekarang, aku harus pergi latihan sebentar lagi.''

''Aku akan mengantarmu, sekarang dengarkan aku dulu.''

''Baiklah sudah katakan apa maumu, lalu cepatlah kembali sebelum ada orang yang melihat.''

''Proyek sekolah yang dibangun di India sudah sampai tahap akhir, ketua organisasi bilang padaku bahwa sebentar lagi aku diminta datang ke India untuk meresmikannya,'' Mohammed menjelaskan membuka layar ponsel dan memperlihatkan foto sekolah yang setengah jadi itu. ''Ini ada di wilayah India Utara, namanya Kashmir kalau tidak salah.''

''Kashmir?'' Rukshar mengulangi dengan sedikit tidak percaya.

''Ya, mereka bilang sekolah dibangun diantara pemandangan indah agar membuat anak-anak betah saat belajar, kau tahu? Keluargaku sangat bangga ketika aku memberitahu kegiatan amal ini kepada mereka, mereka sangat mendukung dan bahkan ada jamuan untuk merayakannya,''

Rukshar tersenyum mendengar penjelasan Mohammed barusan, memang dia kekanak-kanakan namun dia dapat membawa citra dirinya dengan baik sebagai seorang Pangeran Dubai. ''Mungkin beberapa hari lagi aku akan mengajakmu ke sana untuk melihatnya--

''Mohammed,'' Rukshar memotong, ''aku senang dengan keberhasilanmu dapat membangun sekolah gratis untuk anak-anak di negaraku dan kau sudah mewujudkan impianku. Namun itu adalah hasil usahamu.''

Story of Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang