31 - Jangan Membuatku Kecewa

296 33 13
                                    

Para paman dan bibi Mohammed tengah berkumpul di taman bersama anak-anak. Mereka sedang membuat makan siang bersama sambil bermain dengan hewan-hewan peliharaan mereka.

"Kau baru datang?" Shaikha melihat Mohammed berlari kecil dari dalam istana.

"Aku baru pulang dari Nad Al Sheba. Ada perlombaan sepeda dan aku yang memulai start nya. Maaf jika telat." Wajahnya tampak lesu berusaha tersenyum kecut.

"Apa kau belum mencuci wajah? Bagaimana pun seorang pangeran tetap harus terlihat tampan meski mereka lelah." Komentar Maryam yang duduk di samping Shaikha.

"Aku sudah membersihkan diriku," Mohammed tersenyum simpul dan sopan. Lalu segera mengalihkan fokus kepada Hamdan dan Uncle Saeed yang memasak kebuli di panci besar. "Aku akan membantu paman." Dia segera meninggalkan para bibi yang duduk di karpet biru tersebut.

"Dia terlihat kikuk dan sering melamun akhir-akhir ini." Ujar Maryam memperhatikan bagaimana Mohammed di sana.

"Apa yang bisa aku lakukan, Paman?" Hamdan menoleh mendapati Mohammed akhirnya sudah tiba.

"Oh, bawakan bawang bombay dan tomatnya kesini." Mohammed segera melaksanakan apa yang diminta Hamdan barusan, lalu menuangkan sepiring besar tomat dan bawang bombay di panci besarnya.

"Biarkan aku yang mengaduknya." Mansoor datang dan mengambil sendok masak dari Hamdan dan mengaduk nasi briyani tersebut.

"Benar Sheema, masukkan lebih banyak bumbu dalam soup itu," Uncle Saeed mengarahkan puteri dari Bahrain tersebut. "Dan Aisha jangan lupa mengaduk terus."

Sebenarnya Mohammed ingin sekali segera menemui Viren ataupun Rukshar dan meminta penjelasan, namun jadwal yang ditentukan tidak dapat dibatalkan. Apalagi Viren, anak itu tidak masuk selama dua hari setelah memposting tiket pesawat tersebut, padahal dalam tiket pesawat masih terbang beberapa hari lagi.

Kenapa Rukshar memesan tiket tersebut? Itu yang menjadi pertanyaan Mohammed.

"Lihat, Mohammed mengaduk saja tatapannya kosong." Latifa yang sejak tadi memperhatikan Mohammed berbisik kepada kedua saudarinya, Maryam dan Shaikha.

"Pasti ada sesuatu yang menganggunya."

"Kalian masih ingat kemarin? Wajahnya sampai terbentur pintu karena saat berjalan dia tidak melihat depan. Untung saja dahinya yang mulus itu tidak benjol." Shaikha menggeleng-geleng.

"Mohammed,"

Mohammed berkedip sadar ketika Mansoor memanggilnya.

"Ini waktunya memasukkan daging kambingnya," Mansoor dengan dagunya menunjuk kompor tak jauh dari sana. "Ambilkan dari sana, hati-hati panas. Itu baru diangkat dari kompor." Lanjutnya.

Mohammed hanya mengangguk lalu menuju kesana. Pikirannya masih menerawang tidak sadar membawa panci.

" Habibi Mohammed awas ada Brave di bawahmu!" Peringatan Latifa membuat Mohammed terkejut dan lengan tangannya menyentuh panci panas yang dia bawa.

Brave nama dari salah satu singa kecil Latifa. Latifa yang memperhatikan Mohammed yang berjalan dengan tatapan kosong sambil membawa panci terperanjat saat Brave datang dan hampir diinjak Mohammed.

"Ya Allah .." Mohammed memekik perih, lengannya terdapat luka bakar panci tersebut.

Mereka menghampiri panik dan segera menyuruh pelayan mengambil air hangat dan kompres.

"Apa yang kalian lakukan?" Interupsi Fatma melihat Maryam akan mengompres lengan Mohammed dengan kompres air hangat. "Itu akan membuatnya lebih perih." Fatma mengambil kompres dan memundurkannya.

Story of Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang