"Tuan Butler! Tuan! Jaringnya tersangkut!"
"Lagi?! Dammit!" teriaknya frustasi sambil membanting temali tambang. Dengan wajah kaku dimintanya kapal kembali jalan dan tidak lagi menebar jaring di sana.
Buritan perahu kayu itu sudah dipenuhi ganggang hijau. Air di bawah sana bahkan sampai tidak kelihatan saking penuhnya, tapi di situlah letak yang benar menurut catatan navigasi kakeknya.
Mike hanya tidak menyangka bakal diberi wasiat untuk mencari harta karun warisan di tengah danau nyaris tidak kelihatan dasarnya itu karena penuh ganggang juga lumut. Dia sampai mengira akan menemukan buaya di sana alih-alih sekotak peti yang entah utuh atau tidak. Demi apa. Umurnya mungkin sudah puluhan tahun.
"Jadi, kita balik, tuan?"
Mike menghela. Menatap sekilas ke arah langit yang mendung. "Sebentar lagi hujan. Aku tidak mau benaran ketemu buaya hanya demi kotak lapuk kakek."
"Hm. Baiklah. Tetapi, tuan. Kudengar dari orang sekitar, ikan di sini dagingnya lumayan."
Mike mendengkus. Mesin mulai dinyalakan dan mereka pun melaju membelah lautan hijau.
"Rasa lumut maksudmu? Yang benar saja."
"Entahlah, tapi kalau mau coba, akan kutebar jala di sekitar sini sebelum kita pergi. Bagaimana tuan? Kata mereka, dagingnya mirip tiram dengan ukuran lumayan."
Mike mengeluarkan ponselnya, terusik getaran pelan. "Terserah kau saja, Tim. Halo?"
Tim, seorang pemuda awal dua puluhan. Dia anak penjaga rumah kakek Mike yang letaknya dua kilo dari lokasi mereka sekarang. Berhubung masih muda dan pastinya bertenaga, Mike membiarkannya ikut. Dia bukan penduduk asli karena besar bersama ibunya di kota lain dan baru sebulan lalu memilih tinggal dengan ayahnya berhubung kondisi yang sudah renta. Upah dari keluarga Butler lumayan walau hanya menjaga rumah sederhana dengan dikelilingi kebun bunga.
Selesai menebar jala, Tim memacu perahunya pergi karena titik-titik hujan mulai berjatuhan dari langit. Dengan sedikit terburu-buru mereka masuk mobil dan kembali pulang ke kediaman tua kakek Mike.
.
Mike duduk di depan perapian sementara di luar hujan masih turun dengan pelan. Kacamatanya nyaris jatuh dari ujung hidung karena keterusan membaca. Dia membolak-balik halaman buku di tangan lalu kemudian menghela napas.
" ... jaga dia baik-baik karena ... hanya kau satu-satunya yang bisa kupercayakan menjaganya sekarang ...."
Mike melepas kecamata dan memijat pangkal hidungnya. Dia kembali teringat jejeran kalimat si kakek sebelum wafat.
"Apa ada yang terlewat?" Mike sudah mencarinya selama seminggu lebih tiga hari dengan hasil nihil. Mulai dari ujung ke ujung danau, dia telusuri. Musim gugur hanya membuat danau itu lebih kotor oleh dedaunan kering yang meranggas dari sekitar pohon di tepiannya. Sama sekali tidak membantu.
Lokasi kesukaan kakeknya yang entah bagaimana dulu keadaannya sampai pria yang setia tidak menikah lagi sampai akhir hayat sepeninggal mendiang istrinya itu menjadikan danau itu sebagai lokasi warisan.
Mike mengusap wajah, berpaling ke perapian, dia mengingat-ngingat lagi. Ada yang mengganjal di dada berhubung tak juga didapat apa yang dicari. Jika harus kembali memikirkan ucapan si kakek, harusnya danau itu cocok, tapi hasil tidak mengatakan demikian.
"Baiklah, kek. Mungkin aku memang terlalu dangkal memikirkan kalimatmu. Oke. Kita cerna baik-baik sekali lagi. Kau menginginkan aku menjaga sesuatu. Well, ya, kurasa itu sebuah kotak dan kau selalu menganggap semua benda mati di rumah ini adalah hidup dengan menamai mereka atau bahkan kau sebut sebagai 'mereka' dalam bentuk—" Mike terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cwtch. | Vottom √
RomancePart.III Your Prompts Setelah berunding lama dan alot kepada yang bersangkutan, akhirnya dicapailah kesepakatan. Teruntuk mereka yang merindukan Daddy Mike bersama Baby V/Tae, selamat menikmati. . . . Bot!Taehyung/V Kim Taehyung milik dirinya se...