14. Kata Kunci Rindu.

217 15 1
                                    

Taehyung menunggu sambungan di seberang terjawab. Bunyi monoton tanda tunggu, terasa menyebalkan di tiap detik yang berlalu.

Tatkala suara berubah, senyum lebar langsung menghiasi wajahnya.

"Daddy!"

"Hai, Sayang. Kenapa belum tidur? Di sana sudah tengah malam, bukan?"

"Tidak bisa tidur. Aku merindukanmu."

"Maafkan aku. Belakangan sungguh sibuk walau hanya bekerja dari rumah. Masa pendemi ini benar-benar membunuh perlahan."

" ... daddy?"

"Ya?"

"Kenapa suaramu terdengar lemah? Ada apa? Jangan katakan kalau—"

"Hanya lelah. Aku sungguhan tidak keluar ke mana pun selama lockdown."

"Sungguh?"

"Iya, Sayang. Aku justru mengkhawatirkanmu yang mendapat tugas negara. Aku bangga, tapi juga takut kau kenapa-napa. Selama di sana, kau bahkan tidak menghubungiku. Teganya."

"Bukan, daddy. Sinyalnya begitu buruk. Kami bahkan harus empat kali buka tutup acara live kemarin itu."

"Ya, aku melihatnya. Seandainya aku juga diperhatikan segitunya oleh kalian. Sayang aku hanya pacar simpanan Kim Taehyung. Bukan penggemarnya yang berharga."

"Daddy! Tidak begitu!" Suara tawa rendah mengalun kemudian. Rasanya sangat menenangkan jiwa raga yang kering oleh belaian. "Kau boleh marah padaku. Biarkan kutemui hukumanku atau datanglah ke mari dan beri aku semua emosi itu sesukamu."

"Maaf, Sayang. Belum bisa."

"Sudah divaksin, bukan? Lalu?"

" ... belum bisa."

"Daddy, sudah dua tahun penuh. Apa kau tidak rindu padaku?"

"Tentu saja aku rindu. Tiap detiknya malah."

"Bohong!"

"Sungguh, Sayang. Pikirmu dengan membanjiri kolom chat dan memintamu meneleponku di saat-saat luang itu cukup? Aku pun sama. Bisa jadi malah lebih menginginkanmu."

"Kalau begitu datanglah. Atau, aku yang ke sana? Biar kulihat jadwal dulu ...."

"Tidak-tidak. Jangan, Sayang."

"Kenapa?"

"Jangan dulu. Kita lebih baik tidak perlu bertemu. Untuk sementara. Ini berat untukku. Sungguh."

" ... kau tidak menyukaiku lagi, ya?"

"Bukan, Sayang. Aku harus menuntaskan proyek tertunda dan memperbaiki laba perusahaan. Situasi sekarang amat pelik, kau pasti paham. Kau juga punya kesibukan sendiri yang sering kali menghalangi kita bertemu sapa walau hanya suara. Aku ... aku ingin menuntaskan semua hal menyebalkan ini sebelum kita bertemu. Aku ingin saat kita bersama nanti, tak ada yang menghalangi. Kumohon bersabarlah, Sayang. Sedikit lagi."

" ... uhm. Baiklah. Maaf sudah menganggu."

"Hm? Kenapa bicara begitu?"

"Kau tahu, daddy? Kurasa sebaiknya kita juga jangan saling berkomunikasi. Aku salah sudah menghubungimu duluan. Ini ... malah memperparah perasaanku."

"Sayang."

"Kau benar. Aku punya jadwal segudang penuh. Begitu pun dirimu. Kita juga bukan sepasang remaja tanggung yang tak berlogika. Jadi, ya. Sebaiknya kita tak perlu saling menghubungi lagi."

Cwtch. | Vottom √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang