17. Pegangan.

304 20 0
                                    

Kekasihnya masih berdiskusi ringan dengan wanita muda yang melayani mereka sedari setengah jam lalu. Di pergelangan sudah terpasang jam tangan berbentuk sama, tapi berwarna emas merah muda sedang milik Mike emas keperakan. Senyum di wajah kekasihnya amat manis, nyaris dia merasa cemburu kalau percakapan profesionalitas tidak berakhir beberapa menit lagi.

Mike meraih jemari ramping yang nampak pucat itu, menggenggamnya erat sampai menimbulkan raut tanya empunya.

"Senyum itu tak perlu terlalu manis, ya," ucap Mike.

"Memangnya kenapa? Ashley baik dan ramah, bukan? Bisa dapat bonus boneka beruang lucu ini lagi," katanya menimpali seraya mengangkat tas kertas beinisial 'gc' yang khas itu, tersenyum sampai mengerutkan hidungnya.

"Kalau kau mau, bisa kubelikan seribu buah hanya untukmu sendiri." Mike mendorong dengan sikunya, pintu kaca di depan mereka dan udara dingin segera menyambut. Langit sudah berubah keemasan.

"Untuk apa?"

"Kau suka, 'kan? Bisa kubeli sebanyak apa pun kau mau, Tae."

"Tsk. Aku tahu kau berkantung tebal. Tak perlu pamer kapan pun kau punya kesempatan. Norak."

Mike mengedikkan bahu. Mereka berjalan bersisian. Tak memedulikan pandangan orang sekitar. Toh, mereka sudah akan pulang ke negeri sendiri besok pagi.

"Setidaknya senyum itu jadi milikku seorang." Dorongan bahu segera membuatnya membulatkan mata. Dia terkejut dramatis sejenak dengan sengaja sebelum terkekeh karena tautan tangan mereka ditarik kekasihnya untuk kembali jalan.

"Cemburu kenapa sama seseorang yang kerjanya melayani pelanggan? Tak profesional."

"Terserah. Eh, tunggu sebentar. Bukannya tempat makan kita ke arah sana ...."

"Aku berubah pikiran! Ashley bilang, ada festival musim gugur di tengah kota. Belok sana lalu ke kiri sedikit sampai. Ayo, Daddy!"

"Heh? Ke sana lihat apa? Paling-paling bazar, stan makanan, atau—"

"Ayoooo!"

Mike nyaris terjerembab kaki sendiri karena tarikan Taehyung yang mendadak. Kelakuan mirip bocah begitu memang membuatnya gemas, tapi kalau tidak mempertimbangkan langkah, mereka bisa mencium tanah.

"Iya-iya. Pelan, Sayang."

"Katanya ada daging domba! Daging! Aduuuh, aku sudah mencium aromanya dari sini, Daddy!"

"I-iya-iya, tapi jangan cepat-cepat. Kaki tuaku gemetaran, kau tahu?"

Taehyung berpaling, tambah meringis manis, walau akhirnya setuju memelankan langkah. Mike menarik senyum lepas.

"Terakhir kalinya kuajak ke tempat ramai, kau mengeluhkan kerumunan. Bedanya dengan sekarang apa?"

"Hm. Sebentar." Mereka kembali berjalan sejajar dan santai seperti sebelumnya. Taehyung tengadah sembari mengetuk-ngetuk dagu. Tas kecil di pergelangannya turun sampai ke siku. "Karena aku rindu makanan rumah?"

"Seperti?"

"Jjangmyeon!"

"Memang ada?"

"Tak tahu."

"Heh."

"Kita cari tahu saja, bukan? Siapa tahu memang ada. Kata Ashley, mereka di sana itu, sedang buka pekan masak-masak dari berbagai penjuru kota. Seoul pasti salah satunya. Aku yakin."

"Iya, baiklah. Yang penting kau senang. Tak keberatan berada di kerumunan?"

Taehyung tengadah. "Sebegitu ramaikah?"

Cwtch. | Vottom √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang