Penutup.

278 20 6
                                    

Butir-butir kristal es yang mungil itu, berjatuhan dari langit. Jika suhu benar dingin, maka tumpukan yang terbentuk dari mereka di mana saja akan menggunung, tapi jika esoknya suhu menghangat, makan mereka berubah cair.

Taehyung menyambut gumpalan putih yang menumpuk di sepanjang sisi jalan. Atas pohon meranggas. Atap. Sudut lampu jalan. Pagar rumah. Sampai di susuran tangga. Yang mana, nyaris membuatnya terperosok memalukan kalau saja keseimbangannya buruk. Kenapa dia buru-buru padahal suhu sedang dingin, tapi masih bersahabat? Karena dia harus membangunkan pria baik hati yang sudah janji menemaninya ke sarapan di tempat yang katanya akan disukai olehnya.

Taehyung mengabaikan ujung hidung yang terasa kebas dan terus tersenyum-senyum sendiri. Dia sedang sangat senang. Setelah lama menjalani hubungan jarak jauh, akhirnya mereka bertemu dan pergi kencan!

Bangunan di deret kedua terakhir itu bergeming. Empunya rumah seperti belum sadar. Taehyung tadinya ingin langsung masuk karena sudah diberi kunci sendiri, tapi dia menolak melakukan hal sama saat sedang semangat-semangatnya.

Tengadah, jendela di lantai dua sepertinya menarik untuk diketuk sapa. Taehyung melihat ke kaki, tapi tumpukan salju di sisi jalan taman terasa lebih menarik untuk diuleni. Senyumnya naik sebelah saat pergi menjumput segenggam darinya. Membiarkan sarung tangan basah dan terasa dingin sampai kulit karena sibuk menekan-nekan sampai jadi bola. Setelahnya, dia mundur beberapa langkah mengambil kuda-kuda, lalu melempar penuh tenaga ke arah jendela.

Sepersekian detik sesudahnya dia sadar kalau bola salju tadi melayang mulus masuk tanpa menabrak apa pun. Sampai seruan nyaring terdengar di heningnya pagi. Tak berapa lama, sosok jangkung besar muncul mendekati ambang jendela sambil mengelus-elus pelipis kirinya. Melongok ke bawah.

"Selamat pagi!"  Taehyung berseru, meringis juga melambaikan tangan tanpa merasa berdosa.

.

"Tidak kelihatan kalau tak ada kaca di sana?"

"Kupikir jendelamu sangat bersih, jadi harus kukotori."

Yang diberi jawaban, melirik datar ke arah Taehyung. Tangannya setia mengendalikan setir kemudi.

"Terima kasih, tuan Kim."

Taehyung mengedikkan bahu, menguarkan senyum lepas sekalian mencolek dagu pria itu sekilas. "Tuan Butler memang paling baik. Tambah tampan rasanya."

Mobil mereka memasuki area parkir, kemudian. Taehyung antusias mengamati sembari melepas sabuk pengaman, sampai hanya diam saat dagunya diraih untuk mendapat kecupan manis di bibir. Sepasang mata bulat itu berpendar cantik juga imut. Prianya sampai kembali mendaratkan kecupan. Lebih dalam dan lama dari sebelumnya.

Taehyung menyukai tekanan basah juga gerakan tari lidah mereka, tapi rasa penasarannya lebih menuntut ke permukaan. Walau enggan, didorongnya dada keras itu, menyudahi kecupan.

Benang tipis liur bertaut di bibir mereka. Jemari besar menepisnya dengan senyum gemas.

"Ternyata pemilik resto unik ini adalah sepupuku. Jadi, walau hari libur, kita boleh datang dan main sepuasnya," jelas pria itu menjawab tatapan tanya.

"Main? Bukannya makan?" Taehyung diberi kedipan mata misterius, lalu mereka pun keluar dari mobil.

Aroma wangi susu, vanila dan hangatnya kayu manis, membuat siapa pun yang masuk segera bernapas lega. Seolah dilingkupi selimut raksasa. Mantel dan sweter bisa dilepas dan tak lagi dingin. Taehyung masih bertanya-tanya dalam kepala, juga mencari dengan mata, segi mana dalam resto bernuansa kayu dan hangat itu yang bisa diartikan untuk kesenangan selain makan hidangan.

Mike Butler di sana sedang berbincang dengan seorang pria yang mungkin sepupunya, sambil memperkenalkan Taehyung juga mengatakan status hubungan mereka tanpa ragu. Kekasihnya yang menunduk malu, malah diberi tawa maklum, saat dirangkul mesra. Untung saja tak lama, mereka disilahkan memilih meja dan duduk memesan apa saja. Saat sepupu Mike pergi, Taehyung mencubit lengan keras kekasihnya kuat-kuat sampai empunya meringis kuda.

Cwtch. | Vottom √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang