Dari tadi malam ponsel Gulf tidak berhenti berbunyi. Itu bukan pesan dari para sahabatnya. Karena mereka tau saat Gulf pulang ke rumah orang tuanya, pemuda bongsor itu jarang sekali punya waktu untuk membuka ponselnya. Tapi itu pesan dari seseorang yang mengatakan bahwa dia adalah calon suami Gulf.
Siapa lagi kalo bukan dosen sinting itu— Mew Suppasit.
Gulf melempar ponselnya dan keluar dari kamarnya, tujuannya sekarang adalah mendatangi Zee yang tengah asik menonton bersama cemilan-cemilan milik pria itu.
“Pruk Panich!” Gulf berteriak dari atas tangga.
Hari ini kedua orang tuanya sedang ada acara bisnis, jadi di rumah hanya ada dirinya dan Zee.
Nyonya Trai sebenarnya tidak ingin pergi ke acara bisnis itu karena masih rindu dengan putra manisnya. Tapi Gulf memaksa sang Mami agar pergi menemani Papinya, katanya supaya pria tua itu tidak merasa seperti jomblo.
Kurang ajar emang Gulf ini.
Zee sudah menduga jika Gulf akan marah, tapi pria itu seperti tidak memperdulikan teriakan sepupunya itu.
Omong-omong Zee sedang melakukan panggilan telfon bersama Mew, Mew juga sudah meminta izin pada Saint bahwa dia akan menelfon Zee untuk waktu yang lumayan lama. Mew bilang merindukan suara pujaan hatinya— Gulf Kanawut.
Saint mengizinkan karena secara Mew kan adalah dosen di kampusnya dan karena pria itu juga mengatakan pada Saint bahwa Gulf adalah love at first sightnya.
Mendengar teriakan Gulf, Mew terkekeh. Rasanya ingin sekali melihat wajah merah Gulf saat sedang marah seperti itu. Bukannya terlihat menakutkan, Gulf malah terlihat sangat imut.
Kalo udah buceen, pasti beda ya ngab.
“Lo udah denger suaranya kan? Udah pasti bentar lagi dia bakal ngediemin gue!”
Mew hanya tertawa tanpa berniat membalas ucapan Zee.
“Lo yang ngasih nomor ponsel gue ke dosen sinting itu kan?!”
Gulf bukan menuduh sembarangan, tapi melihat unggahan instagram milik Zee, membuatnya percaya bahwa Zee yang memberikan nomornya pada si dosen gila itu.
Tidak mungkin jika mereka baru kenal, caption difoto itu juga sudah menjelaskan bahwa mereka berteman dari jaman sekolah menengah atas.
“Lo mau beli ramen, Gup?” Zee mencoba mengalihkan pertanyaan tadi dengan cara mengajak Gulf makan ramen. Gulf itu paling lemah kalo menyangkut tentang ramen— makanan kesukaannya.
“Enggak usah ngalihin pembicaraan!”
Dark power Gulf semakin menyeramkan, bikin Zee nelen ludah gugup. Tapi seseorang di sebrang sana yang mendengar pembicaraan keduanya tertawa pelan, tapi Mew seperti tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi, pria itu mengeluarkan suara tawa cukup keras.
Melupakan bahwa Zee menlouspeaker panggilan itu.
Gulf seperti tidak asing dengan suara tawa itu, matanya menatap pada ponsel Zee yang tengah melakukan panggilan suara. Nama yang terpampang dilayar membuat Gulf mengepalkan kedua tangannya kuat.
“Bangsat!”
Mew yang mendengar umpatan Gulf, langsung menghentikan suara tawanya. Mew tau tadi Gulf mengumpat padanya, bukan pada Zee.
“Mew, maafin ucapan Gulf yang tadi ya? Dia kalo lagi marah enggak bisa ngontrol emosinya dan selalu ngomong tanpa difilter dulu.”
Mew paham, harusnya dia mengerti jika Gulf sedang tidak ingin diganggu. Harusnya dia mendengarkan ucapan Zee, bahwa Gulf tidak suka ada yang mengganggunya saat bocah itu tengah berada di rumah orang tuanya. Tapi Mew seolah menutup telinga dengan semua yang Zee ucapkan, dia malah terus menspam chat dan panggilan pada Gulf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Bad Boy
FanfictionMew Suppasit itu straight. Iya straight! Sebelum akhirnya bertemu pemuda bar-bar bernama Gulf Kanawut. Mew harus memperjuangkan cintanya untuk mendapatkan balasan dari laki-laki manis yang terlihat sangat misterius. Bukan hanya sifat misterius Gulf...