12. LAMARAN?

693 120 11
                                    

Bright benar-benar bingung harus menghadapi dia dengan cara apa, meminta bantuan pada Kakaknya? Tapi, itu seperti Bright menghancurkan hatinya sendiri.

Dan jika Gulf bersama Dokter sialan itu, hati Bright malah hancur lebur. Sial! Bright benar-benar tidak punya pilihan lain.

Berdering...

Panggilan itu tersambung, lalu terdengar suara kekehan laki-laki di sebrang sana. Bright sudah lama tidak menghubungi Kakaknya itu, mungkin sudah terhitung satu tahun belakangan.

“Hallo, adik kesayangan gue. Ada apa? Enggak biasanya lo nelfon gue. Eh, gue malah mikirnya lo lupa kalo punya kakak.”

Nada bicaranya masih sama seperti dulu, nada sinis itu tidak pernah hilang. Sepertinya Kakaknya masih punya dendam padanya, atau, mungkin dendam itu tidak hilang?

Hening, Bright masih menimang apakah dia harus meminta bantuannya atau tidak.

“Gue butuh bantuan lo,” ucap Bright dengan satu tarikan nafas, pemuda itu berharap sang Kakak bersedia membantunya.

Lagi-lagi terdengar suara tawa pria itu, tapi sekarang terdengar seperti suara tawa meremehkan. “Bantuan apa, hmm?”

Bright menggigit bibir bawahnya, tampaknya pemuda itu agak ragu untuk mengatakannya. Nanti, bukannya membantunya, dia malah memanfaatkan situasi ini.

“Ini tentang Gulf. Lo tau, gue cuma bisa minta tolong sama lo, kalo harus berurusan sama Dokter sinting itu.”

“Gulf?” tanyanya, Bright berdehem mengiyakan. “Lo lupa, adikku sayang? Gue juga suka sama Gulf, bukan lo doang Bri.”

Bright mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras, dia tidak suka dengan apa yang baru saja Kakaknya katakan.

“Gue enggak pernah lupa! Tapi gue lebih baik bersaing sama lo, dari pada sama Dokter sinting itu.” Bright menekankan kata-katanya, smirk tipis terbit dibibir pemuda itu. Bisa Bright bayangkan ekspresi apa yang tengah Kakaknya tampilkan.

Tapi pria itu malah semakin tertawa keras. “Kenapa lo berani banget mau saingan sama gue? Karena lo dapet dukungan penuh dari si tua bangka Chivaaree, huh?” pria itu menjeda ucapannya, “Harusnya lo lebih hati-hati sama gue, karena sifat keras kepala gue copy-an dari si tua bangka itu.”

Kini giliran Bright yang tertawa keras, sepertinya Kakaknya itu melupakan satu hal. Kalo seluruh keluarga Chivaaree hanya mendukung Bright, bukan dirinya.

“Gue masih inget ya, asal mula lo diasingkan, Phi! Karena lo bilang sama bokap, kalo lo suka sama Gulf. Padahal waktu itu lo udah mau lulus SMA, dan Gulf bahkan baru aja masuk Sekolah dasar. Lo tau kenapa bokap marah? Karena lo itu pedofil! Dan kenapa bokap dukung gue? Karena usia gue sama Gulf cuma beda satu tahun!”

Bright menembak telak Kakaknya, sekarang pria itu benar-benar diam, tidak membalas ucapan tadi. Ah, sebenarnya membuat pria itu terdiam, memang sangat mudah, hanya menggali luka lamanya lagi, dia pasti tidak akan melawan.

Disebrang sana terdengar suara pecahan botol kaca, sepertinya pria itu kembali kalap, seperti saat pertama kali Bright mengatakan bahwa pemuda itu menyukai Gulf.

Pria itu menjerit keras, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.

“Its oke, gue bakal singkirin Dokter itu. Tapi gue enggak akan biarin Gulf sama lo! Gue tetep bakal perjuangin Gulf, walaupun tanpa dukungan dari keluarga Chivaaree sekalipun!”

Disetiap ucapannya penuh tekanan, Bright bahkan merinding sendiri dengarnya. Memang benar apa yang Kakaknya katakan, sikap keras kepala Chivaaree memang menurun sepenuhnya pada pria itu.

Cute Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang