15. JADI, MEREKA ITU SIAPA?

249 39 5
                                    

Menatap layar ponselnya yang sedari tadi terus berdering menampilkan sebuah panggilan masuk, Chimon menggeser tombol hijau itu dengan malas.

“Lo dimana? Cepetan pulang!”

Chimon berdecak malas, baru saja dia bisa bebas keluar dan pergi dengan teman-temannya. Kakaknya itu sepertinya tidak ingin melihatnya bisa bebas untuk sehari saja. Selalu saja seperti ini, Chimon kan juga pengen party sampai pagi.

“Gue baru keluar ya, udah disuruh pulang!” nada bicara Chimon benar-benar ketus.

Plis lah, setelah beberapa hari di sibukkan dengan tugas kuliahnya yang menggunung, akhirnya Chimon bisa keluar dengan teman-temannya, tapi pria batu itu sudah menyuruhnya untuk pulang.

Hey! Chimon sudah berusia 18 tahun, bukan anak kecil lagi, dia bahkan sudah berkuliah.

“Mabok mulu kerjaan lo. Ini gebetan gue kecelakaan, anjing! Cepetan lo jenguk dan kasih gue kabarnya dia gimana.”

Chimon yang tadinya tidak peduli dengan ucapan orang itu, mendadak langsung sadar saat dia membicarakan sahabatnya. Chimon masih tidak tau bagaimana dan kapan kakaknya itu akan menggunakan otaknya dengan benar.

“Lo bego! Lo udah punya pacar ya, anjing! Masih demen aja sama temen gue. Lo emang tolol.”

“Gue nyuruh lo pulang dan jengukin Gulf, bukannya komentarin perasaan gue ke Gulf!”

Laki-laki itu masih berusaha menormalkan nada bicaranya padahal dia sangat panik. Mendengar kabar bahwa Gulf kecelakaan, membuatnya membatalkan beberapa pertemuan dengan client. Padahal pertemuan masih besok pagi, tapi pria itu merasa tidak tenang jika belum tau kondisi terkini dari Gulf.

Hatinya benar-benar tidak tenang sebelum melihat kondisi Gulf secara langsung, karena itu tidak mungkin terjadi, jadi pria itu menyuruh sang adik untuk melihat bagaimana keadaan pujaan hatinya.

“Gue tau lo emang duplikatnya bokap, tapi lo juga jangan nyamain sikap brengseknya bokap juga ya anjing! Lo kalo emang udah enggak ada rasa sama yang sekarang, putusin aja, stop sakitin dia.”

“Gue cuma nyuruh lo pulang dan jengukin Gulf ya anjing! Dan untuk sifat gue yang mirip bokap ya terserah gue lah. Lo bahkan enggak berhak buat ngurusin perasaan gue!”

“Iya-iya ini gue pulang!”

Setelah mengatakan itu Chimon mematikan sambungan telfonnya, pemuda tampan itu lalu beranjak dari duduknya dan pamit pada teman-temannya yang lain.

“Paw, Non, gue cabut duluan ya. Mau ngeliat Gulf, dia abis kecelakaan,” ucap Chimon pada Pawat dan Nanon yang tengah menari.

Pawat yang emang suka sama Gulf mendadak panik dan minta ikut. Sumpah demi apapun, Pawat bisa ketinggalan info tentang Gulf, padahal jadwal kelasnya Gulf saja Pawat hafal.

“Gue ikut ya Mon, ini crush gue loh yang kecelakaan!”

Chimon dan Nanon memutar bola matanya malas, padahal Pawat tau berita tentang Mew yang mendekati dan ingin menjadikan Gulf pasangannya, tapi pemuda itu tampak tidak ingin menghapus perasaannya pada Gulf.

Pawat bilang dia enggak bakal permasalahin kalo Gulf enggak ngeliat dia sebagai seseorang yang memiliki rasa padanya. Asalkan Gulf tidak menyuruh Pawat untuk menghapus perasaan itu.

Perasaan kita sama ya Paw, lo enggak dinotice sama Gulf, dan gue enggak dinotice sama lo.

“Yaudah ikut, lo ikut juga gak, Non?” Chimon menyenggol lengan Nanon yang sedari tadi diam.

Nanon mengangguk. “Gue ikut juga deh, dari pada sendirian disini. Eh Mon, tapi ini jam 3 pagi anjir, kenapa enggak besok aja selesai kelas?”

Chimon menggeleng. “Kita cuma ngeliat keadaan Gulf dari luar ruangan aja, gue masih cukup waras buat enggak jengukin orang jam segini. Emang si bangsat itu enggak punya otak! Nyuruh jenguk orang dini hari. Dan kalo gue enggak ngeiyain, dia pasti bacot mulu.”

Cute Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang