Masih setia menunggu?
Taeyong menatap Jaehyun yang berdiri di ujung ranjang. Lelaki dengan tubuh lebih besar darinya tampak kebingungan.
"Aku tidur disini ya?" Izin Jaehyun
"Aku dan Mark tidur disini. Di ruang tamu ada sofa kan?"
"Aku ayahnya Mark, kau tega?"
"Kenapa tidak? Kita bukan suami istri kan?" Sahut Taeyong sambil melemparkan selimut dan juga bantal kearah Jaehyun
"Baiklah, aku tidur di ruang tamu"
Jaehyun berjalan keluar kamar dan Taeyong hanya terkikik kecil. Setelah Jaehyun pergi ia lalu tidur sambil memainkan jemari Mark yang terlelap.
"Maaf aku sempat membencimu, tapi sekarang jangan takut lagi ya. Aku adalah orang yang berdiri paling depan saat kau disakiti" bisik Taeyong
Doyoung menatap curiga Taeyong dan Jaehyun yang berangkat sekolah bersama dengan mobil yang sama.
"Jangan-jangan kalian memang berkencan?"
"Tidak ada! Kami bahkan tidak saling kenal sebelumnya" jawab Taeyong
"Status tidak penting dalam hubungan. Yang penting adalah progres" sahut Jaehyun
Doyoung langsung memukul kepala Jaehyun dengan kalkulator.
"Bagaimana bisa seperti itu! Maka pasanganmu seperti kapal yang berlayar tanpa awak, dia akan terombang-ambing dan disinggahi banyak laki-laki atau perempuan lain" omel Doyoung
"Benar... Berkencan tanpa status adalah hal yang paling sia-sia dalam hidup" Taeyong bersuara
Jaehyun memandang wajah Taeyong. Ia seperti disindir dalam-dalam.
° ° °
Hari-hari Jaehyun menjadi lebih buruk saat berada di sekolah. Ia benci melihat Taeyong yang disukai banyak orang, dan banyak sekali yang mencoba mendekatinya.
Seperti sekarang Taeyong sedang digoda dua lelaki. Rowoon dan Jonghyun.
"Apa kau sibuk malam ini, Taeyong?" Tanya Jonghyun
"Tidak... Tapi aku tidak ingin keluar"
"Boleh kami bermain ke rumahmu?" Tanya Rowoon
Taeyong mengangguk. Jaehyun membulatkan matanya tidak percaya.
"Taeyong benar-benar, apa dia lupa kita sudah punya anak?" Batin Jaehyun
"Baiklah Taeyong, nanti malam kita akan ke rumahmu"
"Lihat saja nanti... Kau pikir kau bisa menyentuh milikku?"
Taeyong jengah melihat Jaehyun yang mengikutinya seharian sejak pulang sekolah tadi.
"Maksudmu apa mengizinkan Rowoon datang ke rumah ini?" Tanya Jaehyun
"Kau ini kenapa? Ini rumahku. Harusnya aku yang bertanya kenapa kau selalu tidur di rumahku?"
"Aku ayahnya Mark kalau kau lupa"
"Jangan mulai, Jaehyun" sahut Taeyong
Jaehyun menarik Taeyong, memeluknya, melumat bibirnya dan tangannya menelusup masuk ke baju Taeyong, mengelus pundaknya lembut.
Taeyong seolah tunduk padanya dan hanya menikmati setiap gerakan Jaehyun, bahkan ia tak menolak sama sekali.
"Aku mencintaimu Taeyong. Aku sangat mencintaimu" bisik Jaehyun
Tanpa Taeyong sadari sejak tadi dua pria yang akan bertamu ke rumahnya sudah datang dan melihat adegan ini. Sekarang mereka berputar badan dan mengira bahkan Jaehyun dan Taeyong sedang berkencan.
Senyum tipis terukir di wajahnya. Ia sudah menang dari Rowoon dan Jonghyun.
"Mau berjalan-jalan? Kasihan Mark selalu ada di rumah" ajak Jaehyun
"Bertiga?"
"Kau mau kita punya satu anak lagi agar bisa jalan berempat?"
"Dalam mimpimu!" Bentak Taeyong
Jaehyun menyetir mobil dan Taeyong duduk di sampingnya sambil memangku Mark yang sibuk mengunyah semangka.
"Kenapa Mark suka sekali buah berair dan sayur hijau? Dia persis seperti mu" ejek Jaehyun
"Itu sehat! Aku tidak terbayang jika Mark seperti dirimu yang hanya mau makan daging merah!" Balas Taeyong
"Itu keren... Harus ada satu anak lagi yang mirip denganku. Tidak adil jika hanya ada satu Mark saja"
"Aku bahkan belum lulus SMA, Jung Jaehyun!"
Tangan Jaehyun mengusak rambut Taeyong lembut.
"Kenapa memang? Kau bahkan tidak perlu bekerja, aku bisa memberikanmu dunia dan seisinya untukmu" jawab Jaehyun
"Berhenti membual. Aku lelah mendengarkannya"
Jantung Taeyong berdegup kencang. Wajahnya memerah, ia kesal sekali dengan Jaehyun jika terus menggombal seperti ini.
Hari sudah hampir pagi, Jaehyun semalaman tidak tidur. Ia memandangi wajah Taeyong dan Mark yang berbaring lelap di ranjang. Ia tersenyum senang melihat dua orang yang paling ia cintai terlihat damai.
"Kau tahu Taeyong, mungkin sampai akhir hayatmu kau tidak akan pernah memafkan aku. Tapi ketahuilah bahwa aku orang pertama yang selalu melindungimu" bisik Jaehyun
Jaehyun terisak pelan. Ini pertama kalinya ia menangis, terakhir kali ia menangis adalah saat pembakaran ibunya 120 tahun lalu.
"Dan mungkin di masa depan, Mark akan menjadi orang paling depan yang akan melindungi kita"
"Aku mencintaimu" bisik Jaehyun lagi
Taeyong membuka matanya, iris mereka bertemu dan saling pandang. Menciptakan keheningan sesaat.
"Kenapa kau bangun?" Tanya Jaehyun
"Karna kau tidak membaca mantramu seperti sebelumnya" Jawab Taeyong datar
"Aku akan keluar. Maaf mengganggu tidurmu"
Saat Jaehyun akan turun dari ranjang Taeyong malah menahannya. Ia mencium bibir Jaehyun membuat Jaehyun mematung. Bahkan tangan Taeyong sudah mengalung di lehernya.
Tak menyisakan kesempatan. Jaehyun membaringkan tubuh Taeyong dan menciuminya sampai ke leher dan turun ke dada. Ia membuka semua kancing di baju tidur Taeyong.
"Taeyong, mau kah kau memulai semuanya dari awal? Membuka lembaran baru untuk kisah kita?" Tanya Jaehyun lembut
"Apa aku bisa menolak saat kita sudah punya Mark? Aku berjuang untuk masa depan anak kita"
Mereka menumpahkan rasa cinta mereka dalam pelukan dan lumatan panas. Lidah mereka beradu dan saling bertukar saliva.
"Hiks... Mom...my...."
Baru saja Jaehyun melepaskan celana tidur Taeyong, namun anaknya sudah terbangun.
"Haha, Mark sepertinya belum ingin punya adik lagi" gurau Jaehyun
Taeyong hanya tersenyum dan kembali menidurkan anaknya, sedangkan Jaehyun berjalan ke kamar mandi dan menuntaskan hasratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAN FROM THE DARK (jaeyong mpreg)
FanficTaeyong yang selalu bermimpi aneh setiap malam dan bangun tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Desahan dan geraman serta bekas cumbuan di badannya yang selalu membuatnya menangis setiap bangun tidur.