05

78.4K 10.3K 281
                                    

Happy reading
.
.
.

Alfaro berjalan menuju sebuah kafe bersama dengan kekasihnya, tangan pria itu menggenggam jemari Clarisa lembut.

Tangan itu adalah tangan yang pernah menampar pipi lembut Ailee, tangan itu adalah tangan yang pernah menarik kasar rambut indah Aileen.

Dan sekarang tangan itu menyentuh lembut kulit wanita lain, tanpa pernah menggenggam hangat tangan istri sahnya.

Mereka baru saja selesai belanja di mall, sebenarnya hanya Clarisa lah yang membeli barang-barang. Sementara Alfaro hanya menemani wanitanya agar merasa bahagia.

Pasangan kekasih itu duduk dimeja bagian pojok kafe dan memesan makanan pada seorang waiters wanita.

"Sayang kamu kapan akan menceraikan wanita itu?" Tanya Clarisa

Tangannya bergelantungan di lengan Alfaro. Raut wajahnya masam menatap mata kekasihnya.

Beginilah sifat Clarisa yang akan selalu manja pada Alfaro. Diapun tak segan meminta dibelikan ini itu demi barang yang disukainya berada dalam genggaman.

"Sabar Cla, kita harus menunggu dua bulan lagi agar ayahku tidak curiga dan aku akan tetap mendapat kekuasaan perusahaannya" Jawab Alfaro yang dijawab anggukan dari Clarisa.

Tangan pria itu mengelus rambut Clarisa, sambil sesekali mengecup jari-jari yang ada digenggamnya.

Dia sudah tak peduli dengan nasib Aileen nantinya, yang dia pikirkan sekarang hanyalah kebahagiaan dirinya sendiri dan juga sang kekasih.

Salah sendiri gadis itu mau menikah dengan dia. Lagipula kalau bukan karna ancaman sang ayah yang berkata bahwa jika dia tidak menikahi Aileen maka perusahaan juga tidak akan pernah jatuh ke tangannya, maka Alfaro sudah pasti menolak pernikahan tersebut.

Saat sedang asik dengan kegiatan mereka masing-masing, seorang waiters pria datang membawa pesanan sepasang kekasih tersebut.

Alfaro mengambil ponsel yang sedang dimainkan Clarisa "Makan dulu, mainnya lanjut nanti" Ucapnya

Wanita itupun menuruti ucapan Alfaro, dia mengambil makanannya lalu menyantapnya. Lagipula Clarisa memang sudah merasa lapar karna kelelahan berkeliling mall.

***

Disisi lain seorang gadis tengah berteleponan di sebuah kamar. Dia berdiri disamping ranjang dengan rambut tergerai.

Gadis yang tak lain adalah Lesya itu memasang raut serius berbicara dengan orang yang berada di sebrang telepon.

"Iya, saya pemilik apartemen itu!"

"........"

"Bodoh! Saya memang tidak pernah menggunakannya"

"........"

"Queen Tierra"

"........"

"Hm"

Lesya menutup sambungan sepihak. Jemari lentiknya mengetuk-ngetuk lemari kayu disampingnya.

"Apalagi selanjutnya" Mata hitamnya bergerak-gerak kesana kemari seolah sedang berpikir.

Apartemen kepemilikannya dulu sudah ada ditangannya sekarang. Jadi kalau ada suatu kejadian diluar prediksinya yang menyebabkan dia keluar dari rumah ini sebelum waktunya gadis itu sudah memiliki persiapan matang dan tidak menjadi gembel kolong jembatan karna tak memiliki tempat tinggal.

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang