34

41.8K 4.9K 390
                                    

Happy reading
.
.
.

"Fathan Fathan."

"Apa sayang."

"Ini hodinya bagus ya? Pengen deh couple sama kamu."

Gadis itu berjalan semakin mendekat ke arah Fathan. Satu tangannya mengangkat sebuah baju untuk menunjukkannya pada sang kekasih.

"Kamu mau hm?"

"Mau mau, kita samaan ya."

Melihat binar di mata Lesya, Fathan mengangguk mengiyakan.

Dia mengacak ujung kepala gadis itu dengan gemas lalu menggandeng jemarinya.

Mereka berdua berjalan beriringan memilih-milih barang yang diinginkan.

Setelah merasa cukup, Fathan menarik lengan Lesya menuju restoran seafood yang berada di lantai mall.

"Kamu mau pesen apa?"

Fathan membolak-balikkan buku menu mencari makanan yang diinginkannya.

"Kepiting, kerang pedas manis, gurita krispy terus minumnya air putih sama jus jeruk aja."

Pria itu menganggukkan kepalanya kemudian memesankan pesanan mereka.

"Minggu depan kamu resmi pisah sama Alfaro."

Lesya berhenti meminum susu kotaknya, dia mengangkat kepala dan menatap wajah pria dihadapannya.

"Iya, em itu uang yang dikirim ayah Gara dari hasil penjualan rumah udah dikirim ke rekening Lesya."

"Jadi kamu terima uangnya?" Tangan Fathan menggenggam jemari gadis itu yang berada diatas meja.

"Hu um, tadinya udah Lesya telepon biar uangnya gausah dikirim ke Lesya tapi mereka tetep ngotot. Yaudah akhirnya Lesya terima aja deh." Jelas gadis itu.

"Terus uangnya mau kamu apain?"

"Sumbangin ke panti asuhan aja gimana? Terus sama buat ngasih makan ke anak-anak jalanan."

Fathan menyetujui ucapan Lesya. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan ke bangku samping Lesya lalu duduk disana.

Setelah pesanan mereka datang, keduanya makan dalam diam.

***

Alfaro mengedipkan matanya berkali-kali menyesuaikan cahaya yang masuk, dia mengusap wajahnya kasar saat merasakan sakit di kepalanya.

Setelah duduk dengan sempurna fiatas ranjang pria itu menyengit kaget melihat pemandangan dihadapannya.

Dilantai ada seorang wanita dengan banyak darah mengalir diwajahnya dan beberapa sudah ada darah yang kering.

Alfaro menyipitkan matanya agar semakin fokus melihat bentuk mayat dilantai itu.

Bibir dijahit, kepala pecah dan ada sedikit pecahan kaca yang menancap, banyak sayatan dipipi, dan jangan lupakan paha yang sedikit terekspos karena wanita itu menggunakan celana setengah paha, disana terdapat banyak tusukan dengan darah yang sudah mengering.

Seketika sebuah memori berputar di otaknya.

Yah wanita didepannya ini merupakan sang kekasih yang tak lain dan tak bukan adalah Clarisa.

Karena emosi yang tak dapat dibendung dia menghabisi nyawa Clarisa hingga bentuk mayatnya sangat memperihatinkan.

Alfaro turun dari ranjang kemudian berdiri tepat didepan mayat itu.

"Fuck!"

Umpatnya ketika ingat bahwa dia sekarang bukanlah siapa-siapa yang bisa kebal dengan hukum.

Jika masalah ini sampai di tangan polisi, bukan mustahil pria itu untuk masuk kedalam penjara yang dingin.

Masalah datang bertubi-tubi, sudah jatuh tertimpa kursi lagi.

Karena tak ingin terlalu lama menyimpan wanita itu di apartemennya, Alfaro pergi mencari sebuah plastik hitam yang biasa untuk tempat sampah.

Tidak lupa dia mengambil pisau dan golok untuk memotong-motong bagian tubuh Clarisa agar mudah dibawa.

Seperti sudah terlatih, dia memotong semua jari-jari, tangan, kaki, kepala, dan terakhir paha.

"Harusnya aku jual saja organ-organ wanita ini." Sesal Alfaro karena lupa untuk menyimpan organ-organ tubuhnya beberapa jam yang lalu.

Membunuh bukanlah hal yang tabu bagi pria itu, dia pernah beberapa kali membunuh orang yang mengusiknya.

Dulu dia bisa dengan mudah mengelabui polisi dengan beberapa anak buah juga sogokan kecil. Tidak tau jika sekarang.

Setelah memasukkan semua potongan tubuh itu, Alfaro mengikat ujung plastik agar tidak jatuh dan tercecer.

Dia menaruh plastik itu ke pojok ruangan lalu mengambil beberapa alat bersih-bersih untuk membersihkan segala kekacauan yang dia perbuat.

Tidak membutuhkan waktu lama pria itu menyelesaikan acara bersih-bersihnya.

Dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tangan, kaki dan wajahnya.

Seusai menggunakan hodi hitam kebesaran juga topi hitam Alfaro membawa potongan mayat itu keluar setelah melapisinya dengan kain lalu plastik hitam yang sama.

Orang yang melihat hanya akan mengira bahwa pria itu membawa sampah untuk dibuang keluar.

***

Tepat di tengah hutan Alfaro menghentikan mobilnya.

Dihadapannya ada sebuah danau yang tidak terlalu besar tapi ada binatang buas sebagai penunggunya.

Hutan ini jauh dari pemukiman penduduk, dia sudah hafal dengan tempat ini.

Tidak ada cctv disepanjang jalan terobosan yang dia lewati hingga sampai disini.

Pria itu membuka ikatan plastik lalu mengambil satu-persatu potongan badan tersebut dengan menggunakan sarung tangan karet lalu melemparkannya ke arah para buaya.

Tepat sekali dia datang disaat para buaya-buaya liar itu sedang kelaparan.

Sekarang masih sore tapi Alfaro tidak perlu kawatir kalau ada yang melihatnya.

Nyatanya disini sangat jarang di jamah manusia, mereka semua takut jika kemari akan menjadi santapan lezat untuk para buaya.

Para buaya disini tak segan memakan manusia, apalagi saat dia sedang kelaparan.

Setiap Alfaro datang kemari dia akan selalu membawa makanan jadi pria itu tak perlu takut.

Setelah selesai dengan kegiatannya, dia pergi dari sana menggunakan mobilnya.

Dipertengahan jalan yang sepi dan masih jarang pemukiman penduduk Alfaro memberhentikan mobilnya, dia turun kemudian membakar bekas plastik itu di tempat pembakaran sampah yang memang masih menyala dengan api.

Dia menunggu disana hingga plastik itu benar-benar terbakar tak tersisa lalu setelah memastikannya dia masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan diatas rata-rata.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang