25

48.7K 5.8K 24
                                    

Happy reading
.
.
.


Malam ini Lesya berencana untuk pegi ke mall.

Sebenarnya dia tidak diperbolehkan oleh orang-orang yang ada di mansion ini karena masih harus istirahat setelah keluar dari rumah sakit kemarin.

Semua para pekerja disini mulai dari bodyguard, maid, sampai tukang kebun dan sopir diberi tugas untuk menjaga Lesya dengan ketat dan jangan sampai gadis itu kelelahan apalagi terluka.

Namun dengan segala bujuk rayu Lesya akhirnya mereka semua terutama Jeje mengiyakan ucapan gadis itu.

Lesya sedang mengganti bajunya menggunakan rok pendek diatas lutut berwarna coklat susu dan baju sweater over size berwarna putih.

Gadis itu membiarkan rambutnya tergerai dengan indah, dia mengoleskan sedikit liptin di bibirnya dan bedak tabur diwajahnya kemudian menyemprotkan sedikit parfum berbau vanila.

Setelah melihat penampilannya di cermin, gadis itu mengambil sebuah tas selempang senada dengan bajunya.

Lesya memasukan handphone, earphone tanpa kabel, juga atm serta uang kedalam tas tersebut.

***

"Eh nanti para om om ganteng jaga jarak ya, agak jauhan dari Lesya oke." Ujar Lesya setelah keluar dari mobil.

Ya begini jadinya, dia boleh pergi ke mall asal ada bodyguard yang menemani dan mau tak mau Lesya harus menyetujuinya.

"Tapi kenapa non?" Tanya salah satu dari lima pria itu.

"Ya Lesya gamau nanti waktu di dalem diliatin sama orang-orang karna diikuti kalian."

"Iya non."

Dengan anggun Lesya berjalan memasuki mall dan mencari tempat yang menjual baju-baju yang dia suka.

Hingga tiba di lantai tiga gadis itu mengambil dua dress rumahan dengan motif bunga berwarna merah dan kuning, tiga dress diatas lutut lengan panjang berwarna ungu, hitam, dan putih, dua celana jeans pendek, juga dua kaos over size berbeda warna.

Sekarang Lesya sedang melihat macam-macam rok pendek dengan motif berbeda namun saat dia berbalik gadis itu tak sengaja menabrak seorang wanita yang membawa beberapa paperbag hingga membuat paperbag tersebut jatuh ke lantai.

"Eh maaf-maaf saya gak sengaja."
Ucap Lesya sambil membantu mengambil barang-barang wanita tersebut.

"Gak pa - " wanita itu berhenti berbicara saat melihat gadis yang menabraknya.

"Aileen?"

"Ha?" Lesya mendongak menatap orang yang memanggil nama Aileen.

"Kamu istrinya Alfaro anak saya kan?"

"I-iya bu, ah ibu ibunya Alfaro ya?"

Lesya menatap wajah didepannya sambil mengingat-ingat apakah benar dia orangtua Alfaro atau bukan.

Wajar jika Lesya tak terlalu yakin karna mereka sama sekali belum pernah bertemu, saat tubuh ini masih milik Aileen pun mereka hanya bertemu dua kali saat perkenalan dan akad pernikahan.

"Iya saya ibu Alfaro." Kata Gea /ibu Alfaro/

Lesya mendesah lega kemudian bibirnya tersenyum kecil.

"Kamu kesini sama siapa? Mana Alfaro?" Tanya Gea penasaran, wanita itu melihat kesana-kemari mencari keberadaan sang anak.

Senyum Lesya terganti menjadi senyum canggung. "Saya sendiri bu, saya gatau dimana Alfaro."

Dia sudah tak peduli bagaimana kehidupan Alfaro nantinya karna sekarang yang terpenting dia bisa segera berpisah dengan pria itu.

"Jika kamu tidak sibuk bisa kita mengobrol sebentar?" Ucap Gea setelah mendengar jawaban dari menantunya itu.

"Bisa bu, mau ngobrol dimana ya?"

"Di kafe lantai bawah aja gapapa kan?"

"Gapapa bu, em saya mau membayar belanjaan dulu ya bu."

"Oh iya saya tunggu disini saja."

Lesya mengangguk dan beranjak pergi untuk membayar belanjaannya meninggalkan Gea yang masih setia berdiri disana untuk menunggu.

***

"Jadi kamu ada masalah apa sama Alfaro? Sepertinya kehidupan rumah tangga kalian sedang tidak baik-baik saja." Ujar Gea membuka obrolan.

Tadi seusai membayar belanjaan Lesya, mereka berdua pergi ke kafe yang ada dilantai bawah mall.

Dan berhubung keduanya belum sempat makan malam jadi mereka memesan dan memakan makanan terlebih dahulu sebelum mengobrol ria.

"Ya seperti yang ibu liat, kehidupan rumah tangga kita memang dari awal sudah tidak sehat. Alfaro terpaksa menikahi saya karena tidak dapat membantah ucapan Ayah Gara yang merupakan suami ibu." Lesya menghirup nafas pelan lalu melanjutkan ucapannya. "Selama ini juga Alfaro memiliki kekasih di luar sana, dulu saya memang mencintai anak ibu hingga bertahan sekalipun hati saya merasakan sakit yang luar biasa tapi sekarang semua itu sudah hilang dan saya tidak peduli lagi bagaimana dengan pria itu."

"Saya tidak menyangka anak yang selama ini kami banggakan ternyata sebrengsek itu."

"Hum." Lesya meminum minumannya dengan tenang.

Dia tak peduli jika sekarang dianggap tidak sopan dengan ibu mertua, lagipula sebentar lagi dia akan terlepas dari keluarga itu.

Surat cerai mereka sudah diurus oleh salah satu pengacara Farhan.

"Pantas saja saya dan suami saya dilarang untuk berkunjung kerumah kalian."

Lesya yang mendengar gumaman wanita dihadapannya pun melotot. "Jadi selama ini kalian tidak pernah kerumah kami karna dilarang oleh Alfaro?" Tanya gadis itu kemudian.

Gea mengangguk mengiyakan. "Anak itu selalu bilang bahwa kamu sehat dan baik-baik saja jadi tidak perlu membuang-buang waktu untuk berkunjung kerumah kalian. Terkadang dia juga memberi alasan bahwa kamu tidak suka kalau ada yang berkunjung siapapun itu karena akan sangat merepotkan."

Lesya menggeleng-gelengkan kepalanya tak menyangka bahwa Alfaro segila itu.

"Nona." Lesya mendongak menatap seorang pria berbaju hitam yang berdiri di samping mejanya.

"Sudah waktunya pulang nona, ini sudah pukul setengah sembilan malam."

Lesya memasang raut kesal. "Iya iya om tunggu disana aja."

Gea sendari tadi hanya memasang raut bingung saat melihat orang yang memanggil Lesya dengan sebutan nona.

"Bu saya pamit duluan gapapa kan? Soalnya ini udah malem." Pamit Lesya.

"Iya gapapa saya juga sudah mau pulang. Em besok bisa main kerumah?"

"Insyaallah bisa bu, yasudah saya pulang permisi."

Dengan segera Lesya beranjak pergi mendekati para bodyguard-nya untuk pulang.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang