JANGAN LUPA SUPPORT 😉
___________________________
"Kenalin, Refanya Lita Ardany, orang-orang manggil gue Fanya, anak keren dan cakep se-sekolah. Dikenal sebagai siswi manis, kritis, puitis! Sini tangan lo!"
"Sorry, gue gak bawa hand sanitizer! Rend...
HARI Senin di minggu terakhir bulan September, alarm ponsel beberapa kali berdering tanpa lolos membangunkan seorang gadis yang tengah bermimpi.
"Ya ampun Fanya! Masih belum bangun padahal udah siang!"
Pidato mama sedikit mengguncang gadis yang merapatkan lengan pada telinga. Nyatanya, alarm paling ampuh berada pada sang peri dibanding dering ponsel beberapa kali.
"BANGUN FANYA!"
"Errgghhh, iya ma, Fanya bangun," erang gadis itu.
Tanpa memperdulikan ucapannya Fanya kembali merapatkan mata.
"5 menit lagi," negonya pada mama.
"Jam setengah tujuh!" terlihat kedua lengan mama berada diatas pinggangnya dengan dahi mengkerut.
"WHAT!" teriak sang putri terkejut.
Lekas kaki pendeknya berlari membawa handuk, menuju kamar mandi dan membersihkan tubuh.
Seragam sekolah tergantung rapi setelah disetrika dan diberi pengharum pakaian. Usai memakai seragam sedikit gadis itu poleskan powder pada wajah serta sedikit lip tint agar tidak terlalu pucat.
Tuk tuk tuk
Langkah ributnya berdetuk menginjak tangga demi tangga dan setiap paginya papa sadar langkah tersebut berasal dari sang putri yang lolos terkena krama mama.
SHIT!
Pagi ini dia lolos, ralat, tepatnya setiap pagi.
"Pa, mama tuh katanya jam setengah tujuh, nyatanya masih jam enam!" rengek gadis itu pada superhero-nya.
"Kan udah siang sayang," ujar papa lembut.
"Padahal tadi aku lagi mimpi ketemu pangeran di sekolah, mana ganteng banget lagi, ish!" dumel sang putri.
Kedua orang tuanya terkekeh mendengar celoteh anak satu-satunya di setiap pagi.
"Hehe udah-udah, mungkin nanti di sekolah bakal ada pangerannya. Sarapan, pakai sepatu, lalu berangkat sekolah ya. Motor sudah papa siapkan," ujar Mama.
10 menit usai sarapan. Gadis itu kembali melihat alat sekolahnya dan bersiap berangkat.
"Ma, pa Fanya berangkat," pamit Fanya.
***
Accounting class
Tepat bel berbunyi Fanya tiba depan kelas dengan sorot mata mengarah padanya.
"Morning, guys!" sapa gadis itu riang.
"Too, Fanya!" balas temannya di kelas.
Karena sikap humble Fanya, banyak orang di sekolah menyukainya termasuk teman sekelasnya sendiri. Mereka terbiasa dengan cengir anak ini di pagi hari yang menjadi ciri khas.
"Ck, serasa tuan putri banget tiap pagi," sindir Amalia.
Tanpa rasa takut, empu yang disindir menatap balik Amalia dengan mata tajam. Anak itu tak pernah henti berkomentar pedas tentang gerak-gerik Fanya jelas sekali dia iri pada Fanya.
"Fa sini!" ujar Anaya.
Gadis itu berjalan menuju bangkunya tanpa menghiraukan Amalia yang selalu sinis.
"Ahh lo mah, bisa-bisanya sangkut pautkan cogan sama mimpi gituan," pungkas Anaya.
Fanya mengangkat sebelah alisnya, dia tidak bermaksud demikian seolah dirinya tertarik dengan pembahasan ini.
"Gue cuma mimpi juga, kan cowok gue tetap gojo tercintah hahahahaha," gelak puas Fanya diakhir obrolan.
"Alahhh! Lo tuh terlalu haluin fiksi," ketus Anaya.
Memang apa salahnya kan? Fiksi tidak pernah mengkhianati kita meski mereka gepeng, Fanya memang menyukai anime sejak kecil, bahkan poster-poster di kamarnya penuh dengan karakter yang disukainya.
Anaya sudah menggelengkan kepala beberapa kali, jiwa wibu dalam temannya ini sudah menyerap dalam akar otak.
"Asal lo tau yaa seganteng apapun cowok real, dalam idupnya pasti tersimpan bumbu-bumbu kebohongan dan gue gak pernah mau nerima hal itu," bersi keras Fanya.
Anaya mengangguk-anggukkan kepalanya setuju.
"Bisa diterima, tapi seenggaknya jiwa gue aman-aman aja dari virus wibu kek lo!" timpal Fanya.
Yap Fanya tidak peduli akan hal itu, masing-masing orang memiliki kesenangan.
____________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.