JS - CHAPTER 4

27 18 0
                                        

Jangan lupa vote dan komen
>.<


OSIS kali ini membahas tentang perpisahan kakak kelasnya yang tidak lama akan berlangsung, kedepannya kegiatan mereka akan sibuk mempersiapkan perpisahan tersebut. Sejak di mulai Fanya sudah tidak sabar menyudahi rapat, dia ingin berbicara dengan ketua OSIS -nya.

"Fer kapan beresnya? Pembahasannya kan udah semua," tanya Fanya tak sabar.

"Bentar Fa, kita penutupan dulu napa siii, gak sabar banget ya mau ngobrol berdua sama gue," percaya diri Ferdia.

Fanya membelalakkan matanya.

Keduanya menutup pertemuan dan bubar untuk pulang.

"Fa lo mau balik sama gue enggak?" tanya Anaya.

"Enggak, ada yang mau diobrolin dulu sama Ferdia soal anu hehe," jawab Fanya cengenges.

"Apasi gak jelas banget lo tengil, pasti soal si Renda," tebak Anaya.

Temannya yang sudah sok salting hanya mengangguk-angguk menyebalkan, Anaya sudah tidak habis pikir dengan temannya ini, masih saja tidak kapok mengejar Renda. Jelas-jelas anak itu selalu mendinginkan Fanya.

"Yaudah gue duluan, lo jangan berlebihan sama itu anak inget! Gue gak terlalu respect sama sikap lo kali ini," peringat Anaya.

Gak tau apa yang gue pikirin, ini kali pertama Fanya suka cowok sampai kek gitu tapi gue khawatir juga kedepannya, terus setiap pulang OSIS dia lagi-lagi sama Ferdian, gue gak ada kesempatan banget deketin itu anak cowok. Gue juga mau Fa kek lo, deket sama Ferdian. Batin Anaya.

"Iya-iya gue ngerti dan lo hati-hati pulang, jangan ngebut, pake helm, liat kanan kiri kalo nyebrang dan pastinya doain gue kedepannya lancar," ujar Fanya.

"Lo minta doa udah kayak mau resepsian aja," timpal Anaya.

Fanya hanya terkekeh riang, dia tak sadar dengan Anaya yang memikirkannya sejak tadi. Pikir Anaya, entah Fanya yang tidak peka atau memang tidak memiliki perasaan apapun, dia menyukai laki-laki yang sulit untuk dapat sedangkan laki-laki yang selama ini menemaninya dihiraukan.

Anaya tahu jelas Ferdian menyukai teman sebangkunya itu dan semua cukup kuat menyadarkan untuknya tidak berharap lebih pada ketua OSIS itu.

Fanya benar-benar jauh berbeda darinya, segi sosialisasi Fanya lebih baik darinya, kemampuan serta wajahnya yang cantik pun tidak bisa Anaya tandingi.

Namun sakit rasanya menyaksikan seseorang yang kita suka ternyata menyukai seseorang lainnya.

"Nay lo kenapa ngelamun gitu?" tanya Fanya.

Anaya menggeleng tersadarkan, dengan cepat anak itu memakai jaket dan helm untuk pulang.

"Tuh si Ferdian udah nunggu, lo gak mau ke sana apa?" sadar Anaya pada Fanya.

Gadis itu mengangguk antusias, dia berlari kecil menuju Ferdian seperti Marsha dalam kartu Marsha and the bear meninggalkan Anaya yang sama akan pulang.

"Mau ngobrol apaan?" tanya Ferdia.

"Ayo ke kantin gue laper, kita ngobrol di sana." ajak Fanya.

Keduanya berjalan menuju kantin, tanpa Fanya sadar Ferdian terus mencuri pandang pada dirinya.

"Lo mau apa Fer?" tanya Fanya menyadarkan ketua OSIS itu.

"Ehhh, samain aja tapi jangan pedes. Lo juga jangan pedes nanti kambuh penyakit lo berabe muntah-muntah," ucap Ferdian sedikit meledek.

Empunya membelalakkan mata.

"Ayo duduk," ajak Fanya.

Ferdian duduk dan masih memperhatikan gadis didepannya

JURUSAN SEBRANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang