JS - CHAPTER 2

27 26 2
                                        

Jangan lupa vote dan komen
>.<

SEPERTI biasa Fanya dengan petakilannya terbuyar ke penjuru sekolah, serta suara manis cempreng khas tidak pernah absen membuat teman sebangkunya kerap menutup telinga.

Setiap jam istirahat, tak pernah absen pula namanya terpanggil oleh anak-anak sebrang dan adik kelas.

"Hallo kakak cantik."

"Hai, Fanya."

"Hai gulali nyasar."

"Hallo gula bernyawa."

"Kak Fanya cantik banget."

Dan masih banyak lagi.

"Kadang gue iri, kenapa nama lo aja yang dipanggil, padahal gue jalan tepat sebelah lo," gerutu Anaya.

"Makanya, gak usah jalan sama si caper!" serobot Amalia tepat saat Anaya ingin mengambil cemilan.

"Lambe turah nyosor mulu mana gak sopan, pake attitude lo!" pekik Anaya.

Suasana kantin yang ramai mendadak sunyi, anak-anak yang mendengar tertawa dan menundukkan wajah Amalia.

Fanya menepuk-nepuk pundak temannya, dia mengajak Anaya duduk dan menikmati makan siang kali ini, meninggalkan Amalia sendiri dengan rasa malunya.

"Tumben tu nenek lampir sendirian, kemana kurcaci lainnya dari kelas sebelah ya?" penasaran Anaya.

"Udahlah Nay biarin aja, makin dibalas makin ngelunjak itu anak," timpal Anaya.

Temannya mengangguk dan menikmati makanan.

"Ekhem, gue ke toilet dulu ya Nay," izin Fanya.

Gadis itu berlari tanpa lirik kanan kiri, entah kenapa setelah minum es dan makanan pedas dari kantin, lambungnya terasa nyeri dan sesak.

BUGH!

"Ehh, sorry sorry!"

Tanpa melihat wajah yang ditabraknya, Fanya langsung masuk toilet siswi dan memuntahkan makanan yang menggoncang lambungnya.

"Lo? Lain kali jalan hati-hati," tegur seseorang pada Fanya.

Dikira orang itu sudah pergi, nyatanya masih berdiri antara pintu toilet siswa dan siswi. Alih mendengar gerutunya yang tak sengaja Fanya tabrak, kepalanya terasa berat dan —

BRAK!

Fanya tidak sadarkan diri.

UKS

"Gue di mana?"

Kepala Fanya masih terasa berat, padahal dia memiliki kepala yang tak terlalu besar, tapi rasanya sulit sekali saat ingin bangun.

"Kok gue ada di sini?" tanya Fanya.

Huek!

Gadis itu masih merasa mual dan begah, tubuhnya tidak nyaman dan masih saja terasa ingin muntah.

"Jelaslah, lo nabrak gue pas mau ke toilet, keluar-keluar lo pingsan depan gue dan lo kalo mau muntah jangan di sini gue gak mau tanggung jawab bersihin UKS kotor!" peringat anak depan Fanya.

Fanya tak berkedip melihat wajahnya, rasa pusing dan berat kepala hilang ketika sadar dirinya digotong oleh pangeran entah dari mana.

Bentuk tubuh yang, "wuuuu perfect!" batin Fanya.

"Gue baru lihat lo," kata Fanya.

"Gue murid baru, jurusan sebrang," jawabnya.

Batin Fanya ber-oh ria, jadi ini murid baru yang Anaya ceritakan ternyata memang benar kata anak itu.

"Gue mau masuk kelas," pinta Fanya.

"Lambung lo lagi sakit kan? baiknya istirahat aja dulu," jawab pria itu sambil pergi membuka pintu UKS.

"Lo sendiri mau kemana?" tanya Fanya.

"Gak ada lagi urusan sama lo, kan?" tanya balik pria itu dengan nada songong.

Fanya berdecak, tinggi sekali anak itu berbicara dengannya. Tapi, melihat sosok yang —

Mimpi gadis itu dan ucapan mama tadi pagi tak keliru, ternyata pangeran yang datang itu memang ada.

Belum sempat mengatakan terima kasih anak laki-laki itu sudah hilang dari pandangan Fanya.

Jam pulang tiba, Anaya tidak menduga temannya malah diam di UKS tanpa kabar apapun.

"Lo masuk UKS kenapa gak bilang-bilang?" kesal Anaya.

"Gimana mau bilang bego! Gue aja digotong sama anak baru karena pingsan!"

"WHAT!"

Suara Anaya semakin meningkat setelah Fanya mengatakan siapa yang membawanya ke UKS.

Mereka berjalan ke parkiran, tak sengaja anak yang dibicarakan lewat.

"Pangeran gue!" pekik gadis itu.

"Haaa?" heran Anaya.

Entah kebetulan atau apa motor mereka bersebelahan tanpa Fanya tahu, lekas gadis itu berlari menuju sasaran.

"Hallo ganteng!" sapa Fanya.

Teman sebangkunya terheran-heran dengan apa yang dilakukannya, sedangkan anak yang Fanya sapa balik menatap dengan wajah datar.

"Gue mau terima kasih untuk tadi," ucapnya dengan senyum.

"Gak ada urusan lagi kan? Minggir gue mau keluarin motor!" usir Rendra, anak baru dengan sikap sedingin antartika.

Anaya terkekeh melihat respon anak baru itu. Memang tak bisa dipungkiri jika ketampanannya mengalahkan anak-anak lain di sekolah ini. Bahkan Ketua OSIS yang menjadi incaran kaum hawa berani bersaing dengan Rendra.

"Tunggu! Kita belum kenalan!" cegah Fanya.

"Gue gak ada waktu!"

"Kenalin, Refanya Lita Ardany, orang-orang manggil gue Fanya, anak keren dan cakep se-sekolah. Dikenal sebagai siswi manis, kritis, puitis! Sini tangan lo!"

Ujar Fanya memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangan pada anak didepannya.

Alih-alih menjawab, Rendra dengan dingin mengeluarkan motornya dan cepat-cepat pergi dari anak tidak jelas menurunnya.

Anaya tertawa mendapati teman sebangkunya pertama kali dikacangi oleh kaum adam.

"Hahahaha ya ampun!" gelak Anaya.

Fanya menghiraukan Anaya. Matanya terpusat pada punggung Rendra yang semakin lama semakin menghilang.

"Gue harus dapetin dia, Nay!" obsesi Fanya.

"Hahaha anjir! Pd banget lo," decak Anaya.

"Gak usah kek gitu juga kunti. Kayak yang gak tahu Fanya aja lo, satu sekolah aja tahu dan mau sama gue," pungkas Fanya semakin percaya diri.

Anaya semakin tertawa gila.

"Lebih baik lanjut halu-in Gojo lo yang pirang itu, gak pantes lo ngejar-ngejar cowok," timpal Anaya.

"Gue baru nemu pangeran gue Naayyyyy," teriak Fanya.

Tak ingin mendengar kegilaan temannya, Anaya memutuskan pulang meninggalkan Fanya.






____________________

























Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JURUSAN SEBRANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang