JS - CHAPTER 10

6 0 0
                                        

Jangan lupa vote dan komen
>.<

"Can you stop falling in love with him?" tanya Ferdian.

"Maksud lo?" heran Fanya.

Ferdian menggeleng, lagi pula dia tidak bisa mencegah apapun perihal perasaan.

"Tenang aja Fer, gue bakal baik-baik aja kok," tenang Fanya pada Ferdian.

"Tapi Fa —"

Belum selesai anak itu berbicara Fanya memotong ucapannya.

"Gue ngerti perasaan lo Fer, tapi gue gak apa-apa gue cuma berusaha menjadi Fanya yang biasa. Tapi Rendra memang beda, gak tau kenapa rasa penasaran terhadap dia tu gede banget. Dan lo tau kan gimana gue kalo penasaran?" jelas Fanya.

Ferdian menggeleng, berharap gadis itu benar baik-baik saja baik sekarang maupun nanti.

"Jujur gue selalu mendoakan hal baik buat lo, gue gak mau liat lo terluka bahkan sampe nangis. Itulah kenapa gue selalu jagain lo dari dulu," ujar Ferdian.

"Gue tau itu Fer, gue sayang sama sahabat kek lo. Karena cuma lo dan Anaya yang gue punya dan gue percaya," balas Fanya sambil senyum.

Ferdian sedikit lega, meski hatinya meminta untuk berkomentar, namun dia tidak dapat berbicara apa-apa lagi. Dengan dianggapnya dalam bagian penting hidup Fanya, Ferdian sudah bersyukur dan merasa ada.

Ferdian sadar, dia tidak dapat menjadi bagian dalam inti Fanya yang kosong, seberapa besar usahanya terhadap Fanya, anak itu hanya sampai pada ruang disisi hatinya sebagai sahabat.

"Lo gak mau pulang?" tanya Ferdian.

"Lo enggak pulang?" tanya balik Fanya.

"Kalo lo pulang, gue bakal pulang," jawab Ferdian.

Fanya terkekeh kecil, kenapa juga dia harus ikut-ikutan. Jika ingin, tinggal pulang saja sendiri seperti Anaya yang tadi pamit duluan.

"Kok lo malah ketawa sih," dumel Ferdian.

"Lucu banget siii lo haha, kalo mau pulang tinggal sana aja gak perlu nunggu gue. Lagian gue gak tau pulang kapan," jawab Fanya dengan suara dipelankan di akhir.

"Emang lo nunggu siapa?" tanya Ferdian lagi.

Gadis itu menggeleng.

Memang nunggu siapa? Fanya tidak memiliki alasan menunggu, pun tidak ada seseorang yang sengaja untuknya tunggu. Fanya hanya ingin duduk di sini, hanya duduk.

"Yaudah gue sama lo aja di sini," putus Ferdian.

Fanya tidak menjawab, gadis itu hanya tersenyum menoleh Ferdian.

"Lagian gue pusing di rumah, adik gue banyak ngomel kalo pulang," ucap Ferdian.

"Memang kenapa? Letta kan cewek, maklum lah kalo suka ngomel," timpal Fanya.

"Yaaa tapi dia tuh kalo kesal pastinya bilang ke Mama dan gue kena marah lagi. Double lah kena omel," jelas Ferdian.

Lagi-lagi Fanya terkekeh mendengar Ferdian yang selalu menceritakan itu sejak dulu, sepertinya seru berada dalam keluarganya, dia tidak kesepian karena ada adik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JURUSAN SEBRANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang