Mario tidak bisa menghentikan tangisnya. Baru kali ini Lolita melihat Mario menangis. Ada rasa sesak di dada Mario. Perempuan yang sangat dicintainya memintanya pergi. Sekian lama dia jaga hatinya untuk satu nama, tapi ternyata ....
"Kak ..." panggil Lolita. Mario langsung memeluknya erat.
"Ingin rasanya waktu berhenti sekarang," batin Lolita dan Mario.
"Aku ingin begini selamanya," batin mereka lagi.
"Haruskah kita berpisah?" tanya Mario pelan.
Lolita tidak ingin goyah. Dia terus berusaha menguatkan dirinya. Lolita yakin bisa tanpa Mario. Lolita ingin hidup tenang. Hidup tanpa ada rasa bersalah pada Tania dan Arka.
"Apa ini artinya berakhir untuk selamanya?" tanya Mario lagi.
Lolita merenggangkan pelukan Mario, ditatapnya wajah Mario. "Mungkin ini akan jadi hari terakhirku menatap Kakak," batinnya.
"Sayang ..." panggil Mario.
"Kak, perbaiki pernikahan Kakak. Jadilah suami yang sesungguhnya untuk Tania. Tania membutuhkan Kakak," kedua tangan Lolita memegang pipi Mario. Mario mendekatkan wajahnya ke wajah Lolita. Hidung mereka saling adu.
"Tidak bisa kah waktu berhenti sekarang? Aku tidak ingin ada hari esok." ucap Mario putus asa.
Lolita menangis mendengar ucapan Mario.
"Ya Tuhan, kuatkan Aku," batin Lolita.
"Aku sayang Kakak. Aku ingin Kakak bisa menjadi suami yang baik untuk Tania. Kak, jangan sia-siakan Tania."
"Aku hanya mencintai Kamu. TITIK!" kesal Mario.
"Ayo kita pulang, keburu malam Kak." Lolita mengajak Mario berdiri. Perlahan Mario berdiri, kemudian menarik Lolita ke dalam pelukannya.
"Aku tidak bisa," ucap Mario pelan.
"Kakak pasti bisa," tegas Lolita.
"Kak, ayo pulang," ajak Lolita lagi.
Mario melepaskan pelukannya.
"Boleh kah Aku menciummu untuk terakhir kali?" tanya Mario. Lolita mengangguk. Mario mengecup bibir Lolita lembut. Lolita menahan diri untuk tetap pada keputusannya, walau pun hatinya begitu sakit luar biasa.
"Luka ini akan sembuh Lolita," batin Lolita.
Mereka melangkah turun menuju mobil. Sepanjang jalan Mario menggenggam erat tangan Lolita. Lolita tidak bisa menolak.
"Biarlah semua menjadi kenangan," batin Lolita. "Aku akan berusaha menata hatiku, membuka hatiku untuk orang lain," batinnya lagi.
Mereka masuk ke dalam mobil.
"Kakak berharap ini hanya mimpi," Mario masih tidak bisa menerima. Lolita hanya diam. "Tapi ... Kakak akan hargai keputusanmu. Boleh Kakak meminta sesuatu?"
"Apa?"
"Kalau dalam waktu satu tahun Kamu belum bisa membuka hatimu, kembalilah ke Kakak," harap Mario.
"Kak ..." Lolita menatap Mario di sampingnya.
"Oke," Mario seolah tahu apa kelanjutan ucapan Lolita. Dia tidak boleh mengharap Lolita lagi.
Mario menyalakan mobilnya.
Mungkin ini akan jadi yang terakhir buat mereka bersama.
Sesampai mereka di rumah Lolita, Mario berpamitan dengan ibunya Lolita.
"Maafin Mario, Mak," ucap Mario sambil mencium tangan mamak. Mario bahkan menangis di hadapan mamak.
"Mamak juga minta maaf," ucap mamak yang matanya mulai berkaca-kaca.
Sedangkan Lolita hanya bisa diam melihat mamak dan Mario. Lolita terus berusaha menguatkan hatinya agar tidak mengubah keputusannya.
*****
"Kamu yakin dengan keputusanmu Ta?" tanya Ratih yang datang ke rumah Lolita. Lolita mengangguk. "Awas kalau Kamu sakit lagi gara-gara kak Mario!" Ancam Ratih.
"Tidak, tidak akan. Aku akan menikmati hari-hariku. Apa pun yang terjadi nanti, bisa hilang atau pun tidak rasa ini, bisa menerima orang lain atau pun tidak hati ini, Aku akan berusaha kuat Tih."
"Kamu memang sudah banyak berubah, Ta."
"Fokusku sekarang adalah mamak. Mamak perlu Aku, Tih. Aku ngga ingin mamak sedih melihatku sedih."
"Bagaimana dengan kak Mario?"
"Aku yakin Tania bisa membuatnya jatuh cinta."
"Se lempeng itu Kamu, Ta?" Ratih terkejut.
"Jangan mulai buat Aku kesal, Tih."
"Kalau mau nangis, ya nangis aja, Ta. Ngapain sih di depan Aku ditahan-tahan segala?"
"Kamu menyebalkan. Padahal Aku sudah coba tahan," tangis Lolita pecah. Ratih memeluknya erat.
"Kamu sahabatku, Ta. Aku ingin yang terbaik buatmu. Aku yakin Kamu akan dapat gantinya yang lebih baik dari kak Mario."
"Sudah, jangan bicara gantinya! Aku pengen sendiri dulu."
"Jangan lama-lama sendirinya, mamak pasti pengen punya cucu."
"Woi lah ... baru tadi Aku mengakhiri hubungan dengan Kak Mario, Kamu sudah kemana-mana mikirnya."
"Hahaha ... ya wajar lah, Ta. Sekarang Kamu sudah bebas, nggak ada lagi hati yang perlu Kamu jaga. Nggak perlu jadi centeng cinta lagi."
"Eh ... jangan sebut itu!" kesal Lolita.
*****
Mario ke rumah yang dia kontrak untuk Tania dan Arka.
"Abang?" Tania terkejut saat membuka pintu. Tidak biasanya Mario datang malam-malam. "Kenapa, Bang?" Tania gusar melihat wajah Mario. Mata Mario terlihat sembab.
Mario masuk ke dalam. Di rebahkannya badannya di sofa. Tania semakin gusar.
"Bang Mario baik-baik saja kan?"
"Tidak Tania, Abang tidak baik-baik saja," jawab Mario dengan mata terpejam.
"Abang mau kopi?"
"Tidak usah. Abang cuma mau rebahan di sini. Maaf Abang datang larut malam begini. Tidur lah."
"Abang tidak perlu minta maaf, ini rumah Abang." Tania beranjak meninggalkan Mario dengan penuh tanya dipikirannya.
Diam-diam Mario memperhatikan Tania yang melangkah meninggalkannya.
"Bisakah kamu membuatku jatuh cinta?" gumam Mario.
"Bisakah kamu membuatku lupa akan semua kenanganku dengan Lolita?"
"Bisakah kamu membuatku benar-benar menjadi suamimu?"
"Bisakah aku menyentuhmu? Perempuan yang pernah menikah dengan adikku. Perempuan yang memiliki anak dari adikku."
"Bisakah?"
Pikiran Mario penuh pertanyaan. Dia hanya bisa pasrah dan menghagai apa yang sudah diputuskan Lolita, centeng cintanya.
*** END ***
Terima Kasih atas dukungannya.
Part lengkap bisa dibaca di channel youtube : Mitha MDN Channel
KAMU SEDANG MEMBACA
Centeng Cinta (Tamat di Youtube : Mitha MDN Channel)
RomanceLolita ( 32 tahun ), gadis cantik yang memiliki mata indah, hidung mancung, rambut panjang, dengan tinggi 160cm dan berat badan 60kg. Namun, masih betah sendiri, karena menunggu cinta pertamanya. Mario (34 tahun), cinta pertama Lolita yang pergi me...